Selasa, Mei 31, 2016

Agenda Ramadhan

Kesepakatan liqo tadi malam.
Semoga Ramadhan tahun ini bisa lebih baik, insya Allah :)

Minggu, Mei 29, 2016

Tetaplah Disini

Tetaplah disini
Dijalan ini
Bersama kafilah dakwah ini

Seberat apapun perjalanan yang harus ditempuh
Sebesar apapun pengorbanan yang harus diberikan
Tetaplah disini

Jika bersama dakwah saja engkau serapuh ini
Sekuat apa jika engkau seorang diri

(KH. Rahmat Abdullah)

Inspirasi Pagi


Pagi, semoga kami tetap berani menjadi diri sendiri ya, tak perlu cemas dengan apa yang orang lain pikirkan tentang kami, tak perlu iri dengan apa yang sudah orang lain punya sedangkan kami belum, juga tidak merasa rendah diri atas segala keterbatasan kami. Agar bisa seperti dirimu, yang tak pernah ragu menyambut hari. 

Pagi, semoga kami bisa seberani dirimu ya, yang tak ragu mengusir malam. Tidak mencari-cari alasan dan pembenaran untuk menutupi kesalahan. Karena, alasan dan pembenaran hanya akan menciptakan kesalahan sama yang berkepanjangan. Tentu saja, itu tidak berkontribusi dalam memperbaiki kesalahan.

Pagi, ternyata Allah itu selalu memberikan jalan yang terbaik ya, bukan jalan yang paling mudah. Semoga kami bisa memahami prinsip ini dengan baik. Agar bisa seperti dirimu, tetap tenang terhadap panas maupun hujan.

Pagi, kamu tahu enggak, kenapa di dunia ini enggak ada manusia yang sempurna? Karena, kalau ada manusia yang sempurna, buat apa ada manusia yang lainnya.

Pagi, sudahkah kau mendapatkan pesan dari hujan, kalau hari ini tidak akan ada pelangi? Tenang saja, hasil dari kerja keras memang tak selalu sedekat jeda antara hujan dan pelangi. Terkadang begitu jauh, sejauh jeda antara dunia dan akhirat. Kabar baiknya, semua kerja keras itu akan terbalas, hanya masalah waktu saja. 

Sabtu, Mei 28, 2016

Bersabar Dalam Belajar

Sabar itu luas sekali maknanya.
Sabar kali ini dalam proses belajar.

Jika kita ingin terus tumbuh, maka tidak ada cara selain terus belajar.
Belajar apapun.

Belajar untuk terus dekat dengan Al-Quran. Kita harus terus bersabar. Meskipun godaannya banyak. Tapi teruslah berusaha. Memohon pertolongan Allah agar dikuatkan. Insya Allah kita nanti akan merasa nikmat berinteraksi dengan Al-Quran.

Belajar untuk terus menulis. Menulis skripsi, buku, cerita. Kita harus terus bersabar. Memprioritaskan hal yang penting untuk sebuah hasil karya kita.

Belajar untuk terus baik sangka. Kita harus terus bersabar. Bersabar dengan perilaku saudara kita, bersabar untuk menasihatinya, dan mendoakannya agar lebih baik.

Belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kita harus terus bersabar. Mengubah kebiasaan kita menjadi kebiasaan yang produktif. Perlu kesabaran yang ekstra. Namun jika berhasil, akan muncul produktivitas yang luar biasa. Insya Allah.

Bersabarlah dengan sebaik-baik kesabaran.
Terus memohon pertolongan Allah agar diberikan kekuatan.

Semoga Allah SWT selalu menolong dalam setiap urusan kita. Aamiin.

Kamis, Mei 26, 2016

Maafin Aak, Bunda (3)

Setiap kali bunda nelpon, bunda selalu ngasih nasihat yang berharga buatku. Nasihat tentang banyak hal. Tentang kerjaan kantor, urusan rumah, kesehatan, kebersihan, aktivitas, etika, ibadah.

Ga pernah habis ngasih nasihat buatku. Namun aku belum bisa mematuhi semua nasihat bunda. Aak belum bisa nurut dengan semua nasihat bunda. Selalu ada salah. Kadang suka berulang.
Astaghfirulloh. Astaghfirulloh. Astaghfirulloh.

Aku minta maaf Bunda. Aku akan berusaha jadi anak bunda yang terbaik, insya Allah. Jadi anak yang bisa bahagiain ayah bunda, di dunia dan akhirat, insya Allah.

Bunda, ga akan pernah bisa aku bales jasa Bunda. Aku sungguh sangat menyayangimu. Aku ingin menjadi jalan kemuliaan, kebahagiaan, bagi ayah dengan bunda. Semoga aak bisa mengamalkan nasihat-nasihat yang bunda sampaikan. Aamiin.

Tuhan Tahu Kita Mampu

saat kau terpuruk dan terjatuh
pakai pundakku dan kita lawan terpuruk itu
karena tuhan tahu kita mampu, kita mampu

saat beban penuhi pundakmu
genggam bahuku dan kita bagi bebanmu itu
karena tuhan tahu kita mampu

pernahkah dirimu merasa gelisah
begitu hebatnya beban yang harus engkau bawa
kau rasa susah, semangat patah, lalu kau pasrah
hentikan langkah, hingga akhirnya kau mengalah

di saat itu kau harus tahu
bahwa tuhan sebenarnya memberi ujian padamu
ujian untuk mengukur kadar keimananmu
ujian untuk mengangkat meninggikan levelmu

karena tak ada ujian yang tak bisa dilalui
karena tuhan telah mengukur diri ini
lebih baik hadapi segala beban diri
hadapi dengan ikhlas di hati

engkau tak sendirian menghadapi cobaan
saudara seiman pasti kan ulurkan tangan
kita hadapi semua dengan hati terbuka
yakin ini hanyalah ujian semata

saat kau terpuruk dan terjatuh
pakai pundakku dan kita lawan terpuruk itu
karena tuhan tahu kita mampu, kita mampu

saat beban penuhi pundakmu
genggam bahuku dan kita bagi bebanmu itu
karena tuhan tahu kita mampu

bertubi-tubi cobaan pun silih berganti
seakan-akan tak habis-habis dan tak berhenti
kita rasakan semakin lemah setiap hari
bahkan muncul keinginan tuk coba bunuh diri

tapi sejenak cermatilah kehidupan ini
betapa luasnya karunia dari ilahi
meski kadang di tengah, kadang di sisi
kadang di atas, kadang di bawah, kadang tak dimengerti

sadarlah kawan, di sepanjang perjalanan
sungguh hidup ini terus memberi pelajaran
karena bagaimanapun selalu ada tuhan
yang memberikan kekuatan

satu persatu seiring berjalannya waktu
kita akan tahu sebenarnya yang tuhan mau
tuhan ingin kita jadi manusia yang tangguh
tuhan ingin agar kita tak mudah tuk mengeluh

saat kau terpuruk dan terjatuh
pakai pundakku dan kita lawan terpuruk itu
karena tuhan tahu kita mampu, kita mampu

aku di sini sedia menemani
siap bantu jika beban itu mau kau bagi
jangan pikirkan pamrih, hilangkan semua perih
jangan lagi terpuruk dan tenggelam dalam sedih

genggam erat pundakku, cengkeram erat bahuku
biar segera terbagi semua beban itu
bersama kita maju dan melangkah tanpa ragu
hapus semua pilu agar kita terus melaju

tuhan tak pernah tidur, apalagi mendengkur
semua ini jelas-jelas telah tuhan ukur
mungkin dengan begini kita kan tahu bersyukur
mungkin dengan ini kita takkan pernah takabur

tuhan ada di sini, di dalam jiwa ini
ebiet g ade pernah melantunkan syair ini
ayo bangkit berdiri kalau perlu kita lari
tetap semangat tuk menghadapi semua ini

https://soundcloud.com/azmi-alisani/tuhan-tahu-kita-mampu-by-ali

Rabu, Mei 25, 2016

Inspirasi dari Bu Khadijah

TERUNTUK BU KHADIJAH: INSYA ALLAH SURGA MENANTIMU!

By Mahesa Jundulloh (Hendra P.)
IG/Twitter: @mahesajundulloh

"Tulus" adalah sebuah program reality show yang mendokumentasikan kisah hidup seseorang, keluarga, atau mungkin sekelompok orang yang memberikan hikmah atau pelajaran hidup bagi siapa saja yang menonton. Sosok yang dihadirkan adalah sosok manusia biasa yang jarang diliput media tetapi berhati super mulia, sosok yang berdedikasi tinggi bagi orang lainnya, sosok yang menjadi pahlawan di era yang tak ada kepastian seperti sekarang ini.

Sekitar jam 22.30 program "Tulus" malam ini tayang dengan durasi kurang lebih 30 menit dengan sosok yang yang ditampilkan adalah seorang ibu lanjut usia, mungkin usianya 60 tahunan. Aku tidak ingat dan tak sempat mencatat nama ibu tersebut. Jadi, anggap saja namanya adalah "Bu Khadijah". Aku akan coba menguraikan tentang sosok Bu Khadijah yang luar biasa ini. Sosok yang pada akhirnya mengundang decak kagum dan keharuan bagiku sampai-sampai air mataku mengucur deras.

Bu Khadijah adalah salah satu warga di perbukitan di Batu, Malang, Jawa Timur. Kita tentu sudah tau dan sering mendengar nama daerah ini karena sangat identik dengan salah satu komoditi hasil pertaniannya yaitu buah Apel atau biasa disebut Apel Malang. Dari apel ini juga berhasil diolah menjadi local product menjadi keripik Apel.

Ia tinggal bersama lelaki yang begitu ia cintai, suaminya. Jika Bu Khadijah sudah sangat renta karena usianya yang lanjut, begitupun dengan suaminya. Mereka hanya tinggal berdua di sebuah rumah sangat sederhana, beralaskan tanah dan berdinding bambu dan kayu. Pemandangan yang terlihat sungguh sangat berkebalikan dengan suasana ibu kota atau kota besar lain di Indonesia yang makin hari dipenuhi gedung pencakar langit menjulang tinggi dengan fasilitas kemewahannya. Sungguh, ketimpangan sosial memang tak bisa terelakan.

Bagi saya, Ibu Khadijah adalah sosok wanita yang sangat hebat dan sangat menginspirasi. Ibu Khadijah yang istiqomah berjilbab itu menjadi cerminan sebagai ibu rumah tangga atau istri yang "tulus" dan bertanggung jawab. Dalam kesehariannya, ia sangat sabar merawat Sang Suami yang suami yang sudah 10 tahun terakhir ini hanya bisa terbaring di ranjang. Suaminya menderita stroke dan tak mampu beraktivitas seperti orang normal. Ia tak bisa berdiri, berjalan, atau aktivitis lain yang membutuhkan tenaga fisiknya. Untuk menggerakkan tangan dan kaki saja, suami Bu Khadijah tak lagi mampu.

Aktivitas sehari-hari suami Bu Khadijah dibantu olehnya. Setiap hari Bu Khadijah menyeka badan suaminya, menyuapi makan, dan membantu semua aktivitas keseharian lainnya. Dengan penuh kelembutan dan kesabaran ia melakukan itu tanpa pamrih sebagai wujud kasih sayang dan tanggungjawabnya kepada suaminya. Ia melakukan itu seorang diri karena sejak pernikahannya di usia 19 tahun hingga usia senjanya kini, ia tak dikaruniai seorang anak sekalipun. Dzuriyyat yang diidam-idamkan bagi setiap pasangan tak kunjung Allah karuniakan pada mereka. Tapi, ia selalu bersyukur dan meyakini karena Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Adil, Pengasih dan Penyayang. Walaupun ia tak dikaruniai buah hati, ia masih dikelilingi orang-orang sekitar yang baik hati dan sentiasa memperhatikannya.

Aku jadi teringat kutipan QS. Al-Baqoroh: 286, yaitu:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ.......
Artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. ......"

Ahh sampai di sini saja, suasana hati saya sudah mengelam dan emosi hati tercabik-cabik. Apalagi, ketika dalam tayangan ditampilkan lebih lanjut tentang perjuangan Bu Khadijah dalam menghidupi suami dan dirinya. Fisiknya memang sudah sangat rapuh, tenaganya tak sekuat dulu semasa muda. Untuk berjalan saja harus perlahan, belum lagi tubuhnya yang gemetar. Kakinya sudah tak kuat lagi menopang tubuhnya. Akan tetapi, ia tetap tegar menjemput Rizki Allah untuk menafkahi ia dan suaminya. Nafkah ia cari sekedar untuk makan sehari-hari, bukan untuk membeli pakaian bagus, menabung yang banyak, bahkan untuk membangun rumah yang bagus.

Di sisi depan rumah, Bu Khadijah membuka warung kecil-kecilan. Produk yang dijual sangat seadanya karena jumlahnya sangat sedikit dan tak tak variatif. Ia hanya menjual beberapa bumbu dapur, kerupuk, sayuran, dan beberapa kebutuhan sehari-hari lainnya. Barang dagangan ada yang ia letakan di atas meja dan ada juga yang ia gantungkan di tali yang ia lilitkan dari ujung ke ujung penyangga bilik. Hasil jualannya sangat tak seberapa. Selain itu, tetangganya juga banyak yang tak bisa memperoleh apa yang mereka cari karena memang tak tersedia di warung Bu Khadijah. Namun, ia tetap mensyukuri itu semua. Tak terlihat raut sedih di wajahnya, apalagi sampai menggerutu dan mengeluh.

Untuk menopang kehidupannya, Bu Khadijah juga menjadi buruh tani di dusunnya. Setidaknya 4 hari dalam seminggu, ia membantu tetangga yang membutuhkan bantuannya untuk memanen hasil kebun atau menyiangi rumput. Ia biasanya bekerja memetik buah tomat, memanen sayuran wortel, atau mencabut rumput di lahan perkebunan. Ia tak lagi memikirkan kelelahan yang ia dera. Ia tak lagi merasakan betapa sulitnya perjuangannya menjemput rizki Allah. Yang ia fikiran hanya bagaimana di sisa usianya, ia bisa menunaikan tanggungjawabnya dengan ikhlas sebagai istri bagi seorang suami yang Allah berikan ujian sakit.

Dalam sehari, biasanya ia mendapatkan upah 25.000 rupiah. Artinya, kurang lebih dalam satu bulan ia akan mendapatkan upah 400.000 rupiah. Saya tak akan menyimpulkan apakah nominal sebesar itu cukup untuk menghidupi kebutuhan hidup ia dan suaminya. Mari melakukan refleksi pada diri kita, berapa penghasilan kita atau pasangan kita. Lalu, bandingkan dengan pendapatan Bu Khadijah dan bagaimana perjuangan ia untuk memperolehnya.

Sampai titik ini, air mataku sudah tak terbendung.

Aku merasa malu dengan sosok Bu Khadijah.
Aku malu karena aku masih suka mengeluh atas sedikit saja ujian yang sedang atau kadang menimpaku. Bukankah mengeluh adalah bentuk ketidaksyukuranku?

Aku malu karena aku kadang tak mau bersabar atas sedikit saja cobaan yang menimpaku. Bukankah apa yang dialami Bu Khadijah selalu menjaga kesabarannya dari waktu ke waktu hingga ujung kehidupan bersama suaminya sudah mengajariku untuk selalu bersabar?
Bukankah tak mudah bagi seorang istri merawat suami yang tak berdaya, lalu berjuang menafkahi diri dan suaminya seorang diri?

Aku malu pada Bu Khadijah dan suaminya karena dia tetap ridho atas semua ketetapan Allah SWT. Bukankah sulit bagi mereka untuk bertahan hidup dalam kesulitan tanpa ada anak atau saudara yang menjadi penguat?

Ia bukan orang kaya yang bisa bersedekah sebanyak yang mereka inginkan. Ia juga bukan orang berpendidikan dengan gelar mengular yang membuat mereka dihormati orang lain. Mereka bukan pula pejabat, tokoh masyarakat, atau bahkan aktivis dakwah yang nampak hebat menurut pandangan manusia. Tapi... Ia, seorang hamba Allah yang sudah tertempa ujian dengan tingkatan yang memuncak. Lalu, ia ridho, ikhlas, sabar, dan tak berhenti berjuang menjemput rahmat-Nya. Dan ia adalah seorang muslim yang mampu memberikan keteladanan hakiki dengan sesuatu yang ia punya.

Terima kasih Bu khadijah. Terima kasih sudah mengajarkan kami tentang banyak hal. Tetaplah istiqomah dalam keikhlasan, kesabaran dan perjuangan tulusmu. Kami doakan semoga Ibu dan suami menjadi hamba yang dirindu surga dalam naungan rahmat-Nya. Sampai jumpa di surga, Bu!

Allah SWT berfirman,

وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

"Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan."
(QS. Hud: 115)

Menikmati Proses

Kebahagiaan, kesuksesan tidaklah didapat dengan mudah. Perlu pengorbanan, perlu usaha untuk mencapainya.

Sebuah proses yang mengajarkan untuk terus belajar, terus tumbuh ke arah yang lebih baik. Mungkin akan memakan waktu yang tidak sebentar, namun semoga menjadi pembelajaran untuk mendewasakan.

Proses ke arah yang lebih baik adalah proses hidup sepanjang hayat. Proses yang akan memberikan pelajaran yang paling berharga.

Nikmatilah proses dalam setiap peristiwa yang Allah takdirkan kepada kita. Semoga Allah SWT memberikan kita istiqomah di jalan kebaikan, aamiin.

Kangen

Apa yang kamu lakukan jika sedang kangen dengan keluargamu?

Menelponnya, mengirim SMS, atau video call ?
Alhamdulillah, Allah SWT memberikan kemudahan lewat teknologi yang semakin canggih.

Tapi ada satu cara yang lebih afdhol dari alternatif yang diberikan diatas, apa? Mendoakannya.

Mendoakan kebaikan, mendoakan orang-orang yang kita sayangi, agar selalu dijaga Allah, agar selalu taat menjalankan perintah Allah, agar selalu diberikan pertolongan oleh Allah dalam setiap urusan, agar selalu diberikan kesehatan dan umur yang barokah.

Mendoakan kebaikan adalah cara yang terbaik. Menitipkan keluarga kita, orang-orang yang kita sayangi kepada Allah SWT agar selalu dalam karunia Allah adalah bentuk sebaik-baik ikhtiar kita sebagai hamba Allah yang beriman.

Ya Allah jadikanlah keluarga kami menjadi keluarga yang mencintai-Mu diatas segala-galanya, menjadi keluarga yang cinta dengan Al-Quran, menjadi keluarga yang terdepan dalam amal kebaikan.
Ya Allah kumpulkanlah kami semua dalam surga-Mu. Aamiin.

Selasa, Mei 24, 2016

Halaqah Quran

Kalo kita belajar bareng-bareng insya Allah akan lebih semangat dan mengasyikkan. Belajar bareng sahabat yang sholeh sama-sama mengkaji Quran.

Belajar Quran lebih nikmat bareng sahabat. Belajar tahsin, belajar sama-sama ngafal Quran, belajar buat mentadaburi isi Al-Quran.

Halaqah Quran menjadi tempat favorit bagiku saat ini. Rasanya ada suatu magnet buat dateng ke halaqah ini. Sama-sama belajar surat cinta dari Allah.

Halaqah Quran akan menguatkan azzam kita lebih giat lagi berinteraksi dengan Al-Quran. Insya Allah.

Semoga selalu Istiqomah berinteraksi dengan Al-Quran. Aamiin.

Senin, Mei 23, 2016

Belajar Menerima Kenyataan

Seorang murid bertanya kepada Guru,
"Guru, kenyataan hidup seringkali tidak sesuai dgn harapan kita.

Bagaimana aku bisa belajar ikhlas menerima sesuatu yg tidak sesuai harapan itu?"

"Muridku, kau selalu di beri dua pilihan untuk setiap kenyataan yg sedang terjadi.

Jika kenyataan itu tidak sesuai harapan,

kau boleh menolaknya dgn keras,

atau boleh menerimanya dgn ikhlas.

Tapi lihatlah, tak sedikit pun penolakan atau penerimaanmu akan mengubah kenyataan itu;

N a m u n penolakanmu akan membuat kenyataan itu menjadi tidak bermanfaat;

S e d a n g k a n penerimaanmu akan membuat batinmu mengalirkan solusi,
a g a r kenyataan itu berubah menjadi bermanfaat.

Jika kau berharap mendapat semangkuk nasi,  tapi yang datang adalah sekarung beras,

kau boleh marah² t a p i beras itu tidak akan berubah.

Atau kau boleh tersenyum & menanak beras itu menjadi nasi,
kau akan mengubah kenyataan awal menjadi sesuai harapanmu.

Maka belajarlah melihat manfaat di balik sebuah kenyataan, di situ kau akan bisa menerima dgn ikhlas setiap kenyataan yg hadir."

Kehidupan ini memang tidak di rancang untuk orang yg tidak ikhlas.

1. Pesimis adalah tidak ikhlas berharap.

2. Mengeluh adalah tidak ikhlas bersyukur.

3. Malas adalah tidak ikhlas berupaya.

4. Menunda adalah tidak ikhlas menghargai waktu.

5. Marah adalah tidak ikhlas bersabar.

6. Berkhianat adalah tidak ikhlas menghormati kepercayaan.

7. Dan menyukai kebiasaan buruk adalah tidak ikhlas mempercayai bahwa hanya kebaikan yg membaikkan.

Orang yg tidak ikhlas,
pasti hidupnya tidak seimbang, gamang, resah, atau dgn sadar atau tidak memompa masalah yg akan meledak di saat yg tidak di duganya.

Hari ini, marilah kita lebih ikhlas Hidup dalam Kebaikan.

Tujuan Hidup

Jika kita benar-benar paham dan mengerti apa hakikat dari tujuan hidup Allah menciptakan kita, maka akan terbimbing hidup kita.

Seseorang yang tidak mempunyai tujuan, akan terombang ambing hidupnya. Ga akan jelas pergi kemana. Besar kemungkinan ia akan membuang-buang waktu, dan melakukan hal yang sia-sia.

Apakah kita mau hidup kita hanya terus berjalan, tanpa ada tujuan? Apakah kita hanya mengikuti kebanyakan orang, tanpa memiliki prinsip dalam hidup ini?

Seseorang dengan visi, misi, dan tujuan hidup yang jelas akan terbimbing hidupnya, akan terarah jalannya. Ga akan ada kegalauan dalam menghadapi ujian. Karena baginya, masalah adalah proses pendewasaan. Proses menuju ke arah yang lebih baik. Dengan masalah kita akan terus tumbuh ke level yang lebih tinggi.

Orang yang memiliki tujuan, ga akan males-malesan. Kenapa? Karena ia menyadari betapa pentingnya waktu yang Allah berikan. Ia menyadari bahwa semua perbuatan akan dipertanggung jawabkan, maka ia tidak akan melakukan hal yang sia-sia.

Tujuan hidup akan membuat hidup kita lebih ‘hidup’. Hidup kita akan selalu dipenuhi dengan semangat. Semangat ke arah yang lebih baik.

Tujuan hidup akan membuat hari-hari kita lebih berwarna. Karena ia sadar, karunia apapun yang Allah berikan pasti ada hikmahnya. Pasti ada pelajaran hidup yang bisa didapat.

Apa tujuan hidup bagi seorang muslim? Allahu Ghoyatuna. Allah tujuan hidup kami.

Jika didalam hidupnya hanya Allah yang dituju. Maka ia tidak akan berharap kepada makhluk. Ia akan tulus melakukan kebaikan. Ia akan selalu berusaha untuk memenuhi hak Allah. Ia akan selalu meminta kepada Allah. Ia akan berjuang di jalan Allah.

Tidak akan merasa gundah karena permohonannya belum dikabulkan? Karena hatinya selalu yakin bahwa Allah akan mengabulkan permohonan hambanya. Allah akan menolong orang-orang yang menolong agama-Nya.

Hatinya bersih karena dihatinya hanya dipenuhi Allah. Ia akan melakukan kebaikan dengan tulus. Kebaikan yang lahir dari hati akan lebih indah.

Mudah-mudahan kita bisa serius memahami tujuan hidup kita dan bisa mengamalkan dalam hidup keseharian. Aamiin.

Minggu, Mei 22, 2016

Selamat Tinggal

SELAMAT TINGGAL KEBINGUNGAN, KEGALAUAN, KEGELISAHAN DAN KESEDIHAN

Kita merasa menit-menit, jam-jam, hari-hari, dan hidup ini bingung, galau, gelisah, kesedihan dan sejenisnya, yg kadang-kadang kita merasa hidup kita tdk berarti.

Banyak cara yg kita lakukan utk mengatasi tapi semuanya itu tdk memberikan solusi, bahkan mungkin menambah kebingungan, kegalauan, kegelisihan dan kesedihan yg kita hadapi.

Keadaan ini memang bisa terjadi bahkan amat mungkin terjadi krn kita tdk menggunakan cara yang sesuai dg tuntunan Allah dan Rasulnya, Insyaallah jika tuntunan Allah dan Rasulnya kita laksanakan, kebingunan, kegalauan, kegelisahan dan kesedihan akan berakhir dengan kemantapan hati, kesenangan dan kebahagian.

Apa yg  hrs dilakukan utk mengatasi kebingungan, kegalauan, kegelisahan, dan kesedihan?

Banyak cara yg dpt dilakukan utk mengatasi kebingunan, kegalauan, kegelisahan, al:

1. Yakinilah bhw segala sesuatu tdk ada yg kebetulan, melainkan sudah ditetapkan Allah, dan kita tinggal menjalaninya dg penuh kesabaran dan keikhlasan

2. Berwudhulah dan lakukan shalat, serta berdoalah kpd-Nya, insyaallah anda akan mendapatkan ketenangan hati

3. Beristigfar, dg mengingat dosa2 masa2 lalu.

4. Berdzikir kpd Allah, krn dgn mengingat Allah semuanya akan terasa indah

5. Bersilaturrahim

6. Lakukan banyak kebaikan, terutama kpd kedua orangtua

7. Membaca buku2 yg bermanfaat terutama buku2 agama

Ya Allah kami berlindung kpd-Mu dr kesusahan dan duka cita, kami berlndung kpd-Mu dr kelemahan dan kemalasan, kami berlindung kpd-Mu dr jiwa pengecut dan rasa kikir. Dan kami berlindung kpd-Mu dr cengkeraman hutang dan penindasan manusia, aamiin

(selamat mencoba dan smg bermanfaat)

Jumat, Mei 20, 2016

Pantaskah

Pantaskah kita mengeluh, sementara sejatinya hidup ini bukan milik kita sama sekali.

Pantaskah kita mengucap bosan menjalani hidup, padahal Allah menciptakan setiap makhluk semata hanya untuk beribadah kepada-Nya.

Tidak pernah Allah ciptakan di dunia ini dengan sia-sia. Hanya kita saja yang terlalu banyak bertanya dan menggugat.

Ya Allah, berikan kepada kami hati yang selalu bersyukur atas segera nikmat-Mu, dan hati yang selalu bersabar atas segala ujian. Jadikan hati kami, menjadi hati yang selalu berbaik sangka atas semua ketentuanmu. Jadikan hati kami menjadi hati yang selalu ingat kepada-Mu. Bersihkan hati kami dari segala penyakit hati Ya Robb. Mudah-mudahan Engkau mengaruniakan kepada kami hati yang Qolbun Salim. Aamiin.

Kamis, Mei 19, 2016

Tetap Jadi Orang Baik

Bekerja di BPS dengan beban pekerjaan yang tinggi, dan juga tanggung jawab yang besar, sering kali membuat aku jadi kerepotan dan muka lusuh.

Padahal, apa sih yang buat kamu jadi beban pikiran? Iya memang pekerjaan mu banyak, tapi bukankah jika dikerjakan dengan pikiran yang tenang, dan hati yang baik, membuat pekerjaan kita menjadi ringan?

Dan aku menemukan itu pada seniorku. Orangnya ramah dan baik. Seorang wanita yang bisa selalu berhati baik dan berwajah ceria meskipun dibawah tekanan. Mba Henny namanya, istri dari Ka Syirrul.

Orangnya sungguh dapat diandalkan. Meskipun harus membagi pikiran dan waktu antara kantor dan rumah, tapi bisa dijalani keduanya dengan baik.

Aku banyak belajar dari orang-orang sekitarku. Belajar untuk selalu baik. Berhati baik, berpikiran baik, dan berwajah baik.

Jika punya masalah yang sulit untuk dihadapi, cobalah tetap tersenyum (^_^).
Insya Allah, akan ada pertolongan. Tetaplah menjadi orang baik.

Sungguh, Aku sangat menyayangimu

Bunda, aku tahu bahagiamu sangat sederhana; saat bersama orang-orang yang engkau sayangi. Engkau selalu ceria saat anak-anaknya pulang, engkau selalu bahagia saat mendengar kabar anak-anaknya sehat, tak peduli sebenarnya apa yang ada di dalam hatimu. Maaf bunda, aku untuk saat ini tidak bisa menemanimu setiap saat. Kita hanya bisa menelpon, memastikan bahwa aku baik-baik saja. Padahal aku ingin sekali ada di sampingmu, menghabiskan hari-hari bersamamu, mendengarkan segala ceritamu, dan selalu mendampingimu hingga sampai engkau tua kelak. Tapi walaupun demikian, walaupun kita berjauhan, sungguh aku sangat menyayangimu, bunda.

Bunda, sungguh, aku sangat menyayangimu. Walaupun dengan segala keterbatasan yang kita punya. Dengan kesibukan yang berbeda. Aku akan selalu menyayangimu, aku akan baik-baik saja, karena engkau selalu mengajarkan berulang-ulang, lewat doa yang sering aku dengar terlantun lirih dari mulutmu;

Allah, berikan aku hati yang selalu bersyukur atas apapun yang Engkau beri.

Senin, Mei 16, 2016

Merenungi Dua Bulan Penempatan

Tidak terasa, sudah dua bulan aku penempatan disini. Di Manokwari, Papua Barat. Rasanya harus banyak mensyukuri berbagai nikmat yang Allah berikan. Alhamdulillah, dua bulan ini (meskipun tergolong sebentar) telah memberikan banyak arti bagi pendewasaan diriku.

Saya tidak memiliki pegangan apapun selain pasrah kepada Allah. Sebelum penempatan sebenarnya sudah telpon dengan senior yang sudah disini (Ka Syirrul), tapi beliau selalu bilang, "Sudah berangkat saja kesini."

Akhirnya tepat tanggal 17 Maret 2016 aku di Manokwari. Aku berusaha menghindari dari pikiran-pikiran buruk tentang kota ini. Aku selalu meminta Bunda agar terus mendoakan. Aku berharap bisa bertemu dengan orang-orang baik, lingkungan yang baik, dan juga bisa membawa manfaat.

~Perjalanan Dimulai~

Selang seminggu penempatan disini, aku diminta oleh Ka Syirrul untuk mengisi Kajian Akbar buat anak-anak SMA dan SMK di Manokwari. Pesertanya cukup banyak. "Bismillah, semoga Allah mudahkan." ucapku dalam hati.

Alhamdulillah, Allah lancarkan. Sejujurnya dengan berbagi ilmu kita jadi bisa belajar banyak hal. Memompa diri agar lebih giat belajar, berusaha untuk mengamalkan isi dari materi yang disampaikan, belajar untuk mengambil hati peserta dengan komunikasi.

Alhamdulillah. Allah mengajarkan banyak hal lewat aku disini. Akhirnya aku dipertemukan dengan orang-orang yang baik. Ka Syirrul, Ka Salim, Ka Alim, Ka Yeddi, Mba Henny, Mba Maul, Lisa, Mba Anita. Aku jadi banyak belajar dari orang-orang sekitarku.

Aku berharap agar jangan sampai hanya aktivitas di kantor saja, atau hanya jalan-jalan saja. Akhirnya aku dilibatkan dalam kegiatan, Kesturi namanya. Yang kegiatannya pembinaan anak-anak SMA/SMK di Manokwari. Banyak yang bisa dikerjakan, Liga Futsal Rohis, pertemuan liqo pekanan, mengajar bimbel, dan agenda dekat kali ini Pesantren Kilat.

Insya Allah akan ada dua tempat, di daerah kota dan daerah SP (Sentra Pemukiman).

Selain di kantor, aku juga diluar banyak bertemu dengan ikhwah2. Ust Imam Muslih (Murobbi di Manokwari), teman-teman yang satu halaqah (Mas Agus, Mas Suko, Mas Eko, Ka Syirrul, Ka Salim, Mas Addin, Mas Aris, Mas Nurul) insya Allah pekan ini setelah acara Mabit akan mengadakan rihlah, semoga makin erat ukhuwah di halaqah ini.

Ketemu juga dengan Ustadz-Ustadz yang sering mengisi di Manokwari, Ustadz Abdurrahman, Ustadz Mugiono, Ustadz Bambang. Bertemu dengan orang-orang hebat seperti Mas Febri yang sudah S2 di Australia, dan insya Allah bersedia mengajarkan IELTS ke remaja disini.

Aku juga dalam waktu dekat akan dapat amanah mengisi halaqah mahasiswa, semoga Allah meridhoi dan memberikan kemudahan.

Hal-hal yang sering buat kangen rumah, bisa diatasi dengan menelpon, atau baca Al-Qur'an, sambil mendoakan agar keluarga selalu baik-baik aja. Hanya bisa mengirim Doa, semoga Allah selalu menjaga.

Masih panjang perjalanan hidupku. Akan banyak ujian-ujian yang dihadapi, semoga dengan meminta pertolongan Allah, insya Allah akan dimudahkan.

Pelajaran liqo malam ini mengajarkan kepadaku agar terus bergerak, terus belajar, mengajarkan, dan berkarya lewat jalan apapun. Karena ilmu akan bermanfaat jika kita amalkan, dan juga mengajarkan kepada orang lain.

Akan banyak pelajaran hidup yang bisa didapat jika kita mau mengambil hikmah dari apapun. Semoga Allah mengistiqomahkan untuk terus menebar kebaikan, meningkatkan amal sholeh, dan meningkatkan kualitas hidup kita.

Semoga kehadiran kita dimanapun, bisa jadi jalan manfaat bagi sebanyak-banyak orang. Insya Allah.

Hasbunalloh wani'mal wakil ni'mal maula wani'mannasir.
Lahaula wala quwata illa billahil aliyul 'azhim.

Jumat, Mei 13, 2016

Kesabaran

Dimana lagi kita harus mencari kesabaran? Selain di ruang tunggu yang tak berkesudahan? Tunggu yang selalu mengawali satu persatu kehendak-nya tiba, tunggu yang antri bergantian untuk mengantarkan kita dari satu takdir ke takdir lainnya, tunggu yang setia menunggu. Disuguhinya kita dengan degup-degup kecemasan, dengan binar-binar harapan, dengan serpihan-serpihan kebingungan, dengan bongkah-bongkah keraguan, dengan serangkaian ketidakpastian, dengan kesedihan dan kebahagiaan yang silih berganti. Yang semuanya harus disantap dengan penuh keyakinan. Keyakinan, bahwa Dia sudah mempersiapkan yang terbaik untuk setiap episode hidup kita. Dan tentu saja sesuatu yang terbaik itu, didapatkan dari usaha terbaik juga, harus dihadapi dengan penyikapan terbaik pula. Karena jika tidak, kita tidak pernah merasa itu adalah yang terbaik bagi kita.

Dimana lagi kita bisa memanen kesabaran, selain di ladang ujian yang tak terperikan? Ujian yang seringkali datang tiba-tiba, ujian yang tak pernah terbayangkan, ujian yang sebenarnya selalu ada dalam kehidupan kita. Diparasitinya kita dengan keluh kesah, dipupukinya kita dengan rasa kecewa, disuburkannya kita dengan rasa bersalah, ditanaminya kita dengan rasa sesal, disiraminya kita dengan sifat lemah, digoyakannya hati kita dengan banyak prasangka. Yang kesemuanya kita bisa lewati dengan baik, jika kita punya akar keyakinan yang kuat. Keyakinan, bahwa Dia tidak pernah menguji dengan beban yang melebihi dari kapasitas kekuatan kita. Dan jikapun sesekali kita gagal dalam mengemban ujian tersebut, mungkin itu bukan ujian sebenarnya. Tapi hanya salah satu caranya untuk memperkuat kita, agar kita bisa lebih siap lagi untuk menghadapi ujian-ujian yang selanjutnya.

-menata hati-

"Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat." (Qs. Al-Baqarah: 153)

Jumat, Mei 06, 2016

Hiburan Terbaik

Apa yang kamu lakukan jika liburan panjang?

Sejak penempatan, aku bingung mau cari hiburan dimana.
Paling hanya pantai pasir putih, atau tempat makan.
Kalo jalan sendirian mana enak, paling enak kalo sama keluarga.

Di saat tempat hiburan itu tidak ada. Lalu kamu akan ngapain?

Kebetulan sekali di dekat kosanku, ada Masjid Raya. Namanya Masjid Ridwanul Bahri.

Di masjid itu sedang mengadakan acara MTQ.
Kompetisi anak-anak SD dan SMP membaca Quran dan hafalan Quran.

Melihat anak-anak kecil sudah punya hafalan banyak, lalu bagaimana denganku?
Aku benar-benar malu, sungguh malu.

Apa tujuan hidup di dunia yang singkat ini?
Apa hanya untuk hiburan dan senang-senang?

Bagi seorang mukmin, tidak ada aktivitas yang sia-sia.
Dan hiburan yang paling penting bagi ruhiah kita adalah Al-Quran.

Aku murojaah lagi hafalan yang sudah lupa.
Aku setel lagi murottal Quran.
Aku benar-benar harus kembali ke Quran.
Inilah hiburan terbaik bagiku.

Di saat jauh dari orangtua, dan saudara.
Kamu ga boleh cengeng.
Harus kuat!
Harus berani hadapin hidup ini.

Allah bersama kita!
Insya Allah, Allah akan selalu menolong urusan hambanya.

Perbaiki ibadah kita, niat kita, semoga Allah berkahi setiap waktu kita, aamiin.

Rabu, Mei 04, 2016

Awas Syirik Cinta

Ibnul-Qayyim rahimahullah mengatakan:

Di antara bentuk syirik adalah menyekutukan Allah dalam hal cinta dan pengagungan. Ia mencintai makhluk sebagaimana ia mencintai Allah. Ini termasuk jenis syirik yang tidak akan diampuni oleh Allah dan ini pula yang disebut oleh Allah dalam firman-Nya, "Dan di antara manusia ada orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan untuk-Nya; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." (QS Al Baqarah 165)
[Al-Jawab Al-Kafi]

Cinta kepada Allah adalah cinta yang bersifat khusus dan tidak bisa dibandingkan dengan cinta kepada makhluk. Ini adalah cinta yang menuntut pelakunya untuk mendahulukan Allah daripada orang-orang ataupun harta benda yang ia cintai. Cinta yang menuntut kesempurnaan ketundukan, pengagungan dan penghambaan. Barangsiapa yang menyekutukan Allah dalam cinta yang bersifat khusus ini maka ia telah terjerumus dalam kesyirikan.

Lantas, sudah benarkah cinta kita? Mari kita renungkan..

Siapakah yang lebih besar mengisi rindu di hati ini? Siapa yang kita ingat ketika baru bangun tidur, saat makan, berjalan, ketika berada di peraduan hendak tidur? Allah ataukah si dia?

Apakah kita marah ketika si dia disakiti, melebihi kemarahan kita karena Allah?

Kadang kita rela melakukan segalanya demi orang yang kita cinta. Tapi, apakah kita melakukan hal yang demikian untuk Allah? Ataukah justru kita rela menabrak aturan Allah hanya demi memenuhi keinginan si dia?

Jangan sampai karena dia lantas kita melupakan Dia.

Ceritakan Pada Allah

"Katakanlah, 'Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti mengetahuinya.' Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (Qs. Al-Imran: 29)

[Ceritakan Pada Allah Meski Kau Tak Mampu Berkata-kata]

Jika kamu sedang sedih, apapun sebabnya, tentu tak ingin kamu simpan sendiri. Orang yang paling kamu cari adalah yang paling dekat denganmu. Kenapa? Karena yang terdekat adalah yang terfaham terhadap dirimu.

Kamu berharap ia memberimu udzur atas kesedihanmu. Orang asing tak memahami. Tapi apa kamu yakin, bahwa orang terdekatmu itu selalu faham 100% maksudmu?

Ternyata tidak selalu.

Begitulah manusia. Iya, begitulah manusia. Tidak semua hal terfahami oleh manusia. Kadang hal mudah sulit difahami. Kadang hal sulit mudah difahami.

Jika kamu tahu bahwa manusia begitu, maka ke mana kamu pergi? Kepada Allah al-Aliim al-Khabiir kamu kembali. Kembalikan pada-Nya. Ceritakan itu pada Allah. Jika itu karena salahmu, akuilah.  itu salahmu.

Jikapun kamu tak mau mengaku, kamu tahu Allah tahu segala detail salahmu. Tiada lagi celah menghindar. Jika itu bukan salahmu, maka ceritakan pada Allah.

Bahkan, ceritakan pada Allah meski kamu tak punya lagi kata yang tersisa...

Mungkin karena terlalu sedih atau memalukan...
Mungkin karena memang kamu tak pandai merangkai kata...

Kekasihmu kadang kecewa kamu tak pandai merangkai kata, tetapi Allah Ta'ala senang dengan taubat hamba-Nya; padahal yang dilakukan hamba bukan cerita, bukan berkisah, bukan bertutur kata, melainkan menangis menangis menangis semata. Melainkan menumpahkan kejujuran kata lewat air mata. Tumpah semua. Di depan Rabbnya bersimpuh. Mengakui itu semua.

Ceritakan pada Allah meski yang bisa kamu berikan hanyalah air mata.

Kadang, tetesan air mata lebih punya makna dibandingkan sekadar kata.

Allah Maha Tahu...jumlatan wa tafshila, global dan terperinci, segala proposalmu. Dia Maha Tahu bait-bait di qalbumu. Kamu ingin apa, Dia Tahu. Kamu benci apa, Dia Tahu. Kamu bersungguh atau berpura-pura, Dia Tahu. Tapi Dia ingin agar kamu bersegera mengangkat tangan berhadapan dengan wajah bernodamu itu.

Dia ingin kamu menulis proposal permohonan pada-Nya melalui lisan maupun tangisan. Dia ingin kamu membuktikan cintamu pada-Nya setelah Dia selalu membuktikan bahwa Dia selalu peduli padamu.

Dia selalu memperhatikanmu. Dia menyembuhkanmu saat sakitmu. Dia memberikan pelangimu kembali setelah hujanmu.

Jika kamu jujur, dan tak satu pun makhluk mempercayaimu, maka al-Khaliq tahu kejujuranmu. Jikapun Allah al-Qahhar sudah memutuskan keindahan masa depan untukmu kelak, maka tak satu pun bisa atau bermandat menghalangi keputusannya, meskipun seluruh makhluk bersepakat menghalangi.

Karena sebenarnya cinta-Nya yang harus kamu kejar, bukan cinta selain-Nya. Maka katakan cintamu pada-Nya jika memang jujur, dan takutlah jika kamu bohong.

Makhluk bisa saling membohongi satu sama lain. Namun makhluk tak bisa membohongi Khaliqnya. Barangsiapa berbohong kepada-Nya, ia sedang membohongi dirinya sendiri.

Ceritakan pada Allah meski baru bisa setitik air mata...

✒ Ustadz Hasan Al Jaizy