Sebuah Puisi
tentang Palestina yang ditulis dengan bahasa Ibu, bacalah dengan hatimu..
Ibu, Bahasa, dan Rasa
Sebuah pesan cinta
untuk wanita mulia sedunia
Karya: Bunda Tatty
Elmir*
Saudaraku,
anakku para Ibu, calon Ibu… dan wanita mulia sedunia.
Sengaja pesan
ini ditulis dengan bahasa Ibu kami, karena Ibu.. penguasa kata-kata,
Kata-kata
melahirkan bahasa.. dan bahasa adalah masalah rasa.
Dan rasa itu
pula yang kini menyatukan kita, dalam berita, airmata dan doa.
Ketika para
pemimpin adi kuasa di luar sana,
Masih saja
duduk bersekutu dalam koloni yang sudah mati Rasa.
Mohon maaf..
kepada yang terhormat Ibu Condoleeza dan Ibu Hilary
Silahkan minggir
dahulu. Kalian berdua sungguh tak layak disebut Ibu.
Karena Ibu
adalah bahasa, dan bahasa adalah Rasa.
Entah kemana
Rasa itu, ketika kalian dengan wajah dingin tawar tak berasa,
menatap foto
balita yang ditembak serdadu zionis.. pas di kepala.
Darah dan
otak balita itu berhamburan kemana-mana, lalu diseka sang kakak yang juga
kanak-kanak, kini dipaksa hidup sebatang kara.
Entah kemana
Rasa itu..
Ketika Ibu
yang tengah hamil tujuh bulan menjadi target serdadu gergasi
Yang dengan
pongah meneriakkan “Yes.. one shot.. two
kills”
Entah kemana
rasa itu..
Ketika kalian
berdua acuh tak acuh menatap gambar di televisi..
Puluhan bocah
menjerit kesakitan dengan sekujur kulit melepuh,
Diterpa hujan
bom fosfor, di tengah reruntuhan rumah mereka
Yang kalian
luluh lantakkan dengan aneka mesin perang durjana itu.
Entah kemana
rasa itu kau gadaikan
Ketika kalian
berdua menghantarkan rasa sakit bocah-bocah itu menjelang maut,
Dengan telunjuk
kiri menghujat.. “Mereka teroris.. memang pantas mendapatkannya.”
Entah kemana
rasa keperempuanan dua wanita yang tercitra terhormat
Tapi telah
melepah kehormatan dirinya sendiri,
Dengan bahasa
indah bermahkota darah,
Menyebut penjajah
maha keji
Sebagai korban
yang hanya sekedar membela diri
^_^
Saudaraku,
anak-anakku, para Ibu, calon Ibu.. dan wanita mulia sedunia.
Sengaja kami
tulis pesan ini dengan bahasa Ibu kami,
Karena Ibu..
adalah bahasa.. dan bahasa adalah Rasa.
Dan rasa itu
pula yang kini menyatukan kita, dalam berita, air mata dan doa.
Yang tak
surut oleh upgrade status Palestina di perserikatan bangsa-bangsa,
Karena penindasan
tidak lenyap serta merta
Dan gencatan
senjata yang selalu dilanggar adanya
Akan terus
mencerabut paksa anggota keluarga dari orang-orang yang dicinta.
Yang jenazahnya,
mereka sebut sebagai bilangan angka tak bernama.
Apa beda
anak Palestina dan anak-anak di Negara lainnya?
Mengapa pasal
pemenuhan hak anak tak menyapa negeri ini?
Mana “Save
he Children” yang selama ini merdu didendangkan?
Mana hak
asasi yang selalu mereka diktekan?
Mana.. mana
keadilan yang katanya harus ditegakkan?
^_^
Saudaraku,
anak-anakku, para Ibu, calon Ibu.. dan wanita mulia sedunia.
Sengaja kami
tulis pesan ini dengan bahasa Ibu kami,
Karena Ibu..
adalah bahasa.. dan bahasa adalah Rasa.
Dan rasa itu
pula yang kini menyatukan kita, dalam berita, air mata dan doa.
Jika memang
kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,
Jika memang
penjajahan di seluruh muka dunia harus dihapuskan,
Jika memang
pembantaian atas warga sipil itu kejahatan,
Jika memang
pembunuhan anak-anak itu diluar batas kemanusiaan
Maka…
Melangkahlah..
kumandangkanlah lagi.. kumandangkanlah..
Bahwa diam
adalah mati.
Bahwa hidup
adalah berani.
Teriakkan kepada
dunia, teriakkan..
Bahwa..
Setiap tetes
darah para syuhada
Yang jatuh
tumpah di tanah Palestina
Akan menjelma
menjadi darah juang baru
Yang datang
menderu-deru dari seluruh penjuru
Itu takkan
pernah ku ragu!!
FROM THE RIVER TO THE SEA.. PALESTINE WILL
BE FREE..
FROM THE RIVER TO THE SEA.. PALESTINE WILL
BE FREE..
FROM THE RIVER TO THE SEA.. PALESTINE WILL
BE FREE..
*Bunda Tatty
Elmir adalah Founder dari Forum Indonesia Muda (FIM) dan puisi ini dibawakan
pada saat pertunjukkan FIM saat Solidaritas Sastra untuk Palestina di GOR
Bulungan, Jakarta Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar