Tulisan ini adalah tulisan seri-2 ke dari Ustadzah
Halimah Alaydrus. Bagaimana membangun surga dalam rumah tangga. Semoga manfaat.
Nasehat ini pernah disampaikan saat pernikahan adiknya Ustadzah Halimah Alaydrus
Adikku...
Kuucap kepadamu selamat atas segera dilangsungkannya pernikahanmu
esok hari. Dengan begitu, setengah bagian dari agamamu terjaga, demikian kata
Nabi.
Dan pada saat itu, kamu pun terhubung dengan suamimu,
dalam sebuah hubungan yang bahkan di mata Alloh, Tuhan kita, lebih kuat
daripada hubunganmu dengan saudara dan kedua orangtuamu. Engkau terhubung dengannya
dan tidak hanya sekedar terkait, engkau menjadi bagian dari suamimu dan dia pun
begitu. Hubunganmu adalah sebuah hubungan yang menjadi tidak ada kau dan aku,
Yang ada adalah kita. Tak ada lagi dia dan saya, yang ada adalah kami berdua.
Adikku, komitmen akad nikah yang kau akan segera menujunya
adalah sebuah keabsahan dia menjadi suamimu, dan engkau menjadi istri untuknya.
Dik, tak boleh lagi engkau keluar sejengkal dari rumah
tanpa izinnya, bahkan puasa sunnah yang semula dianjurkan untukmu menjadi haram
untukmu tanpa kehendaknya.
Berat..?
Begitulah. Namun bersenjatalah dengan cinta.
Sebab, seperti yang kau tahu, hanya cinta yang mampu
meringankan hal terberat yang pernah ada, hanya cinta yang bisa membuat
seseorang mampu berkorban bahkan dengan nyawa, hanya cinta yang dalam sejarah
umat manusia kekuatannya lebih hebat dari senjata tercanggih sekalipun.
Bersenjatalah dengan cinta. Cintailah suamimu bukan
karena wajahnya, bukan karena fisiknya, bukan karena tatap matanya, dan bukan
karena isi dompetnya. Cintailah dia dengan tulus! Cintai dia tanpa syarat! Karena
ternyata cinta itu ada dua.
Ada cinta asmara yang penuh bunga dan kata-kata indah,
cinta yang meski tampak mempesona di awal, dia akan segera hambar bersama
berjalannya bulan apalagi tahun usia pernikahanmu. Dan cinta yang ini bukan
senjata, cinta yang ini akan berubah menjadi bom waktu yang kelak meledak
tatkala kekecewaan melandamu.
Dan ada pula jenis cinta lainnya, yang berbeda. Cinta yang
tulus, cinta sejati...
Cinta tanpa jika. Cinta tanpa karena.
Sebuah cinta yang membuatmu berucap kepadanya dengan
sepenuh hati dan jiwa:
“Apapun yang kau lakukan, pintu hatiku akan selalu
terbuka untukmu.”
Tidak adikku, tidak usah takut kamu akan dimanfaatkan
karena itu, sebab ketika dia menerima cinta semacam itu darimu, dia menerima
hadiah yang paling berharga. Jika engkau buktikan kesungguhan ucapanmu dengan
lakumu, dia akan menyambut ke arahmu, bukan mundur menjauhimu, untuk menggapai
cintamu.
Maka, Dik, cintai dia hanya karena dia adalah suamimu,
itu cukup sebagai segala karena dan jika.
Cintai dia karena dia adalah orang yang dipilih Alloh
untukmu kamu melayari bahtera rumah tangga bersama, menata langkah yang
sejalan, berbagi dalam suka dan duka, merajut tawa dan tangis berdua. Cintai dia
dengan cinta yang ini. Cintai suamimu, cintai wajahnya kala sedang rapi ataupun
bangun tidurnya, cintai senyumnya juga cemberutnya, cintai kata-kata manis dan
omelannya, cintai segala kelebihan sekaligus kekurangannya. Cintai dia apa
adanya.
Adikku, pernikahan ini membuatmu mengetahui segala aib
dan kekurangannya, namun tak apa. Karena dia pun akan mengetahui segala aibmu
juga, bukankah tak ada manusia yang sempurna? Dan kamu dan dia, juga kita
semua, adalah bukti yang paling nyata. Masalahnya, tinggal bagaimana kamu
mengubah fokusmu. Mau berkonsentrasi kepada kekurangannya saja ataukah lebih
memperhatikan segala kelebihan-kelebihannya yang tentunya lebih banyak dia
miliki.
Maka, nanti.. setelah bulan madumu berlalu, dan hitungan
bulan bahkan tahun berlalu, - ya nanti, sebab jika masih pengantin baru, ehm...
semuanya masih terasa semanis madu kata orang – setiap kali kau kecewa atas
sesuatu yang ada pada dirinya, cobalah berkaca dan dengan bijak akui bahwa
seperti dia yang membuatmu kecewa, barangkali engkau pun seringkali membuatnya
kecewa. Seperti dia dengan segala kekurangannya, engkau pun bukan manusia
sempurna. Cintai dia lengkap dengan segala kekurangannya.
Adikku sayang, ada satu hal penting lagi yang ingin
kusampaikan kepadamu.
“Pahami makna prioritas.”
Jika engkau belum memahami maksudku, maka izinkan aku
bercerita kepadamu:
Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan
tangan dengan mesra di sebuah taman yang indah pada suatu malam nan berbintang
ketika mereka terdengar suara di kejauhan.
“Kuek, kuek!”
“Dengarkan, itu pasti suara ayam,” ujar sang istri.
“Bukan, sayang, itu suara bebek,” bantah suaminya.
“Enggak, aku yakin itu ayam,” kilah istrinya.
“Mustahil. Itu pasti bebek, karena suara ayam itu
kukuruyuk atau petok-petok,” ucap sang suami dengan nada mulai terdengar marah.
Hening sesaat.
“Kuek, kuek!” terdengar lagi suara itu.
“Tuh, kan, itu suara bebek,” kata suaminya lagi.
“Tapi itu ayam,” istrinya kembali bersikukuh.
“Dengar ya, itu adalah bebek, B-E-B-EK..BEBEK,
tahu...!”
“Enggak mungkin! Itu AYAM. A-Y-A-M.”
“Itu jelas-jelas bebek... kamu ini...!” suami mulai
marah dan mengucapkan kata yang tak seharusnya diucapkan.
Si istri mulai hampir menangis. “Tapi itu ayam.”
Sang suami melihat air mata di pelupuk mata istrinya
dan ia pun teringat mengapa ia menikahi wanita itu. Lantas ia pun berkata
dengan penuh kasih sayang:
“Maafkan aku sayang. Kurasa kamu benar. Itu suara
ayam.”
“Terima kasih, sayang,” ujar sang istri kembali
menggandeng tangan suaminya. Dan mereka kembali berjalan di taman, menikmati
indahnya malam.
Adikku, apa pedulimu dengan ayam atau bebek? Yang lebih
penting adalah keharmonisan kalian. Berapa banyak pernikahan hancur hanya
gara-gara urusan sepele? Berapa banyak perceraian terjadi hanya karena urusan
ayam dan bebek belaka? Keutuhan kalian adalah prioritas, keharmonisan kalian
adalah utama, pernikahanmu jauh lebih penting dari sekadar tahu siapa yang benar,
dari sekadar pembuktian apakah itu ayam atau bebek?
Maka, Dik...
Kuucap kepadamu selama memasuki gerbang pernikahanmu. Jadilah
istri yang sholehah dan jadikanlah rumah tanggamu penuh berkah. Rumah tangga
yang menjadikan syariat Alloh sebagai panduan, menjadikan Nabi Muhammad SAW
sebagai panutan, menjadikan surga sebagai tempat akhir kebersamaan.
Aku, kakakmu, dan semua saudaramu melepasmu dengan doa
restu.
“Barokallohu lakuma wa baroka ‘alaikuma wa jama’a
bainakuma bikhoir.”
Masya allah indah sekali nasihat ini,ngena banget hehe
BalasHapuswajib direnungi dan dlaksanakan👌😄