Aku sungguh ingin berterimakasih kepada Ayah, yang sedari kecil
mengajariku tentang filosofi hidup yang sederhana tapi begitu mendalam. Tentu
saja, bunda dengan segala kecerewetan dan kemuliaannya, juga memiliki andil
besar untuk memastikan aku menjalankan apa yang mereka ajarkan. Begitu juga
dengan Kak Putri, walaupun aku sering kesal dan masih rajin berantem dengannya,
dia tetap menjadi kakak terbaik dan nomor satu seluruh dunia. Alasannya, tentu
saja bukan karena Kak Putri memang satu-satunya kakak kandungku di dunia ini.
Nantilah, lain kali aku ceritakan kenapa demikian. Sekarang, aku ingin
menceritakan salah satu pertemuan forum lelaki yang sangat mengubah hidupku.
***
Aku masih SMP waktu itu, (SMP terbaik di kotaku)
ketika perasaan rendah diri sebagai laki-laki menghantuiku. Dibandingkan dengan
teman-teman yang lain, aku biasa-biasa saja. Tak punya banyak kelebihan. Iri
sekali melihat teman-teman yang juara ini juara itu, bisa ini bisa itu, punya
ini punya itu. Atau sudah begini sudah begitu. Ingin juga seperti mereka. Tapi, semakin dalam aku memikirkannya, semakin rendah aku
menganggap diriku sendiri. Semakin kesal aku pada diriku sendiri. Padahal,
bunda sering sekali menceramahiku tentang penyakit hati yang mematikan itu.
Untuk lebih sering melihat ke bawah, melihat orang yang jauh lebih kurang
beruntung daripada kita, kalau Allah itu Maha Adil, lebih tahu mana yang
terbaik buat hambanya, dan kalimat-kalimat mulia nan bijak-besatari lainnya.
Tetapi, sebijak dan semulia apapun sebuah nasihat,
tetap saja hak preogratif untuk menerima atau menolak nasihat itu ada di dalam
hati. Semakin lurus dan bersih hatinya, semakin mudah proses nasihat menasihati
itu berjalan baik. Sayangnya, yang
dimaksud hati di sini, adalah hati yang dinasihati, bukan hati yang menasihati.
Sayangnya lagi, hatiku masih belum sebersih dan selurus bunda. Sehingga nasihat
bunda yang bijak bestari itu, hanya baru bisa kuiyakan dengan lisan. Masih jauh
dari hati, apalagi dari perbuatan. Mungkin karena itulah kali ya, hal pertama
yang harus dilakukan oleh orang yang dinasihati dan menasihati adalah
mengkondisikan hati.
Ayah menangkap kegelisahanku itu, dan ayah adalah
orang yang paling bisa membuatku menceritakan apapun tentang hidupku. Maka
malam itu, aku menceritakan segalanya di forum lelaki. Hanya kami berdua. Aku
dan ayah.
***
“Sayangnya, keberhasilan seseorang bukan ditentukan
dari apa dan seberapa banyak kelebihan yang dimiliki, tapi seberapa cerdas
orang tersebut memanfaatkan kelebihannya. Kalau begitu, mereka yang memiliki
banyak kekurangan dan sedikit sekali kelebihan, tetap masih beruntung karena
tidak harus bingung memilah-milih jalan mana yang harus diambil. Tidak harus
bingung harus fokus pada kelebihan mana yang akan dikembangkan.” Itu jawaban
ayah, setelah aku selesai cerita.
“Maksudnya, Yah?”
“Nanti, kalau kamu sudah besar, kamu akan melihat
betapa banyak manusia yang dibingungkan dengan suatu pilihan. Betapa banyak
manusia yang membuang banyak waktu untuk menemukan tempat kerja terbaik, untuk
menemukan potensinya yang terbaik, bahkan ada yang sampai meninggal tak pernah
benar-benar tahu apa potensi yang dimilikinya. Semakin banyak kelebihan
seseorang, semakin dibingungkan dengan banyak pilihan yang dimilikinya.
Sehingga, waktunya juga akan habis digunakan untuk mencari dan menemukan
pilihan yang terbaik, pilihan yang sesuai dan membuatnya nyaman untuk menjalani
kehidupan.”
“Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki pilihan atau
hanya sedikit pilihan, akan lebih cepat menemukan yang terbaik. Akan lebih
cepat untuk menemukan di tempat mana akan berkerja, akan berprestasi, akan
mengabdi. Waktunya juga akan lebih optimal untuk hanya melakukan hal-hal yang
berhubungan dan mendukung pilihannya. Karenanya, nanti jangan kaget ketika
melihat orang yang memiliki sedikit kelebihan atau potensi ternyata sukses
terlebih dahulu atau bahkan jauh lebih sukses daripada mereka yang memiliki
banyak potensi.”
“Iya juga ya, yah? Terus bagaimana caranya kita
mengetahui potensi terbaik yang kita miliki?”
“Sederhana saja. Kita hanya harus melakukan yang
terbaik dengan potensi-potensi itu. Semakin kita melakukan yang terbaik dengan
potensi itu, semakin capat kita mengetahui potensi mana yang lebih baik bagi kita.”
“Maksudnya, Yah?”
“Hanya dengan melakukan amal terbaiklah, kita bisa
benar-benar mengetahui suatu tanggungjawab atau potensi itu cocok atau
tidak untuk kita. Kalau sudah benar-benar melakukan yang terbaik tapi kita
tidak berkembang disana, berarti itu bukan potensi terbaik yang kita miliki.
Sebaliknya, jika kita sudah melakukan yang terbaik, dan kita berkembang pesat
di sana, itulah potensi terbaik kita.”
“Oh, begitu ya.”
“Iya, jadi Putra enggak usah merasa rendah diri
lagi.”
“Iya, Ayah. Aku ngerti sekarang.”
“Putra, kamu tahu, kenapa Allah menciptakan banyak
sekali manusia?”
“Kenapa emang, Ayah?”
“Karena, tugas manusia di dunia terlalu banyak dan
mulia untuk diemban oleh sedikit orang saja. Makanya, Allah memberikan kelebihan
yang berbeda-beda kepada setiap orang. Kelebihan itu dimaksudkan untuk saling
membantu dan melengkapi. Kelebihan itu disesuaikan dengan beban yang
harus ditanggung. Artinya juga, mereka yang memiliki banyak kelebihan, memiliki
lebih banyak tanggungjawab. Tapi jangan khawatir, karena kemuliaan di mata
Allah bukan dilihat dari seberapa banyak beban atau tanggung jawab yang
dimiliki seseorang. Tapi bagaimana orang tersebut menjalankan tanggungjawabnya,
sekecil apapun tanggungjawab itu.”
“Nak, kamu mau janji sama Ayah?”
“Hah, janji apaan, Yah?”
“Janji untuk selalu mencoba dan tidak akan menyerah
dalam setiap kesempatan.”
***
Dan aku akui, apapun aku saat ini, salah satunya
adalah buah dari janjiku kepada ayah yang berusaha aku tunaikan sekuat tenaga. Dan
lagi-lagi, setelah penjelasan ayah malam itu, aku lebih bisa memahami salah
satu nasihat bijak bestari bunda. Bahwa, Allah selalu adil untuk memberikan
hasil sesuai dengan kuantitas dan kualitas usaha hamba-Nya.
#diorama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar