Anak
kecil itu hanya bisa membisu. Diam dan tanpa kata, tertunduk hikmat;
"Nak, jika ada sesuatu yang harus kamu
kendalikan, itu adalah nafsumu. Jangan sampai amarah mengendalikan dirimu. Jangan
sampai ketidaksukaan membutakan hatimu. Begitu banyak orang yang sengsara
karena tidak bisa mengendalikan nafsu. Di dunia menderita, di akhirat lebih
menderita lagi."
"Nak, Jika ada sesuatu yang harus kamu pertahankan. Itu adalah harga dirimu, martabatmu. Tapi
mempertahankan harga diri, tidak harus selalu dengan menunjukkan kelebihanmu.
Tidak harus dengan membalas orang lain yang melukaimu. Karena tidak semua rasa
sakit harus dibalas dengan rasa sakit. Pertahankanlah harga dirimu dengan
kejujuran, dengan tidak mengambil hak orang lain, dengan tidak merendahkan diri
sendiri, apalagi merendahkan orang lain."
"Nak, jika ada sesuatu yang harus kamu jaga. Itu
adalah mulutmu. Jangan
biarkan ia memakan bangkai dengan menggunjing sesamamu. Jangan biarkan juga ia
mengeluarkan kata-kata sampah yang mengotori perangaimu. Jangan mengeluarkan
kata-kata bohong, juga jangan mengeluarkan kata-kata yang menyakiti. Karena
sebenarnya, sebagian besar kata yang keluar dari mulutmu adalah cermin dari apa
yang ada di dalam hatimu."
"Nak, jika ada sesuatu yang harus kamu jauhi, itu
adalah rasa iri. Percayalah,
Tuhan sudah mengatur sedemikian rupa takdir para hamba-Nya. Seadil-adilnya.
Walaupun mungkin, saat ini kita masih belum tahu dimana letak keadilan-Nya.
Walaupun mungkin, pikiran kita masih belum kuasa untuk menerimanya. Tapi Tuhan
tetap Maha Adil, kamu tidak boleh protes untuk hal yang satu ini. Jangan kamu
risaukan apa-apa yang dimiliki oleh orang lain yang tidak kamu miliki.
Sibukanlah dirimu dengan apa yang kamu miliki dan apa yang ingin kamu miliki.
Dengan begitu, kamu akan lebih mudah untuk mengerti keadilan-Nya."
"Nak, jika ada sesuatu yang perlu kamu banggakan,
itu adalah agamamu. Maka
banggakanlah ia dengan beribadah sebaik-baiknya, dengan beramal sebaik-baiknya.
Dengan menjalankan apa yang yang diperintahkan, meninggalkan apa yang dilarang,
serta berusaha memahami apa yang harus kamu pahami. Walaupun untuk memahami
semua itu, tidak cukup dengan menghabiskan seluruh usiamu."
Anak
kecil itu masih tertunduk. Bedanya, ada yang meleleh diujung matanya. Ada
sejumput penyesalan yang menggelantungi hatinya. Menyesal, karena telah memukul
teman sekaligus tetangganya yang menghina keluarganya, yang menghina
Bapak-Ibunya. Sedangkan Ibu, yang sedari tadi mengomeli dirinya, menarik napas
panjang, mengangkat wajah putranya, lalu menghapus air matanya.
#diorama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar