“Kak,
setelah semua perlakuan ini, kakak hanya diam saja?”
tersenyum:
“Dek, diam tidak selalu berarti ketidakberdayaan. Terkadang,
kita perlu diam untuk menginsyafi kelemahan, untuk menelusuri keangkuhan yang
tersembunyi, untuk menjejaki kesalahan yang belum terakui, untuk mendinginkan
hati yang memanas, untuk menjernihkan pikiran yang menjenuh, untuk melihat
lebih dalam dan lebih jujur lagi.”
“Tapi ini enggak bisa dibiarin, Kak. Kita harus
bergerak.”
“Iya, diam memang tak bersuara, tapi bukan berarti tak bergerak.
Tak mungkin ada hidup jika tak ada gerak. Dalam diam, masih ada nadi yang
berdenyut, masih ada nafas yang berhembus, masih ada akal yang berfikir lebih
jernih, masih ada hati yang merasa lebih dalam.”
“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Kak?
“Diam.”
“Sampai kapan?”
“Sampai hati kita cukup bersih dan pikiran kita sudah
tenang, baru kita bertindak.”
Lalu, keduanya tenggelam dalam diam.
#diorama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar