Kamis, Desember 20, 2012

Ibu, Bahasa, dan Rasa



Sebuah Puisi tentang Palestina yang ditulis dengan bahasa Ibu, bacalah dengan hatimu..


Ibu, Bahasa, dan Rasa
Sebuah pesan cinta untuk wanita mulia sedunia
Karya: Bunda Tatty Elmir*

Saudaraku, anakku para Ibu, calon Ibu… dan wanita mulia sedunia.
Sengaja pesan ini ditulis dengan bahasa Ibu kami, karena Ibu.. penguasa kata-kata,
Kata-kata melahirkan bahasa.. dan bahasa adalah masalah rasa.
Dan rasa itu pula yang kini menyatukan kita, dalam berita, airmata dan doa.
Ketika para pemimpin adi kuasa di luar sana,
Masih saja duduk bersekutu dalam koloni yang sudah mati Rasa.

Mohon maaf.. kepada yang terhormat Ibu Condoleeza dan Ibu Hilary
Silahkan minggir dahulu. Kalian berdua sungguh tak layak disebut Ibu.
Karena Ibu adalah bahasa, dan bahasa adalah Rasa.

Entah kemana Rasa itu, ketika kalian dengan wajah dingin tawar tak berasa,
menatap foto balita yang ditembak serdadu zionis.. pas di kepala.
Darah dan otak balita itu berhamburan kemana-mana, lalu diseka sang kakak yang juga kanak-kanak, kini dipaksa hidup sebatang kara.

Entah kemana Rasa itu..
Ketika Ibu yang tengah hamil tujuh bulan menjadi target serdadu gergasi
Yang dengan pongah meneriakkan “Yes.. one shot.. two kills
Entah kemana rasa itu..
Ketika kalian berdua acuh tak acuh menatap gambar di televisi..
Puluhan bocah menjerit kesakitan dengan sekujur kulit melepuh,
Diterpa hujan bom fosfor, di tengah reruntuhan rumah mereka
Yang kalian luluh lantakkan dengan aneka mesin perang durjana itu.

Entah kemana rasa itu kau gadaikan
Ketika kalian berdua menghantarkan rasa sakit bocah-bocah itu menjelang maut,
Dengan telunjuk kiri menghujat.. “Mereka teroris.. memang pantas mendapatkannya.”
Entah kemana rasa keperempuanan dua wanita yang tercitra terhormat
Tapi telah melepah kehormatan dirinya sendiri,
Dengan bahasa indah bermahkota darah,
Menyebut penjajah maha keji
Sebagai korban yang hanya sekedar membela diri

^_^

Saudaraku, anak-anakku, para Ibu, calon Ibu.. dan wanita mulia sedunia.
Sengaja kami tulis pesan ini dengan bahasa Ibu kami,
Karena Ibu.. adalah bahasa.. dan bahasa adalah Rasa.
Dan rasa itu pula yang kini menyatukan kita, dalam berita, air mata dan doa.
Yang tak surut oleh upgrade status Palestina di perserikatan bangsa-bangsa,
Karena penindasan tidak lenyap serta merta
Dan gencatan senjata yang selalu dilanggar adanya
Akan terus mencerabut paksa anggota keluarga dari orang-orang yang dicinta.
Yang jenazahnya, mereka sebut sebagai bilangan angka tak bernama.

Apa beda anak Palestina dan anak-anak di Negara lainnya?
Mengapa pasal pemenuhan hak anak tak menyapa negeri ini?
Mana “Save he Children” yang selama ini merdu didendangkan?
Mana hak asasi yang selalu mereka diktekan?
Mana.. mana keadilan yang katanya harus ditegakkan?

^_^

Saudaraku, anak-anakku, para Ibu, calon Ibu.. dan wanita mulia sedunia.
Sengaja kami tulis pesan ini dengan bahasa Ibu kami,
Karena Ibu.. adalah bahasa.. dan bahasa adalah Rasa.
Dan rasa itu pula yang kini menyatukan kita, dalam berita, air mata dan doa.
Jika memang kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,
Jika memang penjajahan di seluruh muka dunia harus dihapuskan,
Jika memang pembantaian atas warga sipil itu kejahatan,
Jika memang pembunuhan anak-anak itu diluar batas kemanusiaan
Maka…

Melangkahlah.. kumandangkanlah lagi.. kumandangkanlah..
Bahwa diam adalah mati.
Bahwa hidup adalah berani.

Teriakkan kepada dunia, teriakkan..
Bahwa..
Setiap tetes darah para syuhada
Yang jatuh tumpah di tanah Palestina
Akan menjelma menjadi darah juang baru
Yang datang menderu-deru dari seluruh penjuru
Itu takkan pernah ku ragu!!

FROM THE RIVER TO THE SEA.. PALESTINE WILL BE FREE..
FROM THE RIVER TO THE SEA.. PALESTINE WILL BE FREE..
FROM THE RIVER TO THE SEA.. PALESTINE WILL BE FREE..

*Bunda Tatty Elmir adalah Founder dari Forum Indonesia Muda (FIM) dan puisi ini dibawakan pada saat pertunjukkan FIM saat Solidaritas Sastra untuk Palestina di GOR Bulungan, Jakarta Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar