Minggu, Januari 17, 2016

Ibu

“Ibu, apa cita-cita Ibu yang terbesar?”
“Menjadi Ibu yang baik untuk kalian, anak-anak Ibu.”
“Hanya sesederhana itu, Ibu?”
“Iya,,”

“Kenapa begitu, Bu?”

“Karena Ibu yakin, bahwa amanah sekaligus kebahagiaan terbesar yang diberikan Tuhan kepada seorang wanita adalah dengan menjadi seorang ibu. Tak ada yang lebih berat dan membahagiakan selain itu. Selain melihat kalian tumbuh dan berkembang. Selain mengusahakan dan memastikan kalian tidak kurang satu apapun. Tak ada panggilan yang seindah ibu. Tak ada pekerjaan semulia pekerjaan ibu.”

“Sebegitu berharganya kah keluarga bagi Ibu?”

“Iya, Nak. Sangat berharga. Karena Ibu percaya, bahwa keluarga adalah inti dari peradaban. Bahwa sumbangsih terbesar yang bisa ibu berikan untuk negara dan kemanusiaan adalah menjaga keluarga; memastikan semuanya mendapat kasih sayang yang berkecukupan agar bisa menyayangi orang lain; agar bisa menebarkan kasih sayang terhadap sesama, bukankah kita tidak akan pernah bisa berbagi sebelum memiliki?”

“Adakah seorang ibu yang tidak baik di dunia ini, Bu?”

“Semulia apapun seorang ibu, ibu juga manusia Nak. Ada kebaikan dan keburukannya. Yang pasti sebagian besar manusia akan memperlakukan orang lain, sebagaimana dirinya diperlakukan. Semakin baik seorang Ibu memperlakukan anak-anaknya, akan semakin baik anak-anaknya memperlakukan sesama. Sedangkan, seburuk-buruknya seorang ibu, seorang ibu tidak akan pernah rela keburukan itu menurun kepada anaknya.”

“Bu,,,”
“Iya, Nak..
“Aku sayang Ibu.”
“Iya, Ibu tahu. Ibu juga sayang kamu.”
“Aku sayang banget, Ibu.”
“Iya, Nak. Nanti, kalau kamu sudah menjadi seorang Ibu, kamu akan mengerti bahwa sebesar-besarnya cinta seorang anak kepada Ibunya, tidak akan pernah bisa mengalahkan cinta seorang ibu kepada anaknya.”

Lalu, ada bibir yang menyungging senyum, ada air yang menuruni mata.


#diorama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar