**********
PRESTASI
**********
Prestasi, apapun jenisnya, sebesar dan sekilcil apapun
bentuknya, selayaknya semakin membuat kita dekat dengan Allah, semakin membuat
kita bermanfaat untuk yang lainnya. Bukan malah semakin sombong, bukan juga
malah menjauhkan jarak dari orang-orang di sekitar kita karena kesibukan kita
untuk berprestasi.
“Umi sih enggak masalah, kalau anak-anak umi enggak
pinter, yang penting kalian menjadi anak yang soleh dan solehah.” Kata Almarhumah Ustdzh. Yoyoh Yusro kepada
anak-anaknya. Iya, investasi terbesar yang dimiliki orangtua adalah anak yang
sholeh dan sholehah, bukan anak yang pintar, bukan juga anak yang memiliki
sederetan prestasi yang luar biasa banyaknya.
Prestasi hanya akan membuat orangtua kita bangga di dunia, tapi
jika tidak diiringi kesolehan, prestasi itu tidak bisa dibanggakan oleh
orangtua kita di akhirat kelak. Bukankah amal yang dibawa mati itu salah
satunya adalah doa anak yang sholeh, bukan doanya anak yang pintar, bukan juga
doa anak yang berprestasi. Biarlah prestasi itu menjadi bonus saja atas
kebaikan dan kesolehan kita, sebagai salah satu bukti bakti kita kepada
orangtua, keluarga, masyarakat ataupun bangsa; bukan sebagai tujuan utama yang
nantinya malah membuat kita tersesat, membuat kita semakin jauh kepada Allah.
Maka, berprestasilah sesuai dengan bidangnya masing-masing,
dengan karya-karya terbaik, dengan kontribusi-kontribusi terbaik, tapi
jangan melupakan hubungan kita dengan Allah juga hubungan kita dengan sesama.
Lakukanlah kebaikan sebanyak-banyaknya dengan prestasi-prestasi itu, agar
kemanfaatannya bisa dirasakan oleh sesama dan pahalanya bisa mengalir kepada
orangtua kita, bisa menolong dan membantu kehidupan mereka di akhirat kelak,
bisa membuat mereka bangga dunia walakhirat.
************************
UKHUWAH & KONTRIBUSI
************************
Kawasan
Sungai Yarmuk pernah menjadi saksi bisu dari tiga tatapan mata paling mesra
sepanjang sejarah. Adalah Ikrimah bin
Abi Jahal, Harits bin Hisyam, dan Suhail bin Umair, pemilik tiga tatapan mata itu. Ketika
ketiganya sedang sekarat di medan perang, salah seorang sahabat memberikan air
kepada Ikrimah. Ikrimah hendak meminum air itu, tetapi ketika matanya
bertatapan dengan mata Suhail, Ikrimah tidak jadi meminumnya dan meminta kepada
sahabat yang membawa air untuk memberikan airnya kepada Suhail; “barangkali dia
lebih membutuhkan,” kata Ikrimah. Sesampainya air itu kepada Suhail, Suhail
bertatapan dengan Harits, lalu mengatakan kata yang sama seperti yang dikatakan
Ikrimah. Sesampainya air itu kepada Harits, Harits juga mengatakan hal yang
sama; “barangkali saudara-saudaraku itu lebih membutuhkan daripada aku,”
akhirnya, ketiganya keburu syahid, tidak ada yang sempat meminum airnya.
Sementara itu, di sepotong episode sejarah yang lain,
dengan waktu dan tempat yang berbeda:
“Silahkan,
injakkan kaki anda di puncak tertinggi dunia. Sesungguhnya, mencapai Everest
adalah impian anda, bukan impian saya. Impian saya adalah mengantar orang lain
menuju Everest.”
Itulah
kata-kata yang diucapkan Tenzing
Norgay, seorang
pemandu pendaki gunung dari Nepal setelah mundur beberapa langkah dan
mempersilahkan Sir Edmund
Hillary sebagai
orang pertama yang menaklukan Everest.
Hampir genap dua tahun kebersamaan kita di asrama. Entahlah
sudah seberapa dalam ukhuwah itu terbangun. Sudah seberapa dalam kebersamaan
itu benar-benar hadir di dalam hati, bukan hanya fisik semata. Apakah nama-nama
sahabat seperjuangan itu sudah rutin tersebut satu-satu dalam untaian doa tulus
untuk kebaikan mereka, untuk kemudahan mereka dalam menggapai segala mimpi atau
malah lebih sering nama itu kita sebut ketika membicarakan keburukan dan
kekurangan. Menjelma menjadi keluhan dan rasa kecewa yang tak terungkapkan.
Disimpan sendiri di dalam hati. Padahal, selayaknya saudara, harusnya kita bisa
saling mengingatkan, saling menasihati dengan kebenaran, kesabaran juga kasih
sayang. Bahwa selain bertanggungjawab terhadap kehidupan kita masing-masing,
kita juga harus merasa bertanggungjawab atas saudara-saudari di sekitar kita.
Mungkin kita punya kesibukan, tanggungjawab dan amanah yang
menjadi banyak alasan atas ketidakoptimalan kita. Padahal, bertambahnya
tanggungjawab bukan berarti boleh melalaikan tanggungjawb sebelumnya atau
tanggungjawb yang sudah ada. Bertambahnya tanggungjawab berarti kita harus
menambah kapasitas dan kualitas diri kita. Agar tanggungjawab itu bisa berjalan
dengan baik, tidak banyak mendzolimi orang lain, juga meningkatkan kualitas kita
di hadapan Allah. Atau, mari kita belajar tentang ‘alasan’ pada potongan
peristiwa sejarah berikut ini:
“Maaf,
saya sedang tidak punya apa-apa untuk diberikan kepadamu. Adakah hal lain yang
bisa saya lakukan untuk meringankan bebanmu?” Kata rasulullah kepada pengemis yang menghampirinya,
setelah mendapatkan jawaban dari isterinya bahwa mereka memang sedang tidak
punya apa-apa.
“Tidak,
ya rasulullah. Biarkan saya tetap pergi berperang walaupun saya hanya bisa
memperbesar titik pasukan muslim di mata musuh.” Kata seorang sahabat buta, ketika rasul menjelaskan
kepadanya bahwa orang buta mendapatkan keringanan untuk tidak berperang.
“Kenapa
kamu berkuda dengan begitu cepat?” tanya seorang sahabat kepada sahabat yang lainnya
dalam suatu peperangan
“Sungguh,
saya mencium bau syurga di hadapan saya.” Pada hari yang sama, sahabat tadi ditemukan syahid di
medan perang
Khadijah
menangis, katanya;
“Wahai
rasul, aku sudah tak bisa lagi berinfak di jalan Allah. Semua hartaku sudah
habis untuk kuinfakkan dalam perjuangan ini. Nanti, kalau kelak aku sudah
meninggal, sementara waktu itu kaum muslim sedang berperang dan kalah, yang
mengharuskan mereka menyeberang suatu sungai untuk melarikan diri, sedangkan
waktu itu mereka sudah tidak punya apa-apa lagi, tolong ya rasul, gali kuburku
dan buatlah rakit dari tulang-tulangku, agar mereka bisa menyeberang sungai
dengan selamat.”
***********************
PROSES MERAIH MIMPI
***********************
Adalah Khalid bin Walid, komandan perang paling fenomenal dalam
sejarah Islam, lebih dari lima puluh peperangan besar yang dipimpinnya, dan
semuanya membuahkan kemenangan. Sekujur tubuhnya dihiasi oleh bekas luka di
medan perang. Keinginannya sederhana, ingin mati syahid di medan perang. Bukan
keinginan yang berlebihan untuk orang yang bahkan lebih mencintai perang
daripada isterinya sendiri. Tapi Allah punya kehendak lain, Khalid meninggal di
tempat tidur, bukan ketika berperang di medan perang. Tentu saja Allah tetap
menyediakan tempat terbaik untuk Khalid di akhirat kelak. Allah hanya hendak
memberikan pelajaran kepada Khalid juga kepada kita semua, bahwa sehebat apapun
manusia berusaha untuk mengejar mimpinya, Allah yang berhak menentukan pada
akhirnya.
Maka, orang yang selalu berdekatan dengan Allah, melibatkan Allah
dalam menyusun dan menggapai mimpinya akan merasakan bahwa Allah, selalu lebih
tahu mana yang terbaik untuknya. Bahwa dibalik segala kerja keras dan
harapannya, ia tak lupa menyediakan ruang untuk menerima, jika ternyata apa
yang diimpikannya bukan apa yang Allah inginkan. Kemudian Allah akan
menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik lagi. Sesuatu yang pada akhirnya
berujung pada kebaikan, entah itu di dunia, ataupun di akhirat.
Sebaliknya, orang yang tidak melibatkan Allah dalam proses
menggapai mimpinya, akan banyak kecewa, mengeluh, atau bahkan putus asa, jika
kerja kerasnya, segala usahanya, belum menyampaikannya kepada mimpinya.
Padahal, Allah selalu punya hitungan sendiri. Allah menilai prosesnya, bukan
hasilnya. Kalaupun kerja
kerasnya belum berhasil, belum mendekatkan kepada mimpi, percayalah, Allah
tidak pernah menyia-nyiakan usaha hambaNya. Suatu hari usaha dan kerja keras
itu akan menghasilkan, kita saja yang belum tahu kapan dan dimananya. Kita saja
yang masih belum mengerti dalam bentuk apa kerjakeras itu dibalas, entah
keberhasilan di masa depan, atau pahala di akhirat sana.
Seorang ustadz pernah mengatakan; jika seorang muslim belum
membicarakan apa yang diinginkannya dengan Allah di Qiyamul-lailnya, berarti
dia tidak benar-benar menginginkannya. Dalam suatu peperangan, seorang kurir
diminta mengantarkan ghanimah kepada salah seorang sahabat yang pulang terlebih
dahulu. Sahabat itupun menolak, seraya berkata; sesungguhnya, aku ikut berperang bukan untuk ghanimah ini. Tapi aku
ingin agar anak panah menembus jantungku, dan aku bisa mati syahid karenanya. Kurir itupun melaporkan kepada
rasulullah beserta membawa kembali ghanimah bagian sahabat tadi, kemudian
rasulullah menanggapi; kalau memang
apa yang diinginkannya itu jujur dari dalam hatinya, dia akan mendapatkan apa
yang diinginkannya itu. Di
peperangan selanjutnya, sahabat tadi ditemukan mati syahid, dengan anak panah
tepat menembus jantungnya.
Mari kita jujur pada diri kita sendiri. Jujur dengan sepenuh
hati dalam membuat mimpi, tentang apa yang benar-benar kita ingunkan, juga
mengevaluasi mimpi-mimpi yang sudah kita punya. Karena kejujuran itulah yang
membuat kita bisa menerima kekurangan dan kesalahan kita, karena kejujuran
itulah yang akan mendorong kita untuk bekerja lebih keras juga rendah hati
memperbaiki apa yang perlu diperbaiki. Dan biarkan Allah melakukan tugasNya
untuk memutuskan seperti apa hasilnya, karena Dialah sebaik-baiknya penolong,
penyayang juga pemberi.
*********
CLOSING
*********
Alhamdulillah, sejauh ini Allah memberikan kita kesempatan dan
kepercayaan untuk berada dalam keluarga besar PPPSDMS. Kesempatan dan
kepercayaan yang mungkin masih banyak yang belum kita optimalkan. Selayaknya,
tidak sepatutnya kita hanya merasa bangga karena berada pada sebuah sistem,
kita juga bertanggungjawab untuk membuat sistem itu bangga dengan adanya kita
di dalamnya.
Waktu kita tidak lebih dari dua bulan lagi, untuk mengoptimalkan
kesempatan dan kepercayaan itu. Mungkin bukan waktu yang panjang untuk
memperbaiki ketidakoptimalan, kekurangan juga kesalahan kita. Mungkin banyak
juga standar-standar juga nilai-nilai PPSDMS yang belum kita capai dan belum
menginternalisasi dalam diri kita. Tapi pembinaan adalah proses, dan waktu
bukan sekedar tentang kuantitas tapi juga kualitas. Kuantitasnya memang tidak
bisa kita tingkatkan, karena kita akan kedatangan adik-adik kita, generasi baru
yang akan melanjutkan perjuangan kita. Tapi kita masih punya kesempatan untuk
meningkatkan kualitas kita, dalam dua bulan terakhir masa pembinaan. Anggap
saja kita sedang lari marathon yang sebentar lagi mendekati finish. Dan akan
memberikan yang terbaik yang kita bisa, usaha yang sekeras-kerasnya, sehabis-sehabisnya
untuk mencapai finish itu. Walaupun pada akhirnya belum semua nilai dan stanar
ppsdms ada dalam diri kita, setidaknya kita sudah berproses dengan
sebaik-baiknya, dengan usaha-usaha terbaik, dengan prestasi-prestasi terbaik,
juga dengan kontribusi-kontribusi terbaik yang bisa kita berikan ketika kita
menjadi peserta. Semoga dengan begitu Allah berbaik hati untuk mengakhiri masa
pembinaan angkatan V dengan khusnul khotimah, dengan akhir yang baik.
Jangan lupa, PPSDMS is journey not destination. Setelah lulus
dari PPSDMS kita harus menyebar ke berbagai sektor kehidupan, menebarkan
kebaikan juga kemanfaaatan untuk orang-orang di sekitar kita, untuk alam
semesta. Jangan terlalu tergantung dan terpenjara oleh sistem, termasuk oleh
PPSDMS. Di luar sana masih banyak tempat yang lebih baik untuk belajar, untuk
berkontribusi sekaligus menguji idealisme. Ah, bahkan dulu rasulullah juga
hijrah untuk umat yang lebih baik. Sebagaimana sebentar lagi kita akan hijrah
di dunia dan lingkungan yang baru. Lingkungan yang mungkin tidak ada yang
membangunkan malam-malam untuk qiyamul-lail, tidak ada yang berteriak-teriak
untuk mengajak alma’tsurat bareng, tak ada tahsin rutin untuk sekedar
memperbaiki bacaan atau menambah hafalan. Apalagi taekwondo. Tidak ada yang
akan mengevaluasi prestasi juga capaian kita, tidak ada seminar atau training
untuk sekedar mengembangkan diri kita, tidak sering lagi mendengerkan cerita
dan pengalaman sukses dan inspiratif dari narasumber.
Tapi semoga proses yang selama ini kita jalani, bisa memberikan
bekal yang cukup untuk istiqomah, untuk tetap meneruskan kebiasaan yang baik
dengan usaha dan kemauan sendiri. Bahkan menularkan kebaikan itu pada
lingkungan yang baru. Mewarnai mereka dengan banyak inspirasi, kebaikan juga
kemanfaatan. Selamat berjuang. Mari berfastabiqul-khoirat, berlomba-lomba dalam
kebaikan. Semoga Allah berbik hati untuk kembali mengumpulkan kita. Di
syurga-Nya nanti.
YES, WE ARE LEADERS!!!
#diorama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar