“Bu,
anak kita sudah tidur kah?”
“sepertinya sudah, Pak.”
“tadi Bapak menegurnya terlalu keras ya, Bu?”
“iya, Pak.”
“maaf.”
“kok minta maafnya sama Ibu?”
“iya deh, besok Bapak minta maaf langsung. Bapak hanya
ingin anak kita menjadi kuat, Bu. Makanya tadi agak keras.”
“terlalu keras juga bisa membuatnya patah, Pak.”
“terus, kita harus gimana, Bu? Apa baik kalau kita
selalu memperlakukannya dengan lembut?”
“tapi, apa nanti tidak akan membuatnya lembek, Pak?”
“iya juga sih, Bu. Baiknya gimana ya?”
“mungkin lebih baik, kalau kita menggunakan bahasa
kasih sayang, Pak.”
“bahasa apa itu, Bu?”
“bahasa yang dipahami sebagai kasih sayang, Pak?’
“maksudnya, Bu?”
“anak kita harus sadar, kalau apapun perlakuan kita
kepadanya, entah itu keras atau lembut; hukuman atau hadiah; marah atau senang
adalah bahasa kasih sayang kita.”
“iya, ya, Bu. Mungkin dengan demikian anak kita tidak
sempit untuk memandang dunia. Tapi caranya gimana ya, Bu?”
“ya, kita harus sering berbicara dari hati ke hati ke
anak kita, agar dia mengerti bahasa kasih sayang kita. Harus lebih banyak
mendengar daripada bicara, proporsional, dan tulus kali ya.”
“baiklah, Bu. Nanti kita coba ya.”
Sementara itu, di kamar seberang sang anak masih mengeluarkan
air mata. Tak pernah Bapaknya sekeras itu memarahinya. Kesalahannya kali ini
memang tergolong fatal, dia menggunakan uang kas kelasnya untuk membeli buku,
padahal niatnya meminjam, untuk nanti diganti dengan uang pemberian ibunya.
Tapi sudah seminggu berselang, dia kelupaan. Baru inget tadi siang sewaktu uang
kas itu mau dipakai untuk membeli bingkisan buat teman sekelasnya yang sedang
sakit. Tadi setelah makan malam, dia menceritakan itu kepada bapak-ibunya. Dan
dia masih ingat kata-kata Bapak yang disayanginya itu:
“Kamu, jangan sekali-kali korupsi ya. Haram tahu
enggak? Repot ngilanginnya kalo uangnya sudah mengalir ke darah kamu”
Anak
itu mengusap air matanya. Berusaha tersenyum walapun pahit. Setelah merenung
cukup lama hatinya bilang kalau marahnya Bapak adalah untuk kebaikannya. Besok
sebelum berangkat sekolah dia ingin meminta maaf kepada orangtuanya.
***
untuk siapapun yang masih sulit untuk memahami kasih
sayang
#diorama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar