Selasa, Januari 19, 2016

Forum Lelaki 7

Aku sungguh ingin berterimakasih kepada Ayah, yang sedari kecil mengajariku tentang filosofi hidup yang sederhana tapi begitu mendalam. Tentu saja, bunda dengan segala kecerewetan dan kemuliaannya, juga memiliki andil besar untuk memastikan aku menjalankan apa yang mereka ajarkan. Begitu juga dengan Kak Putri, walaupun aku sering kesal dan masih rajin berantem dengannya, dia tetap menjadi kakak terbaik dan nomor satu seluruh dunia. Alasannya, tentu saja bukan karena Kak Putri memang satu-satunya kakak kandungku di dunia ini. Nantilah, lain kali aku ceritakan kenapa demikian. Sekarang, aku ingin menceritakan salah satu pertemuan forum lelaki yang sangat mengubah hidupku.


***

Aku masih SMP waktu itu, (SMP terbaik di kotaku) ketika perasaan rendah diri sebagai laki-laki menghantuiku. Dibandingkan dengan teman-teman yang lain, aku biasa-biasa saja. Tak punya banyak kelebihan. Iri sekali melihat teman-teman yang juara ini juara itu, bisa ini bisa itu, punya ini punya itu. Atau sudah begini sudah begitu. Ingin juga seperti mereka. Tapi, semakin dalam aku memikirkannya, semakin rendah aku menganggap diriku sendiri. Semakin kesal aku pada diriku sendiri. Padahal, bunda sering sekali menceramahiku tentang penyakit hati yang mematikan itu. Untuk lebih sering melihat ke bawah, melihat orang yang jauh lebih kurang beruntung daripada kita, kalau Allah itu Maha Adil, lebih tahu mana yang terbaik buat hambanya, dan kalimat-kalimat mulia nan bijak-besatari lainnya.

Tetapi, sebijak dan semulia apapun sebuah nasihat, tetap saja hak preogratif untuk menerima atau menolak nasihat itu ada di dalam hati. Semakin lurus dan bersih hatinya, semakin mudah proses nasihat menasihati itu berjalan baik. Sayangnya, yang dimaksud hati di sini, adalah hati yang dinasihati, bukan hati yang menasihati. Sayangnya lagi, hatiku masih belum sebersih dan selurus bunda. Sehingga nasihat bunda yang bijak bestari itu, hanya baru bisa kuiyakan dengan lisan. Masih jauh dari hati, apalagi dari perbuatan. Mungkin karena itulah kali ya, hal pertama yang harus dilakukan oleh orang yang dinasihati dan menasihati adalah mengkondisikan hati.

Ayah menangkap kegelisahanku itu, dan ayah adalah orang yang paling bisa membuatku menceritakan apapun tentang hidupku. Maka malam itu, aku menceritakan segalanya di forum lelaki. Hanya kami berdua. Aku dan ayah.

***

“Sayangnya, keberhasilan seseorang bukan ditentukan dari apa dan seberapa banyak kelebihan yang dimiliki, tapi seberapa cerdas orang tersebut memanfaatkan kelebihannya. Kalau begitu, mereka yang memiliki banyak kekurangan dan sedikit sekali kelebihan, tetap masih beruntung karena tidak harus bingung memilah-milih jalan mana yang harus diambil. Tidak harus bingung harus fokus pada kelebihan mana yang akan dikembangkan.” Itu jawaban ayah, setelah aku selesai cerita.

“Maksudnya, Yah?”

“Nanti, kalau kamu sudah besar, kamu akan melihat betapa banyak manusia yang dibingungkan dengan suatu pilihan. Betapa banyak manusia yang membuang banyak waktu untuk menemukan tempat kerja terbaik, untuk menemukan potensinya yang terbaik, bahkan ada yang sampai meninggal tak pernah benar-benar tahu apa potensi yang dimilikinya. Semakin banyak kelebihan seseorang, semakin dibingungkan dengan banyak pilihan yang dimilikinya. Sehingga, waktunya juga akan habis digunakan untuk mencari dan menemukan pilihan yang terbaik, pilihan yang sesuai dan membuatnya nyaman untuk menjalani kehidupan.”

“Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki pilihan atau hanya sedikit pilihan, akan lebih cepat menemukan yang terbaik. Akan lebih cepat untuk menemukan di tempat mana akan berkerja, akan berprestasi, akan mengabdi. Waktunya juga akan lebih optimal untuk hanya melakukan hal-hal yang berhubungan dan mendukung pilihannya. Karenanya, nanti jangan kaget ketika melihat orang yang memiliki sedikit kelebihan atau potensi ternyata sukses terlebih dahulu atau bahkan jauh lebih sukses daripada mereka yang memiliki banyak potensi.”

“Iya juga ya, yah? Terus bagaimana caranya kita mengetahui potensi terbaik yang kita miliki?”

“Sederhana saja. Kita hanya harus melakukan yang terbaik dengan potensi-potensi itu. Semakin kita melakukan yang terbaik dengan potensi itu, semakin capat kita mengetahui potensi mana yang lebih baik bagi kita.”

“Maksudnya, Yah?”

“Hanya dengan melakukan amal terbaiklah, kita bisa benar-benar mengetahui suatu  tanggungjawab atau potensi itu cocok atau tidak untuk kita. Kalau sudah benar-benar melakukan yang terbaik tapi kita tidak berkembang disana, berarti itu bukan potensi terbaik yang kita miliki. Sebaliknya, jika kita sudah melakukan yang terbaik, dan kita berkembang pesat di sana, itulah potensi terbaik kita.”

“Oh, begitu ya.”
“Iya, jadi Putra enggak usah merasa rendah diri lagi.”
“Iya, Ayah. Aku ngerti sekarang.”

“Putra, kamu tahu, kenapa Allah menciptakan banyak sekali manusia?”
“Kenapa emang, Ayah?”

“Karena, tugas manusia di dunia terlalu banyak dan mulia untuk diemban oleh sedikit orang saja. Makanya, Allah memberikan kelebihan yang berbeda-beda kepada setiap orang. Kelebihan itu dimaksudkan untuk saling membantu dan melengkapi. Kelebihan itu disesuaikan dengan  beban yang harus ditanggung. Artinya juga, mereka yang memiliki banyak kelebihan, memiliki lebih banyak tanggungjawab. Tapi jangan khawatir, karena kemuliaan di mata Allah bukan dilihat dari seberapa banyak beban atau tanggung jawab yang dimiliki seseorang. Tapi bagaimana orang tersebut menjalankan tanggungjawabnya, sekecil apapun tanggungjawab itu.”

“Nak, kamu mau janji sama Ayah?”
“Hah, janji apaan, Yah?”
“Janji untuk selalu mencoba dan tidak akan menyerah dalam setiap kesempatan.”

***

Dan aku akui, apapun aku saat ini, salah satunya adalah buah dari janjiku kepada ayah yang berusaha aku tunaikan sekuat tenaga. Dan lagi-lagi, setelah penjelasan ayah malam itu, aku lebih bisa memahami salah satu nasihat bijak bestari bunda. Bahwa, Allah selalu adil untuk memberikan hasil sesuai dengan kuantitas dan kualitas usaha hamba-Nya.   


#diorama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar