Kamis, Maret 01, 2012

Sulit, Mudah, RidhaNya

Satu waktu, sudah lama sekali
seseorang berkata dengan wajah sendu
“alangkah beratnya.. alangkah banyak rintangan..
alangkah berbilang sandungan.. alangkah rumitnya.”


Aku bertanya, “lalu?”
dia menatapku dalam-dalam, lalu menunduk
“apakah sebaiknya kuhentikan saja ikhtiar ini?”

“hanya karena itu kau menyerah kawan?”
aku bertanya meski tak begitu yakin apakah aku sanggup
menghadapi selaksa badai ujian dalam ikhtiar seperti dialaminya
“yah.. bagaimana lagi? tindakkah semua hadangan ini pertanda bahwa
Alloh tak meridhoinya?”

Aku membersamainya menghela nafas panjang
lalu bertanya, “andai Muhammad, Shallahu ‘Alaihi wa Sallam
berpikir sebagaimana engkau menalar, kan adakah islam di muka bumi?”
“maksudmu akhi?” ia terbelalak

“ya. andai Muhammad berpikir bahwa banyak kesulitan
berarti tak dirihoi Alloh, bukankah ia kan berhenti di awal-awal risalah?”

ada banyak titik sepertimu saat ini, saat Muhammad
bisa mempertimbangkan untuk menghentika ikhtiar
mungkin saat dalam rukuknya ia dijerat bagian leher
mungkin saat ia bangkit dari duduk lalu dahinya disambar batu
mungkin saat ia dikatai gila, penyair, dukun, dan tukang sihir
mungkin saat ia dan keluarga diboikot total di syi’b Abi Thalib
mungkin saat ia saksikan sahabat-sahabatnya disiksa di depan mata
atau saat paman terkasih dan istri tersayang berpulang
atau justru saat dunia ditawarkan padanya; tahta, harta, wanita..”

“jika Muhammad berpikir sebagaimana engkau menalar
tidakkah ia punya banyak saat untuk memilih berhenti?

tapi Muhammad tahu, kawan
ridho Alloh tak terletak pada sulit atau mudahnya
berat atau ringannya, bahagia atau deritanya
senyum atau lukanya, tawa atau tangisnya”

“ridho Alloh terletak pada
apakah kita menaatiNya
dalam menghadapi semua itu
apakah kita berjalan dengan menjaga perintah dan larangNya
dalam semua keadaan dan ikhtiar yang kita lakukan”

“maka selama di situ engkau berjalan
bersemangatlah kawan..”

Dalam Dekapan Ukhuwah, Ustadz Salim A. Fillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar