dan
tentang takdir:
anggap saja sebagai sebuah skenario besar kehidupan. produser
dan sutradaranya adalah Allah itu sendiri. naskah segala kejadiannya, tersimpan
sangat rapi dan sempurna dilauful mahfudz. dan kita ada aktor serta aktrisnya.
bedanya, ini bukan sandiwara. apalagi sandiwara ala sinetron. It`s the real of life.
semua yang ada di hadapan kita adalah takdir, baik peristiwanya,
atau bahkan keunikan orang-orang yang ada di dalamnya. keseharian kita adalah
takdir. termasuk membaca dan menulis tentang takdir ini, merupakan bagian dari
takdir itu sendiri. karena takdir ibarat 'skenario', kita hanya harus
menjalankannya. ingat ya menjalankan, bukan hanya pasrah dan menunggu, walaupun
mungkin pasrah dan menunggu merupakan bagian dari takdir seseorang juga.
mungkin ada pertanyaan, kok aneh ya, Allah menciptakan manusia
lengkap dengan takdirnya bahkan satu paket setelah kematiannya sudah
ditentukan. kejadian setiap harinya juga sudah tercatat. tapi itulah hebatnya
Allah, karena Dia adalah Sang Pencipta (produser) tentunya dia berhak melakukan
dan menentukan apapun terhadap ciptaannya. seperti kalau kita mau bikin kue
misalnya, kue apa dan bagaimana rasanya tergantung keinginan kita, bedanya
mungkin kita punya keterbatasan untuk bahan-bahan, anggaran, juga pengetahuan
tentang resep kue yang ingin dibuat. sehingga kadang, rasa dan bentuk kue, tak
sesuai dengan yang diharapkan atau direncanakan. tapi Allah tidak punya
keterbatasan tersebut, karena tidak seperti kita, Dia Maha Kuasa, juga Maha
Tahu atas segala. yang bisa melakukan apapun yang Dia ingin. termasuk ketika
Dia menciptakan kita, juga manusia yang lainnya, sudah satu paket dengan segala
karakter, kelakuan, nikmat, bencana, ujian, gagal, berhasil dan semua hal yang
menimpa kita.
indahnya, Allah tidak sembarangan menentukan semua itu. semua
ada ketentuannya, yang terkenal dengan sunatullah. sebelum ditakdirkan berhasil
misalkan, biasanya seseorang ditakdirkan dulu untuk bekerja keras, begitu juga
sebaliknya, orang yang gagal, biasanya ditakdirkan terlebih dahulu untuk malas.
dst. tentunya selalu ada pengecualian. Pada nabi pengecualian itu disebut
mukjizat. zaman sekarang pengecualian itu biasanya sesuatu yang tidak biasa,
misalkan tiba-tiba kita mendapatkan rezeki tanpa berusaha, dapat kepintaran
tanpa belajar terlebih dahulu. dan yang namanya pengecualian, tentunya
jumlahnya sedikit, tidak banyak. dan biasanya itupun untuk menandakan bahwa
Allah yang Maha Kuasa nan Bijaksana, yang bisa melakukan apapun yang Dia ingin,
semuanya bisa terjadi dengan izin-Nya, kita hanya bisa berusaha, Allah yang
menentukan hasilnya. tapi bukan berarti ketika semua tentang kita sudah
ditentukan Allah, hidup kita jadi tidak bersemangat, toh Allah sengaja untuk
menyembunyikan takdirnya rapat2. untuk dipahmi, dihayatii, serta dikuak oleh
orang-orang yang paham dan percaya, dalam setiap episode kehidupannya. dan
itulah seni kehidupan: menjalankan takdir yang sudah ditentukan Allah, tapi
kita bebas memilih untuk menjalankannya dengan cara yang kita mau, karena
sekali lagi, cara apapun yang nantinya akan kita pilih, atau yang sudah kita
pilih, juga yang sedang kita pilih, beserta segala konsekuensinya: sudah
ada dalam catatan-Nya, bahkan sebelum kita lahir.
bukan berarti juga, dengan sudah ditentukannya takdir kita, kita
jadi enggan untuk berdoa,"toh semuanya udah ditentukan"? bukan begitu konsepnya. doa, usaha
serta takdir memang satu paket kehidupan. untuk usaha mungkin lebih mudah
diterima logika, tapi doa dan takdir, lebih membutuhkan iman daripada logika.
berhasil atau tidak adalah hasil, bahkan ada yang tidak pernah berdoa, dia
tetap berhasil. tapi tidak dapat pahala dari doanya, dia hanya dapat pahala
dari usahanya. sementara yang berusaha dan berdoa tapi gagal, ia tetep
dapat pahala dari usaha dan doanya, ditambah dengan rasa syukur serta sabar,
juga kedekatan yang lebih kepada Tuhannya. lebih beruntung lagi, orang yang
rajin berusaha, berdoa, dan berhasil, serta pandai bersyukur dan bersabar,
merekalah orang-orang yang mendapatkan kesempurnaan nikmat Allah.
subhanallahnya, Allah masih berbaik hati, dengan memberikan kita
petunjuk berupa Al-Qur`an dan As-sunahnya untuk menjalankan kehidupan, yang di
dalamnya ada koridor, "the do and the don`t" yang boleh dan yang tidak,
juga cara untuk memahami serta menjalankan kehidupan itu sendiri.
sekilas memang terasa aneh, juga mungkin ada beberapa logika
kita yang belum sanggup menerimanya, oleh karena itu takdir merupakan bagian
dari rukun iman. yang harus dijawab dengan hati juga keyakinan, bukan hanya
logika, sebagaimana kita harus mempercayai Allah, Malaikat, Al-Qur`an, hari
kiamat juga rukun iman yang lainnya. karena Allah menginginkan kita
menyempurnakan akal kita yang terbatas dengan keimanan.
Waallahu`alam Bishowab...
semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar