Apa
hubungan antara merasakan dan memahami,jika banyak yang
sudah lama merasakan tapi tak kunjung bisa memahami. Ada yang bisa memahami
tanpa harus merasakan. Ada yang harus merasakan terlebih dahulu untuk bisa
memahami. Ada yang bisa memahami sambil merasakan.
Salahkah? Ah, sebenarnya tidak ada yang salah dengan apa yang
namanya kehidupan. Allah terlalu sempurna untuk membuat kesalahan terhadap apa
yang telah, sedang dan akan dibuatNya. Entah kehidupan itu sendiri, atau apa
yang hidup di dalamnya. Sungguh, tidak
ada kesia-siaan dari apa yang dibuatNya. Kitanya saja yang memilih untuk
menyalahkan. Kitanya saja yang memilih untuk menyia-nyaiakannya.
Allah punya banyak janji. Dan kita tahu, Allah enggak
pernah bohong. Kita
percaya itu. Tindakan kita saja yang kurang percaya. Keyakinan kita saja yang
belum menjelma amal. Padahal, tak ada bahasa terbaik selain bahasa amal; bahasa
yang tak pernah berbohong, bahasa yang paling mudah dimengerti, juga bahasa
yang paling banyak disukai. Sayangnya, bahasa yang masih sedikit
digunakan.
Apa hubungan antara merasakan dan memahami? Mungkin tak ada jawab yang sempurna. Tapi kalau boleh
menyederhanakan; tak semuanya
bisa dipahami dan tak semuanya bisa dirasakan. Apa yang bisa dipahami dan
dirasakan, itulah sesungguh-sungguhnya jatah kehidupan kita. Jatah yang relatif, dan jatah yang
bisa diperjuangkan untuk semakin memperkaya pemahaman, juga mencicipi beraneka
rasa kehidupan. Mengenai kualitasnya, tak jauh-jauh dari suatu hubungan
lainnya; antara kita
dengan Allah. Menurutku.
#diorama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar