“Ibu,
apa cita-cita Ibu yang terbesar?”
“Menjadi Ibu yang baik untuk kalian, anak-anak Ibu.”
“Hanya sesederhana itu, Ibu?”
“Iya,,”
“Kenapa begitu, Bu?”
“Karena Ibu yakin, bahwa amanah sekaligus kebahagiaan terbesar
yang diberikan Tuhan kepada seorang wanita adalah dengan menjadi seorang ibu.
Tak ada yang lebih berat dan membahagiakan selain itu. Selain melihat kalian
tumbuh dan berkembang. Selain mengusahakan dan memastikan kalian tidak kurang
satu apapun. Tak ada panggilan yang seindah ibu. Tak ada pekerjaan semulia
pekerjaan ibu.”
“Sebegitu berharganya kah keluarga bagi Ibu?”
“Iya,
Nak. Sangat berharga. Karena Ibu percaya, bahwa keluarga adalah inti dari
peradaban. Bahwa sumbangsih terbesar yang bisa ibu berikan untuk negara dan
kemanusiaan adalah menjaga keluarga; memastikan semuanya mendapat kasih sayang
yang berkecukupan agar bisa menyayangi orang lain; agar bisa menebarkan kasih
sayang terhadap sesama, bukankah kita tidak akan pernah bisa berbagi sebelum
memiliki?”
“Adakah seorang ibu yang tidak baik di dunia ini, Bu?”
“Semulia
apapun seorang ibu, ibu juga manusia Nak. Ada kebaikan dan keburukannya. Yang
pasti sebagian besar manusia akan memperlakukan orang lain, sebagaimana dirinya
diperlakukan. Semakin baik seorang Ibu memperlakukan anak-anaknya, akan semakin
baik anak-anaknya memperlakukan sesama. Sedangkan, seburuk-buruknya seorang
ibu, seorang ibu tidak akan pernah rela keburukan itu menurun kepada anaknya.”
“Bu,,,”
“Iya, Nak..
“Aku sayang Ibu.”
“Iya, Ibu tahu. Ibu juga sayang kamu.”
“Aku sayang banget, Ibu.”
“Iya, Nak. Nanti, kalau kamu sudah menjadi seorang
Ibu, kamu akan mengerti bahwa sebesar-besarnya cinta seorang anak kepada
Ibunya, tidak akan pernah bisa mengalahkan cinta seorang ibu kepada anaknya.”
Lalu,
ada bibir yang menyungging senyum, ada air yang menuruni mata.
#diorama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar