Senin, Desember 07, 2015

Tausiah Ust. Cahyadi Takariawan

Memelihara Rasa Suka kepada Pasangan

“Konsentrasikan ingatan anda. Hadirkan semua sisi kebaikan pasangan anda selama ini. Kumpulkan semua sisi positif pasangan anda”, demikian kalimat perintah saya kepada para peserta Pelatihan Wonderful Family.

“Waktu anda tiga menit untuk menuliskan semua sisi kebaikan dan sisi positif pasangan anda. Silakan mulai menulis !” lanjut saya. Sekitar 100 pasangan suami isteri peserta Pelatihan tersebut segera menulis di atas kertas yang telah disediakan panitia.

Satu menit berlalu. Saya perhatikan peserta serius mengingat kebaikan pasangan untuk dituliskan. Dua menit berlalu. Beberapa peserta tampak sudah selesai menulis. Tak ada lagi kalimat yang akan dituliskan. Tiga menit sudah, waktu untuk peserta habis.

“Waktu habis. Silakan berhenti menulis”, ungkap saya.

“Sekarang hitung berapa poin kebaikan pasangan yang berhasil anda hadirkan dalam tiga menit ini”.

Tampak para peserta menghitung poin yang barusan selesai mereka tuliskan.

“Siapa yang menulis di atas 20 poin?” tanya saya. Tidak seorangpun angkat tangan.

“Siapa yang menulis lebih dari 15 poin?” Seorang wanita angkat tangan. Segera saya minta ia maju ke depan forum. Ternyata ia menulis 16 poin kebaikan suaminya.

“Tolong bacakan 16 poin kebaikan suami tersebut”, pinta saya.

“Suami saya adalah lelaki yang penuh dengan kebaikan. Sangat banyak kebaikannya, tidak cukup waktu bagi saya untuk menuliskan semuanya. Ini sebagian kecil dari begitu banyak kebaikannya”, jawab wanita tersebut terbata-bata.

“Pertama, suami saya rajin ibadah. Kedua, ia lelaki yang ganteng. Ketiga, sikapnya sangat romantis. Keempat, setiap hari selalu ada kata sayang untuk saya.....” lanjutnya.

“Terus?” tanya saya. Ia tidak mampu meneruskan. Matanya berkaca-kaca.

“Biar saya yang membacanya”, ungkap saya. Iapun memberikan kertas kerjanya.

Saya mulai membaca. “....Kelima, senang memijit isteri. Keenam, senang membantu pekerjaan isteri di rumah. Ketujuh, pandai mendidik anak-anak. Kedelapan, suami saya sangat sabar. Kesembilan, menghormati orang tua dan mertua. Kesepuluh, tidak rewel dalam urusan makan.....” dan seterusnya. Saya membacakan enambelas poin kebaikan suami yang ia tuliskan.

Luar biasa. Sangat jarang kami temukan peserta yang mampu menulis kebaikan pasangan dalam waktu sesingkat itu. Hanya tiga menit saja, namun ia mampu menuliskan enambelas poin kebaikan pasangan.

Saya segera mengapresiasi dengan memberikan hadiah kepadanya. Saya katakan di forum, “Bersyukurlah suami yang isterinya mampu melihat sangat banyak kebaikan suami. Bersyukurlah isteri yang suaminya mampu melihat sangat banyak kebaikan isteri”.

Inilah yang sering saya sampaikan di berbagai forum, bahwa cara untuk menjaga rasa suka kepada pasangan adalah dengan jalan mengingat berbagai kebaikan pasangan. Fokus melihat sisi positif, sisi kelebihan, sisi kebaikan pasangan yang ada pada pasangan.

Kenyataannya, setiap hari pasangan hidup kita melakukan sangat banyak perbuatan baik kepada kita, sejak bangun tidur di pagi hari hingga berangkat tidur lagi di malam hari. Sangat banyak perbuatan baik yang dilakukan pasangan kepada kita, namun karena dilakukan setiap hari maka dianggap sebagai sesuatu yang biasa.

Isteri memasak setiap hari untuk keperluan keluarga, dianggap hal biasa. Bahkan sebagian suami menganggapnya sebagai kewajiban, bukan kebaikan.

Suami yang setiap hari bekerja keras mencari nafkah adalah kebaikan. Namun karena itu yang menjadi kegiatannya setiap hari, maka dianggap sebagai hal yang lumrah dan wajar saja. Bahkan sebagian isteri mengatakan, itu bukan kebaikan karena memang menjadi kewajiban para suami untuk melakukannya.

Saya tanyakan kepada para peserta laki-laki, “Apakah para suami di sini rutin memberikan nafkah kepada isterinya ?”

Para suami menjawab, “Ya, kami rutin memberi nafkah untuk keluarga”.

Pertanyaan saya kepada para peserta perempuan, “Siapakah di antara anda yang menuliskan pemberian nafkah rutin sebagai kebaikan suami?”

Ternyata hanya tiga peserta perempuan yang angkat tangan.

Ketika saya tanyakan kepada para isteri di forum itu, “Mengapa anda tidak menuliskan pemberian nafkah sebagai kebaikan suami?”

Jawaban para isteri beragam. Ada yang menjawab, “Karena itu sudah biasa dilakukan, jadi wajar saja”. Ada yang menjawab, “Karena itu memang sudah menjadi kewajibannya”. Ada yang menjawab, “Karena itu sudah menjadi rutinitas, sehingga tidak dicatat sebagai kebaikan”.

Bahkan ada yang menjawab, “Karena ngasihnya Cuma sedikit...”

Berikutnya saya tanyakan kepada para peserta perempuan, “Apakah para isteri di sini rutin memasak untuk keluarga di rumah?”

Para isteri menjawab, “Ya setiap hari kami memasak”.

Pertanyaan saya kepada peserta laki-laki, “Siapakah di antara anda yang menuliskan, isteri rutin memasak untuk keluarga sebagai kebaikan isteri?”

Ternyata hanya dua peserta yang angkat tangan.

Ketika saya tanyakan kepada para suami, “Mengapa anda tidak menuliskan memasak sebagai kebaikan isteri anda?”

Jawaban para suami, “Itu kan sudah menjadi kewajibannya”. Sebagian lain mengatakan, “Itu sudah biasa dilakukan semua perempuan dimana-mana”.

Begitulah mereka memahami tentang aktivitas memasak yang dilakukan isteri setiap hari di rumah. Seakan-akan sudah menjadi kewajaran sehingga tidak dicatat sebagai kebaikan.

Ketika saya tanyakan di forum, “Orang yang melakukan kewajiban itu orang baik atau tidak baik?”

Serentak mereka menjawab, “Orang baik”.

Nah, jadi mengapa anda tidak menganggap kewajiban yang dilakukan pasangan anda sebagai kebaikan? Bukankah orang yang menunaikan kewajiban adalah orang baik?

Kenyataannya, kita semua akan bersedih apabila pasangan kita menolak melakukan kewajibannya.

Maka, janganlah kekurangan pasangan menutupi mata anda, sehingga anda tidak bisa lagi melihat sangat banyak kebaikan yang ia lakukan. Apabila mata anda ditutupi oleh kekurangan pasangan, maka anda tidak sanggup melihat berbagai kelebihan yang dimilikinya.

Mulai sekarang, fokuskan perhatian anda kepada sisi kebaikan dan sisi positif pasangan anda. Jika kebaikan dan kelebihan pasangan yang selalu anda ingat, maka anda akan selalu bersyukur karena memiliki pasangan hidup yang sangat banyak memiliki kebaikan.

Sebaliknya, anda akan selalu mengeluhkan pasangan, jika yang anda ingat hanyalah sisi kekurangan dan sisi negatif pasangan.

Selamat pagi sahabat semua.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar