Kalau tak
pernah ada usapan sayang di waktu kecil, mungkin hari ini kita tak punya
kekuatan jiwa untuk melangkah. Kalau tak ada kecupan lembut dari pada bunda
untuk anak-anaknya, mungkin tak akan lahir kesejukan hati untuk menata hidup
dengan lebih baik. Tulang-tulang kita akan rapuh, jiwa kita tak mampu berdiri
kokoh menghadapi tantangan hidup, dan dada kita sempit oleh sesaknya persoalan.
Disaat kita masih tak berdaya sama sekali, setetes susu ibu adalah karunia yang
menguatkan tubuh kita sekaligus memberi ketenteraman pada jiwa.
Satu malam
kasih-sayang seorang ibu kepada anaknya, tak akan dapat disamai oleh tulusnya
perhatian seorang bapak yang sangat sayang kepada anaknya. Sekuat apapun cinta
seorang bapak, tak akan dapat menggantikan tugas seorang ibu dalam merawat
anaknya. Sebab, ia tak hanya memberi seteguk minuman untuk menguatkan badan. Ia juga
memberi kasih-sayang. Ia juga meneteskan keikhlasan dan memberi dekapan yang
membangkitkan pengalaman batin serta rasa aman bagi anak-anak yang disusinya. Semakin
besar ketulusan hati dan pengharapan jiwa seorang ibu untuk kebaikan anaknya,
semakin punya makna setiap tetes ASI yang dipancarkanannya untuk hari, jiwa,
otak dan tubuh anak.
^_^
Begitu berharganya..
begitu tingginya nilai kasih sayang seorang ibu, sampai-sampai Rasululloh saw
menempatkan ibu sebagai orang pertama yang paling layak dihormati. Ingatlah,
ketika Imam Bukhari meriwayatkan dalam sebuah hadits.
Seorang laki-laki
datang kepada Rasululloh saw dan bertanya, “Wahai Rasul Alloh, siapakah manusia
yang paling berhak aku hormati?”
Rasululloh Saw
menjawab, “Ibumu.”
Orang itu
berkata, “Siapa lagi?”
Rasululloh Saw
berkata, “Ibumu.”
Orang itu
pun bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?”
Rasululloh Saw
menjawab, “Ibumu.”
Lalu orang
itu berkata lagi, “Siapa berikutnya?”
Rasululloh Saw
berkata, “Bapakmu.” (HR. Bukhori)
Tak ada yang
sanggup kita lakukan untuk membalas sebagian saja dari kasih-sayang mereka
kepada kita. Apalagi, mencintai dan berbuat baik kepada seorang ibu tak sekedar
untuk balas jasa. Ada ibadah di dalamnya. Tidak sempurna ketaatan kepada Alloh
tanpa bakti kepada orangtuanya.
Referensi:
Buku “membuka jalan ke surga” oleh Ustadz Fauzil Adhim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar