Selasa, Juli 26, 2016
Keliru Meletakkan Takut
Rabu, Juli 13, 2016
Bunda...
Bunda, telah lama aku mencari tahu apa yang dimaksud dengan bahagia. Kenapa begitu sulit untuk kuraih. Begitu jauh, sulit sekali terjangkau. Lantas, aku mencoba untuk menysusun mozaik-mozaik kebahagiaan yang pernah menyapa. Sebagian harus kuhapus karena semu. Apakah layak disebut kebahagiaan jika hati tak tenang, jika dengan kebahagiaan itu banyak orang lain yang menderita. Akhirnya, aku bertemu dengan kenyataan yang mengajarkan kerja keras; lalu menerima kerja keras itu dengan penuh kesyukuran, apapun hasilnya. Dengan begitu kebagian bisa lebih nyata untuk dirasakan. Akhirnya, aku menyadari, bahawa kebahagiaan itu akan lebih nikmat dirasakan sambil mengurangi penderitaan orang lain.
Bunda, aku juga sangat menginginkan untuk hidup berkecukupan. Berbagai cara pernah kujalani untuk mencapainya. Mengumpulkan harta. Mengumpulkan segala. Tapi tak pernah bisa. Sulit sekali. Sampai aku menyadari bahwa orang yang berkecukupan adalah mereka yang bisa memberi, lain dari itu bukan.
Bunda, aku sangat malu ketika menyadari bahwa keluhanku adalah bukti dari ketidakdewasaanku. Karena ternyata, dewasa itu sangatlah relatif. Seseorang bisa dewasa untuk suatu masalah, tapi belum tentu untuk masalah yang lainnya. Orang perorang punya pengalamannya sendiri, punya latarbelakang yang membentuk dirinya sendiri. Tak manusiawi jika semuanya disamakan, lebih tak manusiawi lagi jika mengharuskan mereka untuk selalu sama dengan kita, untuk mengikuti segala keinginan kita.
Bunda, sekarang aku menyadari bahwa dewasa adalah pelajaran sepanjang hidup. Tak boleh berhenti untuk didalami, tak boleh selesai untuk diselami, tak boleh berakhir, tak boleh. Bahkan sejatinya, dewasa itu harus selalu ditambah, harus selalu digali, harus selalu ditingkatkan, dari masalah ke masalah, dari peristiwa ke peristiwa, dari fase hidup ke fase hidup yang lainnya. Dan pembelajarannya begitu unik, sangat spesial. Tak cukup sekali diajari, tak cukup berkali-kali, tak pernah cukup. Karena sebagaimana kesabaran, kedewasaan memang sengaja diciptakan Allah tanpa batas.
Adek Dini (3)
Saat di mobil, hari itu H-1 keberangkatanku menuju Manokwari. Aku benar-benar harus meneguhkan hati lagi untuk berangkat. Perjalananku selama mudik lumayan jauh. Dan satu hal yang aku pikirkan, apakah tidak ada satupun pekerjaan atau usaha yang bisa aku kerjakan disini? Haruskah begitu jauh aku jemput rezeki dari-Mu?
"Apa yang kita anggap tidak baik, padahal bisa jadi menurut Allah baik bagimu." Petikan ayat yang aku ulang-ulang agar meneguhkan hatiku.
Disaat yang sama adek Dini dengan riang ngobrol aja. Ngobrolin temen2nya. Ngobrolin sesuatu yang bikin suasana hidup. Masya Allah.
Aku belajar bahwa bagaimanapun keadaan, jadilah orang yang bisa jadi pembawa solusi. Jadi penghibur. Jangan malah bikin rumit keadaan.
Adek Dini juga kalo senggang, beliau suka ngelakuin hal yang disukai. Gambar, baca buku, nonton film kartun. Aku juga belajar jadikan waktu kita diiisi dengan hal yang disukai dan bermanfaat.
Terimakasih Adek Dini udah ngasih pelajaran yang berharga. Semoga Adek Dini selalu jadi penghibur hati buat keluarga dan jadi anak yang sholeha, juga hafidz Qur'an. Aamiin.
Yang merindukanmu, Aak.
Rabu, Juli 06, 2016
Lebaran 1437 H
Apa yang paling berkesan lebaran tahun ini?
Tak disangka sekali aku bisa lebaran di rumah orangtua. Sungguh sama sekali aku tak menyangka. Niat awal aku ingin lebaran di Manokwari. Namun tak disangka dapat rezeki yang tak diduga akhirnya aku bisa pulang.
Waktu Ramadhan aku nelpon bunda, "Bunda, lebaran aak ga pulang ya. Nanti pulangnya pas prajab aja. Maaf ya da. Insya Allah aak baik-baik aja." "Iya nak. Gapapa."
Namun aku dengar suara adek Dini yang nangis karena aku ga bisa pulang. Aku bener-bener nangis. "Ya Allah bantulah hamba.."
Aku amalkan amalan dari buku YM. Perbanyak sholat tahajud, sedekah, dan baca surat al-waqiah. Ga lupa juga baca al-matsurat, sholat Dhuha dan tilawah ODOJ.
Hingga akhirnya aku dapat rezeki yang tak diduga. Aku bisa dapat tiket pulang. Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar walillailham.
Namun yang tak enak adalah meninggalkan kepala seksiku di Manokwari. Beliau tahun ini ga pulang ke Jawa. Aku hanya bisa menelpon dan mendoakan beliau agar selalu baik-baik disana.
Saat kita bener-bener butuh dengan Allah. Kita akan sungguh-sungguh beribadah kepada Allah.
Bunda selalu ngasih nasehat, "Nak insya Allah kamu akan jadi anak yang beruntung. Yakin pasti ada yang nolong kamu. Perbanyaklah ibadah nak. Kuatkan kesabaran. Allah akan selalu dengan anak bunda yang sholeh."
Netes air mata ini. Aku bener-bener banyak salah sama Bunda. Tapi Bunda selalu berbuat baik, selalu mendoakan, selalu perhatian dengan anak-anaknya. Masya Allah.
"Nak, pasti ada hikmah yang besar kamu bisa disana. Cari lingkungan yang baik yang bisa ngajakin kamu kepada kebaikan. Perbanyaklah manfaat bagi orang-orang sekitarmu. Tebarkan kebaikan bagi siapapun. Insya Allah kamu akan selalu ditolong oleh Allah. Yakin nak! Yakini dalam hatimu. Bahwa Allah Maha Dekat. Allah akan memudahkan urusan bagi siapapun yang memudahkan urusan orang lain."
Peluk Bunda :)
Selasa, Juli 05, 2016
Prestasi
“Umi sih enggak masalah, kalau anak-anak umi enggak pinter, yang penting kalian menjadi anak yang soleh dan solehah.” Kata Almarhumah Ustadzah. Yoyoh Yusro kepada anak-anaknya. Iya, investasi terbesar yang dimiliki orangtua adalah anak yang sholeh dan sholehah, bukan anak yang pintar, bukan juga anak yang memiliki sederetan prestasi yang luar biasa banyaknya.
Prestasi hanya akan membuat orangtua kita bangga di dunia, tapi jika tidak diiringi kesolehan, prestasi itu tidak bisa dibanggakan oleh orangtua kita di akhirat kelak. Bukankah amal yang dibawa mati itu salah satunya adalah doa anak yang sholeh, bukan doanya anak yang pintar, bukan juga doa anak yang berprestasi. Biarlah prestasi itu menjadi bonus saja atas kebaikan dan kesolehan kita, sebagai salah satu bukti bakti kita kepada orangtua, keluarga, masyarakat ataupun bangsa; bukan sebagai tujuan utama yang nantinya malah membuat kita tersesat, membuat kita semakin jauh kepada Allah.
Maka, berprestasilah sesuai dengan bidangnya masing-masing, dengan karya-karya terbaik, dengan kontribusi-kontribusi terbaik, tapi jangan melupakan hubungan kita dengan Allah juga hubungan kita dengan sesama. Lakukanlah kebaikan sebanyak-banyaknya dengan prestasi-prestasi itu, agar kemanfaatannya bisa dirasakan oleh sesama dan pahalanya bisa mengalir kepada orangtua kita, bisa menolong dan membantu kehidupan mereka di akhirat kelak, bisa membuat mereka bangga dunia wal akhirat.
Selamat berbakti kepada orangtua :D
Sabtu, Juli 02, 2016
Berjuang Bareng
Petikan perkataan di film Alif Lam Mim yang bagus banget buat diresapi:
"Kamu inget ga? Dulu kamu bilang apa ke Papa, waktu kamu ngelamar aku? Aku ga pernah lupa tuh. Dulu kamu minta izin ke Papa buat ajak aku nemenin kamu berjuang bareng disisa umur kita. Bukan buat jamin aku hidup bahagia lho ya. Tapi buat berjuang bareng. Dan ternyata justru itu yang membuat Papa memilih kamu. Saat semalam aku denger kata resign, aku sempet shock sih. Tapi ya, mana bisa kamu nentuin sikap, sambil takut kehilangan pekerjaan. Kalau kamu takut ga ada uang karena mikirin aku dan anak kita. Itu sama aja kamu ga ngasih aku dan anak kita kesempatan untuk nemenin kamu berjuang. Justru ini kesempatan kamu untuk memberikan tauladan ke anak kita, supaya dia bisa melihat sendiri bagaimana ayahnya menentukan sikap, bahwa dia punya ayah yang tajam mata hatinya. Yang selalu berusaha adil menilai mana yang benar dan mana yang hanya kelihatan benar. Aku takut jadi istri yang suaminya tuli. Ga bisa denger kata hatinya sendiri. Cuman kamu yang bisa ajarin aku supaya ga bergantung sama uang. Ga takut sama dunia."