“Masalahnya,
keberhasilan sebuah hubungan tidak ditentukan dari seberapa dekat atau seberapa
lama kita memulainya. Tapi seberapa kuat kita menjaganya sampai akhir.”
***
Itu
jawaban bunda waktu aku tanya kenapa bisa marahan sama Ayah, padahal udah bertahun-tahun
menikah, sudah pacaran cukup lama juga sebelum menikah. Bunda memang lagi kesel
sama ayah, aku juga enggak tahu penyebabnya apa. Soalnya, kalau mereka lagi
kesel, marah, atau berantem mereka tidak pernah menunjukkan itu di hadapan
anak-anaknya. Aku paling hanya tahu dari cerita bunda di forum perempuan,
tentunya itu sudah difilter sama bunda, enggak semuanya diceritain.
Bunda
juga baru suka cerita masalahnya dengan ayah, ketika aku SMA kelas dua. Kata
bunda, setiap orangtua itu punya rahasia yang tidak perlu diceritakan sama
anaknya, sama seperti anak yang punya rahasia yang tidak perlu diceritakan
kepada orangtuanya. It`s oke. Aku sepakat dengan itu. Walaupun bunda suka
curang nanya-nanyain temen aku, kalau aku lagi punya masalah dan engak mau cerita
sama bunda. Dan bunda selalu punya alasan untuk apa yang dilakukannya. Katanya,
sebagaimana bunda bisa bertanya ke temen-temenku tentang aku, aku juga boleh
bertanya tentang ayah dan bunda ke siapapun. Kecurangan yang nyata kan?
Pertama, bunda jarang banget cerita masalahnya dengan ayah ke orang lain, yang
kedua mana berani aku bertanya kepada teman-teman ayah bunda tentang itu.
Kalau
nanya ayah, ah walaupun mereka lagi berantem atau marah-marahan, mereka selalu
kompak dalam persekongkolan untuk mendidik anak-anknya. Pasti jawabannya,
enggak ada apa-apa. Padahal aku selalu bisa menangkap kalau mereka lagi enggak
akur. Sehebat apapun mereka menyembunyikannya, selalu ada hal aneh dan janggal
yang aku rasakan.
Malam
itu bunda hanya bisa nyengir malu, mendengar jawaban dari pertanyaanku. Itulah
lucunya bunda kalau curhat tentang permasalahannya. Kadang, aku tinggal nanya
kenapa begini kenapa begitu, biasanya bunda menjawab apa masalahnya sekaligus
solusinya. Tentu saja bunda nyengir gara-gara perkataannya sendiri tentang
menjaga hubungan. Tentunya, tahu apa yang harus dilakukannya. Kata bunda dalam
pertemuan forum perempuan yang lain, seseorang itu kalau lagi kesel atau marah
cenderung mengutamakan emosinya daripada akal jernihnya, termasuk bunda. Suka
lupa banyak hal kalau lagi kesel banget sama ayah. Lupa bagaimana caranya
mengalah, lupa kalau ayah itu imam, bahkan sampai pernah lupa memasak coba.
Ketika bunda gelagapan karena baru sadar makan malamnya belum ada, dengan
santainya ayah bilang kalau malam itu kita makan di luar. Padahal biasanya
kalau mau makan bareng di luar pasti enggak pernah dadakan. Tapi kayaknya
setelah makan malam itu mereka langsung berdamai deh.
Dan
malam itu juga, bunda berbaik hati menceritakan masalahnya dengan ayah,
tentunya setelah aku tanya dan setelah bunda tersenyum malu atas jawaban
pertanyaan sebelumnya;
***
“Emang
kenapa sih bisa sampai kesel sama ayah, Bun?”
“Ayahmu
itu lho, Put. Masa mau merubah proposal kehidupan keluarga kita seenaknya
saja.”
“Maksudnya
proposal kehidupan keluarga, Bun?”
“Oh
iya, bunda belum cerita ya. Ayah sama Bunda tuh punya proposal sederhana yang
isinya tentang bagaiamana menjalankan keluarga kita. Di sana, semua hal tentang
keluarga kita dirumuskan. Tentang keuangan, tentang karier ayah dan bunda,
tentang pendidikan anak-anak, tentang perkembangan anak-anak, tentang aset-aset
keluarga, tentang rumah tangga, tentang rencana berlibur, dan masih banyak
lagi.”
“Emang
penting ya Bunda?”
“Penting
banget, Nak. Dulu, semenjak bunda dan ayah berkeluarga, kami sama-sama sepakat
kalau keluarga adalah segalanya buat kami. Pokoknya yang paling penting deh.
Nah, kalau untuk suatu pekerjaan kantor saja atau mungkin Putri sering buat
kegiatan di kampus, kita mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh, dengan matang,
dengan perencanaan macam-macam, dengan begini dan begitu. Apalagi untuk
keluarga yang jauh lebih penting dan periodenya lebih lama daripada itu.”
“Iya
juga ya Bun. Tapi kok aku enggak pernah dilibatin ya, Bun?”
“Siapa
bilang kalian enggak dilibatin. Emang yang kumpul keluarga tiap bulan itu untuk
apa, Nak? Bunda dan ayah nanyain Putri tentang ini-itu, tentang ingin apa, itu
tujuannya sebagai pertimbangan tahu. Dan kalian anak-anak, selalu menjadi
prioritas dan pertimbangan paling penting dalam proposal itu.”
“Kalau
ada yang enggak sesuai dengan proposal itu bagaimana Bunda? Misalkan, ternyata
apa yang sudah direncanakan di proposal kehidupan itu enggak tercapai.”
“Proposal
kehidupan itu hanya salah satu cara untuk mencapai keluarga yang baik, Nak.
Yang sakinah, mawaddah, warrohmah. Kita hanya sedang memperjuangkan itu demi
kehidupan lain yang lebih baik setelah mati nanti. Artinya, memang sedikit
kemungkinannya proposal itu 100% terlaksana. Karena terkadang, Allah selalu
punya rencana yang lebih baik dan lebih indah daripada rencana kita. Tapi
setidaknya kita sudah berusaha sebaik mungkin. Jikapun tidak berhasil, kita
masih tetap menghargai keputusan Allah, dengan menyesuaikan proposal itu dengan
keputusanNya. Diubah-ubah gitu deh.”
“Gpp
ya Bunda?”
“Iya,
gpp dong sayang. Putri harus memahami kebijakan yang sederhana ini. Kadang,
kita terjebak pada sebuah pemahaman bahwa tujuan, cita-cita, keinginan jauh
lebih penting daripada perjalanan menuju ke sana. Padahal adakalanya,
perjalanan lebih mengesankan daripada tempat yang dituju. Bahkan bisa jadi kita
lebih banyak belajar selama perjalanan itu daripada belajar di tempat tujuan.
Adakalanya juga, mungkin kita gagal untuk mencapai tempat yang sudah kita tuju,
tapi kita sampai pada tempat yang jauh lebih indah.”
***
Tuh
kan, bunda nyengir malu lagi. Tadi sebelumnya kesel banget sama Ayah yang
mengubah proposal kehidupan, sekarang bilang kalau proposal itu bisa
berubah-ubah sesuai dengan rencana Allah.
***
“Kok
bunda senyum-senyum sendiri sih? Ayo lagi mikirin apa?”
“Gpp
kok. Kita lanjutin ya,,”
“Tapi
kadang, Putri bingung lho buat ambil sebuah keputusan, Bun. Apalagi keputusan
jangka panjang seperti yang di proposal kehidupan itu. Makanya kadang suka
kayak air mengalir, jalanin begitu saja. Yang penting bisa bermanfaat gitu
deh.”
“Percaya
deh, setiap orang punya cara tersendiri untuk bermanfaat bagi orang lain. Dan
sepertinya agak kurang sopan, kalau kita membiarkan hidup ini mengalir begitu
saja. Sementara banyak orang yang bekerja keras dan mati-matian untuk mengejar
mimpi dan cita-citanya. Terlebih Allah sudah memberikan kelebihan dan mengatur
jalan kita. Harusnya kita sambut dengan segala penghormatan, dengan benar-benar
menjalankan kehidupan ini dengan sungguh-sungguh. Dengan begitu, kita kan jauh
lebih bermanfaat untuk orang lain.”
“Tapi
itu susah, Bunda.”
“Keputusan
terpenting dalam hidup kita tidak ada yang mudah, Nak. Tapi yakinlah, selama
kita bersungguh-sungguh menjalankan konsekuensi dari keputusan tersebut,
kesulitan itu sedikit demi sedikit akan berkurang. Sebenarnya, bukan
kesulitannya yang berkurang, kitanya saja yang lebih tangguh untuk
menghadapinya. Itu lho salah satu maksud pernyataan bahwa dibalik kesulitan
selalu ada kemudahan.”
“Oke
deh bunda, jadi pengen ikut buat proposal kehidupan buat keluarga juga.”
“Iya,
mulai sekarang Putri memang akan lebih banyak lagi dilibatkan untuk membuat
proposal kehidupan.”
“Beneran
bunda?”
“Iya,
bener. Tapi sebelumnya, Putri harus buat dulu proposal kehidupan Putri. Tentang
kuliahnya, tentang kariernya, tentang rencana berkeluarga dan yang lainnya.
Nanti bunda lihat ya.”
***
Nah
lo, kayaknya malam itu aku salah ngomong deh. Jadi repot kan urusannya. Kuliah
cinta malam itu diakhiri dengan tugas super berat dan super bingung dari bunda.
Membuat proposal kehidupan. Tentang masalah bunda dan ayah entah bagaimana
kelanjutannya. Aku terlanjur dikagetkan dengan tugas dari bunda. Dan untuk
urusan tugas dari bunda, seperti biasa tidak ada tawar menawar. Lain kali aku
akan ceritakan bagaimana hasil tugas proposal kehidupanku. Esoknya, seperti
biasa setiap minggu pagi, kami sekeluarga sholat subuh berjamaah di rumah
(kalau hari biasa, forum lelaki shubuh di mesjid dan forum perempuan di rumah).
Wajah ayah dan bunda sudah ceria alami, menandakan mereka sudah berdamai. Apa
yang membuat mereka berdamai, aku baru tahu di forum perempuan selanjutnya.
Bunda memutuskan untuk mengalah, setuju dengan perubahan proposal kehidupan
itu. Sayangnya, bunda terlambat. Ayah sudah mengalah duluan lewat sms, yang
baru sempat dibuka bunda setelah curhat ke aku.
#diorama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar