Selasa, Januari 19, 2016

Forum Lelaki 2

“Laki-laki itu lebih senang dipuji. Sedangkan perempuan lebih senang diperhatikan.”

Itu salah satu  nasihat ayah dalam salah satu forum lelaki, ketika aku bingung bagaimana caranya memperlakukan teman-teman dalam satu organisasi. Dan nasihat itu ternyata benar. Aku pernah mencobanya. Aku pernah bilang sama bunda kalau masakan bunda itu enak, dan jawaban bunda:

“Pasti lagi ada maunya nih.” (langsung ketahuan kan).

Suatu hari yang lain aku bilang sama bunda:

“Kok masakannya bunda berbeda dari biasanya sih?”

Maka bunda langsung menjawab dengan muka antusias, menjelaskan bahannya apa saja, bumbunya apa saja, bagaimana cara memasaknya, dan kenapa begini kenapa begitu yang lainnya. Pembicaraan selanjutnya menjadi lebih lancar.

Masalahnya, perhataian jauh lebih rumit daripada sekedar pujian. Tahu alasannya kenapa? Perhatian cenderung lebih tulus daripada sekedar pujian, membutuhkan pengorbanan waktu yang lebih banyak. Dan kalau ngomongin ketulusan dan pengorbanan, apalagi ujung-ujungnya kalau bukan tentang perasaan.

Sedangkan bagi lelaki, logikanya, pujian merupakan salah satu hal yang membanggakan, yang secara langsung dan simple merepresentasikan siapa orang dibalik pujian tersebut.Sebenarnya, intinya bukan ada pada pujiannya tapi penghormatannya, pengakuannya, penghargaannya. Cara yang paling sederhana ya dengan pujian tersebut. Indikator yang lainnya, lelaki suka banget kalau perintahnya dijalankan, usulannya disetujui, pikiran dan tindakannya diakui. Dan sadar atau tidak sadar, secara normal laki-laki akan memperjuangkan itu. Jangan tanya tentang perhatian, kenapa begini kenapa begitu, ada apa di sini di situ, kepekaan dan sejenisnya. Laki-laki cenderung males banget buat memikirkan hal yang kurang penting itu. Makanya, kepekaan laki-laki rata-rata lebih kecil daripada kepekaan perempuan. Salah satu akibatnya lagi, perempuan lebih mudah untuk dikasih tahu dan diingatkan. Buktinya, lihat saja para perempuan di keluargaku ini:

***

“Bunda, tahu enggak sih, kalau bunda itu keliatan jauh lebih cantik dengan bibir yang tertutup.”

Itu sindiran khas ayah kalau bunda udah keterlaluan benget cerewetnya. Biasanya bunda langsung berhenti, tarik nafas, beristigfar dan tersenyum. Kalau sama Kak Putri, aku juga suka bilang begitu. Hanya ada sedikit perbedaan redaksi saja:

“Kakak, tahu enggak sih, kalau kakak itu kelihatan jauh lebih jelek kalau marah-marah begitu.” 

Kak Putri juga akan berhenti, tapi pasti tangannya sudah siap untuk menimpukku dengan benda-benda ringan di sekitarnya. Dan jujur ya, aku lebih senang ditimpuk dari pada mendengar omelannya.

***

Makanya lagi, jangan terlalu kaget kalau menemukan perempuan yang suka cari perhatian atau laki-laki yang suka tebar pesona. Kurang lebih, alasannya seperti yang sudah aku ceritakan di atas. Jangan heran juga kalau nemuin laki-laki yang cuek bebek atau nemuin perempuan yang enggak suka dicuekin. Dan berita buruknya, kata ayah dalam suatu pertemuan forum lelaki, suka cari perhatian dan suka tebar pesona itu salah satu tindakan yang kurang mulia dan juga norak. Lain kali, aku akan ceritakan kenapa demikian.

*** 
Malam itu ada forum keluarga. Aku, ayah, bunda dan Kak Putri berkumpul seperti biasa. Yang tidak biasa, waktu itu aku dan Kak Putri lagi marah-marahan, entah apa penyebabnya, tiba-tiba adu mulut tentang laki-laki dan perempuan. Maka jadilah forum keluarga malam itu menjadi forum perdamaian yang sebagian isinya sudah aku ceritakan sebelumnya. Ini sebagian yang lainnya:

“Nak, tahu enggak kenapa laki-laki diciptakan terlebih dahulu daripada perempuan?”
“Kenapa emang, Bunda?”
“Karena, suatu karya yang agung, selalu didahului oleh trial and error.

Bunda menjawab sembarangan. Kak Putri langsung ngakak, aku dan ayah jelas saja enggak terima. Untung ayah langsung membalas;

“Kali ini bunda salah, itu karena laki-laki harus menjadi imam bagi perempuan. Makanya diciptakan terlebih dahulu.”

Giliran aku yang tertawa. Dan begitulah, malam itu ribut sekali forum lelaki dan forum perempuan. Dan astaga, ayah dan bunda bukannya mendamaikan, sengaja betul ikut-ikutan ngomporin. Kompak sekali kami saling bersekutu. Tentu saja proses perdamaian gagal total. Tapi kami bisa saling tertawa, saling mengejek, sampai diakhiri dengan kesimpulan ayah:

“Putra, Putri, dengerin ayah. Kalau memang ada pertanyaan kenapa laki-laki begini dan kenapa perempuan begitu, kenapa kalian berbeda ini dan berbeda itu, jawaban yang paling tepat adalah karena laki-laki dan perempuan sengaja diciptakan untuk saling melengkapi. Kenapa secara umum, terlebih lagi dalam berumah tangga laki-laki harus menjadi imam bagi perempuan, itu bukan karena ketidakadilan. Tapi, karena dalam kondisi apapun, harus selalu ada yang dipimpin dan memimpin. Dan dalam rumah tangga laki-laki cenderung lebih hebat menjadi pemimpin, sedangkan perempuan lebih hebat menjadi yang dipimpin. Sekali lagi ayah tekankan, hebatnya bukan terletak pada posisi pemimpin atau yang dipimpin. Hebatnya terletak pada fitrah laki-laki dan perempuan itu sendiri yang sudah didesain dengan sedemikian rupanya. Coba kalian bayangkan, kalau ayah harus menjadi seperti bunda, dan bunda harus menjadi seperti ayah. Pasti akan berantakan keluarga kita.”

“Dan bukankah sudah pernah ayah bilang kalau kemulian itu bukan terletak pada posisi? Tapi pada bagaimana kita menjalankan posisi tersebut dengan baik. Maka bisa jadi, bunda lebih mulia daripada ayah karena bunda yang sudah berkorban melahirkan kalian. Karena itulah panggilan dari bunda yang harus kalian dahulukan daripada ayah, karena itulah surga itu adanya di telapak kaki bunda, bukan ayah. Di sisi yang lain, ayah bisa jadi lebih mulia karena ayah yang berkewajiban untuk menafkahi kalian, untuk melindungi kalian. Ayah tidak selalu lebih baik daripada bunda. Bunda juga tidak selalu lebih mulia daripada ayah. Yang jelas, perempuan dan laki-laki sama-sama punya kesempatan untuk menjadi mulia dengan fitrahnya masing-masing. Yang tidak mulia adalah perempuan dan laki-laki yang suka menghina, yang suka merendahkan orang lain, yang mengambil hak orang lain. Bukan permasalahan jenis kelaminnya.”

“Mungkin, di luar sana ada yang menuntut tentang kesetaraan gender, tentang HAM dan yang lainnya. Kasihan sekali mereka karena belum merasakan keindahan itu, masih belum memahami bahwa permasalahannya bukan terletak pada perbedaan gender tersebut, tapi terlebih pada kemampuan untuk menerima dan menghormati fitrah masing-masing. Tak perlu kalian terjebak pada pemikiran-pemikiran tersebut. Karena sudah pasti mereka tidak bahagia, buktinya mereka hanya sibuk berkampanye menuntut ini dan itu kan. Bukan permasalahan gender tersebut yang membuat mereka tidak bahagia. Tapi mereka gagal untuk memahaminya. Walaupun katakanlah banyak kasus kekerasan rumah tangga atau penganiayaan dan sebagainya. Sungguh, itu bukan karena ada kesalahan di pembagian fitrah laki-laki dan perempuan. Malah sebaliknya, itu terjadi karena mereka tidak kembali kepada fitrahnya masing-masing. Suami tidak melindungi, atau bisa jadi isterinya yang tidak bisa menyayangi. Sedangkan ayah dan bunda sudah sangat berbahagia dengan kondisi seperti ini. Dengan saling menghormati peran masing-masing. Dengan saling berbagi dan melengkapi.”

***

Aku mendengar dengan takzim penjelasan ayah dan mengiyakan di dalam hati tanda setuju banget. Terutama point saling melengkapi. Walaupun persetujuan itu bukan karena penjelasan ayah yang super canggih itu. Terlebih dari pengalaman masa SD, ketika menjahili teman perempuan. Memang benar jika laki-laki itu sudah diberikan potensi untuk nakal dan perempuan diberikan potensi untuk cengeng. Dan boleh percaya atau tidak, waktu masih kecil, buat lelaki, kenakalan itu akan jauh lebih sempurna jika dilengkapi dengan kecengengan perempuan. Ada kebanggaan dan kepuasan tersendiri.

Maka, kalau punya adik perempuan yang masih SD dan suka dijahilin sama temen laki-lakinya, sedangkan waktu itu adik perempuannya enggak punya waktu  atau lagi enggak mood buat melayani kenakalan itu, saranku, suruh saja dia pura-pura menangis. Pasti kenakalan lelaki itu langsung berhenti seketika. Atau minimal bisa diredam sementara waktu. Dan ini bisa jadi kenyataan yang cukup kejam, berhentinya bukan karena takut atau kasihan. Tapi dengan melihat perempuan tersebut menaggis, lelaki sudah berada pada tingkat kepuasan yang maksimum. Harap diingat baik-baik, ini contoh kasusnya waktu SD ya, belum tahu kalau masa setelah SD. Nanti deh, aku coba tanyakan lagi di forum lelaki.

#diorama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar