Waktu
hanya bisa berlalu. Ia tak bisa mengubah aku, tak juga kamu. Tidak kondisi,
tidak juga seseorang. Perubahan hanya bisa dilakukan oleh sesuatu yang hidup.
Dan waktu tidak ditugaskan untuk itu. Waktu memang berjalan, tapi ia tidak
hidup. Jangan
pernah menyerahkan nasib kepada waktu. Jangan berharap waktu akan menyembuhkan
segalanya. Jangan menunggu waktu. Waktu tidak menunggu siapapun. Waktu tidak
ditugaskan untuk menyelesaikan masalah manusia, tidak juga sebagai obat
penyembuh luka. Ia hanya ditugaskan untuk berlalu. Menjadi saksi bisu, bahwa
perubahan akan selalu ada. Tapi tidak menimpa setiap kondisi. Itulah kenapa
banyak luka yang tak sembuh seiring berjalannya waktu. Juga kondisi yang tak
kunjung berubah, padahal waktu sudah berdetak berjuta detik.
Waktu hanya saksi, tapi bukan pelakunya. Pelakunya adalah
manusia itu sendiri. Manusia yang menyadari bahwa esok harus lebih baik daripada
kini. Atau manusia yang terjerumus dalam jurang kehidupan yang langkahnya
begitu berat karena luka, atau pandangannya begitu saru karena gelap. Yang
terakhir berubah ke arah yang lebih buruk. Sama-sama berubah. Hanya berbeda
arah. Toh banyak kebaikan yang tercipta dari proses keburukan-keburukan masa
lalu, sebagaimana tak sedikit kebaikan yang memudar karena aneka proses di masa
kini.
Perubahan itu perlu, tapi tidak semuanya harus
berubah. Apa yang harus berubah boleh dipaksa. Walau memaksa adalah salah satu
pekerjaan paling sulit yang pernah ada. Entah itu diri sendiri, apalagi orang
lain. Tak ada orang yang mau dipaksa kecuali terpaksa.
Tapi jika ‘paksa’ adalah usaha, sedangkan muaranya adalah kebaikan, tak ada
salahnya untuk dicoba. Memaksa dengan cara dan tujuan yang baik. Apa yang tak
harus, biarkan mengalir apa adanya. Biarkan kesadaran membawa perubahan itu
pada kanalnya, pada waktu dan saat yang tepat. Pada kesiapan yang benar-benar
siap. Pada semesta yang sudah mendukung.
Waktu akan ‘menelanjangi’ masa depan siapa saja yang jauh dari
usaha, yang memiliki tangan tapi tidak digunakan untuk bekerja keras, yang
memiliki akal tapi tidak digunakan berfikir sebaik mungkin, yang memiliki hati
tapi lupa berdoa, yang memiliki mimpi tapi tak sungguh-sungguh mewujudkannya.
Waktu juga akan ‘menggelitiki’ mereka yang terjebak di masa
lalu. Berharap kondisi sekarang sebahagia dulu, atau tenggelam dalam sedih di
masa silam. Padahal, siapa yang hidup di masa lalu, tak bisa menjadi pemenang,
selalu ketinggalan. Karena masa lalu ada di belakang, tak pernah didepan, tak
pernah mengiringi, tak mungkin mengejar.
Hidup ada di masa kini. Sekarang dan di sini. Masa kini adalah
masa lalu dari masa depan. Masa depan adalah belantara yang harus dijelajahi,
dan manusia tak pernah tahu persis seperti apa bentuknya sebelum kaki melangkah
di masa itu. Tapi manusia juga punya hak untuk memilih masa depannya
masing-masing, lalu mempersiapkannya sebaik dan sedini mungkin. Walau
terkadang, Tuhan punya keputusan dan kebijaksanaan tersendiri terhadap masa
depan seseorang. Kadang lebih baik dari apa yang diduga, tak jarang lebih buruk
dari apa yang diinginkan.
Kemudian, manusia masih diberikan kesempatan untuk menyikapi
kebijaksanaan Tuhan itu. Pilihan untuk menerima dan bersyukur, atau kecewa dan
menyesal. Sebagaimana biasanya, selalu ada konsekuensi dari setiap pilihan yang
diambil. Dari setiap tindakan yang dilakukan. Walau tidak semua manusia
mengerti dan sadar akan konsekuensi itu; bahwa selalu ada sesak dibalik sesal dan kecewa. Sebagaimana Tuhan selalu menyediakan nikmat yang lebih banyak untuk mereka yang
memilih bersyukur. Selalu.
#diorama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar