Kalian sudah pernah merasakan yang namanya cinta
pertama? Aku pernah, sekian tahun silam.
***
“Astaga,
jangan terlalu percaya bahwa cinta pertama itu adalah cinta yang paling indah,
cinta sejati, sulit dilupakan, atau amat mengesankan.”
Itu kata ayah,
dengan nada menghibur, sedikit mengejek, dan menasihatiku. Setelah mendengar
ceritaku di salah satu forum lelaki. Cinta pertamaku ternyata sudah punya pacar
coba. Menyakitkan. Maka malam itu, ayah menghiburku.
Berbeda dengan bunda
yang harus begini dan begitu, tidak boleh ini dan tidak boleh itu, ayah
memberikan salah satu hal yang diinginkan oleh kaum lelaki: kebebasan. Kata
ayah, tidak ada laki-laki yang lebih berani daripada laki-laki yang
bertanggungjawab. Maka, kebebasanku juga memiliki syarat, harus bertanggungjawab. Tentu saja aku menerima syarat
itu. Tahu alasannya kenapa? Sudah pernah kuceritakan sebelumnya bukan, kalau
sebagian laki-laki sangat tidak suka dibilang pengecut. Kebetulan, aku masuk ke
golongan yang sebagian itu. Dan jujur, untuk hal ini aku lebih suka caranya
ayah daripada caranya bunda. Sedikit sekali orang yang mau disuruh-suruh,
diatur-atur, dilarang begini dan begitu. Bahkan, untuk laki-laki dengan
tingkat kenakalan tertentu, larangan hanya akan membuatnya semakin semangat
untuk melanggarnya, untuk melakukannya. Bisa jadi karena tertantang, bisa juga
karena penasaran.
Sedangkan dengan
diberikan kebebasan, aku merasa lebih dihargai, lebih
dipercaya, bisa diandalkan, dan serasa dianggap dewasa. Walaupun terkadang,
harus menerima hukuman yang lebih berat ketika melanggar syarat tanggungjawab
itu. Tapi setidaknya, hukuman secara langsung yang ayah berikan atau yang tidak
langsung aku rasakan akibat konsekuensi perbuatan itu, selalu membuatku jera
atau berpikir berulang kali sebelum melakukan kesalahan yang sama.
Itulah kenapa untuk
beberapa hal aku lebih nyaman terbuka dengan ayah daripada bunda. Termasuk
dalam urusan perasaanku terhadap perempuan, cinta pertamaku itu:
“Nak, mau ayah
ceritakan satu rahasia kecil tentang cinta sejati.”
“Boleh,
Ayah.” Jawabku
sedikit malas, sedikit penasaran
“Tak ada yang
namanya cinta sejati antar manusia. Apa yang selama ini kamu dengar tentang
cinta sejati di cerita-cerita romantis itu, hanyalah kebohongan belaka.
Apalagi, cerita tentang cinta pertama. Tak ada hebat-hebatnya, karena memang
tak ada yang perlu dibanggakan. Bagi laki-laki, hanya masalah waktu saja untuk
menemukan cinta pertama, kedua, ketiga dan selanjutnya. Kamu tahu, bunda itu
cinta keberapa ayah?”
“Keberapa
emang ayah?” aku mulai antusias
“Keempat. Ayah sudah
berpacaran tiga kali dengan perempuan yang berbeda sebelum memutuskan menikah
dengan bunda.”
“Hah,
kenapa bisa sebanyak itu Ayah?” aku kaget, ayah tertawa kecil.
“Kenapa bisa
sebanyak itu, dan kenapa memilih bunda adalah salah satu pelajaran paling
berharga dalam hidup ayah.”
“Laki-laki dan
perempuan sama-sama punya kecenderungan untuk tertarik satu sama lain. Selama
laki-laki itu normal, Bohong kalau laki-laki tidak menyukai perempuan manapun.
Pasti ada salah satu atau beberapa perempuan yang lebih disukai seorang
laki-laki di atas perempuan yang lainnya sebaliknya, itu juga berlaku ntuk
perempuan. Seperti di sekolah, kamu lebih menyukai cinta pertamamu itu daripada
perempuan lainnya bukan? Di tempat yang lainpun, kamu akan menemukan perempuan
yang lebih kamu sukai daripada perempuan lain di tempat tersebut. Rasa suka itu
muncul entah dari interaksi yang sering, dari karakter yang cocok, dari prinsip
yang sama, dari fisiknya, juga dari penyebab-penyebab yang lainnya. Itu sangat
manusiawi. Tidak bisa dihindari, kita hanya harus mengendalikannya. Sayangnya,
dulu ayah kurang bisa mengendalikan itu. Itulah sebabnya kenapa ayah
berganti-ganti pacar sebelum bertemu dengan bundamu.”
“Emang,
apa yang dilakukan bunda kepada ayah?”
“Bunda mengajarkan
ayah tentang pilihan yang sejati. Memang benar tidak ada cinta sejati antar
manusia, karena cinta sejati cukup diperuntukkan kepada Allah. Tetapi, selalu
ada pilihan yang sejati. Sejak ayah bertemu bunda, berkenalan lebih dekat
dengan bunda, bahkan sempat berpacaran beberapa waktu dengan bunda, entah apa
penyebabnya, tiba-tiba bunda memberikan pilihan yang sulit kepada ayah: segera
menikahi bunda atau silahkan cari perempuan lain untuk berpacaran. Setelah ayah
berfikir dan merenung, ayah memilih pilihan yang pertama. Dan bunda benar-benar
hebat mengajarkan ayah tentang arti pilihan itu.”
“Emang
apa itu pilihan yang sejati?”
”Pilihan yang
benar-benar dijalankan konsekuensinya. Kenapa ayah sempat berpacaran, bahkan
berganti-ganti, itu karena dulu ayah tidak terlalu hebat dan berani dalam
membuat pilihan tentang cinta. Tidak memahami bahwa, jika seseorang telah
memilih untuk mencintai pasangannya, tak peduli seberapa tidak sempurna
pasangan tersebut, selama ada saling memahami, saling menerima, saling
menambal, dan saling memberi, cinta itu akan tumbuh kian membesar. Sehingga,
untuk cinta jenis ini, ayah tak membutuhkan lagi cinta-cinta selanjutnya. Cukup
bunda saja. Itu yang bundamu lakukan dan ajarkan kepada ayah. Itu salah satu
bentuk pilihan dalam cinta, yang sudah ayah dan bunda putuskan bersama, dan
keputusan itu berakhir sampai salah satu diantara kami meninggal dunia.”
“Emang
ada pilihan yang lain, Ayah?”
“Ada, bagi mereka
yang kurang ajar dan tak tahu diri, melampiaskan cinta kedua, ketiga dan
selanjutnya dengan berselingkuh. Bagi yang taat banget beragama, memiliki rasa
adil tingkat tinggi dan keikhlasan berbagi kasih sayang, saling bersepakat
melakukan poligami. Bagi yang takut dosa, sebenarnya enggak taat-taat banget
dalam beragama menggunakan poligami sebagai alasan saja. Tapi itu jauh lebih
baik daripada mereka yang berselingkuh.”
“Ha,,
ha,, “ aku
tertawa
“Berarti
aku harus menghapus cinta pertamaku dong, Yah?”
“Tak ada yang perlu
dihapus dari sebuah kenangan. Karena setiap kenangan selalu bisa memberikan
hikmah. Kita hanya harus mengatur hati, agar kenangan itu tidak merusak masa
depan. Lagipula, seberapa keraspun kita berusaha, kita tidak akan pernah bisa
memiliki semuanya. Itulah salah satu alasan kenapa kita harus bersyukur dengan
apa yang ada.”
“Sepertinya kita
juga tidak membutuhkan semuanya, bukan? Hanya beberapa saja. Makanya, cukup
fokus pada apa-apa yang kamu butuhkan, dan apa-apa yang benar-benar sangat kamu
inginkan. Itu sudah lebih dari cukup. Dan menurut ayah, kamu tidak terlalu
membutuhkan pacaran bukan? Juga masih terlalu kecil untuk menginginkan
berkeluarga.”
“Iya juga sih.”
“Astaga, bukankah
kamu juga sudah janji sama bunda kalau tidak akan pacaran?”
“Sst, jangan
keras-keras ayah, nanti bunda denger.”
*penjelasan
ayah tentang cinta sejati adalah pengembangan dari quotes tere liye: “tak ada cinta
yang sejati, yang ada hanyalah pilihan yang sejati”
#diorama
#diorama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar