Apa
yang paling berharga dari ikatan yang bernama pernikahan? Harusnya aku tahu
terlebih dulu, entah dengan bertanya pada siapalah, atau mencari jawab dalam
diri sendiri, sebelum memutuskan untuk menggenapkan hidupku bersama kamu.
***
Aku kira, kamulah nanti yang akan menjadi orang paling berharga
dalam hidupku; seseorang yang membersamaiku setiap hari, seseorang yang selalu
ada untukku sampai tua nanti, sampai senja menghampiri usia kita masing-masing.
Lantas, selintas pikiran menyapa, bagaimana jika orangnya bukan kamu? Apa
jadinya jika ternyata yang menggenapiku adalah orang lain yang bukan kamu?
Apakah orang itu juga akan menjadi seseorang yang paling berharga dalam
kehidupanku?
Jika berkenan, aku hendak meminta maaf. Maaf, karena pernah
menjadikanmu sebagai orang paling berharga dalam hidupku. Padahal harusnya
tidak demikian. Aku tak mau terjebak dengan sosokmu. Aku tak mau tenggelam pada
sesuatu yang semu. Sesuatu yang selintas benar adanya, tapi tidak demikian
harusnya. Iya, seharunya kamu menjadi orang paling berharga dalam hidupku
karena kamulah orang yang dikirimkan Tuhan untuk menggenapiku. Bukan karena
kamu begini atau kamu begitu. Sehingga jikapun orangnya bukan kamu, orang lain
yang entah siapalah, aku akan tetap menjadikannya sebagai orang paling berharga
dalam hidupku. Tak peduli seberapa banyak kekurangan yang dimilikinya, tak
peduli sebarapa banyak perbedaan antara aku dengannya. Karena memang, begitulah
harusnya. Karena memang, begitulah caranya menerima ketetapan Tuhan. Toh, pada
akhirnya, hidup bukan permasalahan bersama siapa kita menjalaninya. Tapi
tentang bagaimana kita menjalaninya. Jadi bukan tentang kamu, tapi tentang
bagaimana menjalani kebersamaan dengan siapapun yang Tuhan kirimkan untuk
menggenapiku. Kebetulan saja orang itu adalah kamu.
Adalah bahagia, rasa yang aku harapkan dengan menggenap
bersamamu. Aku lupa bahwa di balik setiap harapan terhadap manusia, selalu ada
rasa kecewa yang siap menghadang. Sayangnya, kamu dan aku sama-sama manusia.
Dan kekecewaan muncul manakala yang kutemukan bukan hanya kebahagiaan tapi juga
kesulitan. Bahkan di fase-fase awal penyesuaian kebersamaan kita, terkadang
malah rasa kesal yang mendominasi. Harusnya, aku tak perlu mengalami hal itu,
jika saja sebelumnya, sebelum aku memutuskan menggenapkan hidupku bersama kamu,
atau bersama orang lain yang entah siapalah, aku benar-benar mengerti apa yang
harusnya aku inginkan dengan menggenapkan diri melalui ikatan suci. Dan
harusnya, yang paling aku inginkan bukan kebahagiaan. Bukan kamu. Bukan juga
yang seperti kebanyakan orang inginkan berupa keluarga yang sakinah, mawadah, warrohmah. Bukan itu semua. Tapi
keberkahan. Karena jika kita sudah mendapatkan keberkahan, semua itu akan
mengikuti. Mungkin akan banyak kesulitan juga kesedihan yang akan kita hadapi,
tapi keberkahan akan membuat kita menikmatinya. Bahkan kita akan mendapatkan
yang lebih banyak, lebih dari apa yang kita duga, lebih dari apa yang kita
inginkan, juga lebih dari sekedar apa yang kita harapkan.
Hanya saja, keberkahan hanya bisa dihasilkan dari proses yang
baik. Dari proses yang diridhoi juga disenangi oleh pemberi keberkahan itu
sendiri. Aku sempat khawatir kalau ada proses yang kita jalankan yang tak
direstui-Nya. Sehingga keberkahan itu menjauh dari kebersamaan kita. Hatiku
sangat lega manakala ada yang memahamkan bahwa proses itu sifatnya bertahap
juga jangka panjang. Tidak sebentar. Tidak juga tiba-tiba. Termasuk proses
dalam hal genap-menggenapkan. Artinya, selama kita masih bisa bernafas, dan
yang lebih penting lagi, selama kita mau; kita selalu bisa memperbaiki proses
kehidupan yang sedang kita jalani. Seberapa buruk atau separah apapun proses
hidup yang kita lakukan sebelumnya. Agar keberkahan itu datang, lalu betah
menyertai kehidupan kita. Ah, jika saja aku tahu sedari dulu, kalau keberkahan
adalah hal paling berharga yang harus kita kejar dalam pernikahan, harusnya aku
tak perlu kerepotan dalam setiap proses menggenapimu. Memang seharusnya,
seseorang memutuskan untuk menggenapkan dirinya untuk mencari keberkahan, bukan
sekedar ingin, apalagi hanya karena tuntutan usia.
Heh, kamuh! Ayo kita cari keberkahan itu. Pokoknya sampai dapat.
#diorama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar