Sahabat,
salah satu sifat Allah Swt yaitu Ar-Rozaq. Yang artinya, maha pemberi rezki.
Allah Swt yang menciptakan kita sudah mengatur rezeki untuk hamba-hambanya. Sejenak
kita simak taujih aa gym tentang Rezeki.
Saudaraku,
bukankah kita ini sudah cukup lama berada di dunia. Sekian tahun atau sekian
puluh tahun kita tumbuh dan berkembang. Makanan tercukupi, minuman pun
demikian. Pakaian punya, tempat tinggal ada meskin mungkin belum menjadi hak
miliknya. Sekian lamanya rezeki kita dicukupkan. Lantas, masihkah kita pantas
berprasangka buruk bahwa rezeki kita tak akan cukup? Masihkan kita patut untuk
ragu dan curgia bahwa Allah Swt tak akan mencukupkan rezeki kita?
Ada seseorang
yang tidak akan lama lagi memasuki masa pensiun. Meski masa pensiun itu belum
tiba, namun ia sudah gusar dan gelisah. Ia khawatir di masa pensiunnya nanti ia
tidak lagi bisa memenuhi nafkah keluarganya. Ia takut tidak bisa lagi membiayai
kuliah anaknya. Ia gelisah jika ia tidak bisa lagi melanjutkan
cicilan-cicilannya. Ia berpikir bahwa dahulu ketika penghasilannya pas-pasan
saja sudah terasa berat, apalagi nanti ketika masa pensiun itu datang.
Berbagai kekhawatiran
dan kegelisahan ini ia rasakan ketika masa pensiun belum benar-benar datang. Sudah
demikian besar kegelisahannya, apalagi nanti ketika masa pensiun itu tiba. Padahal
jika ia mau melihat ke belakang, berapa puluh tahun ia hidup di masa lalu, dan
rezekinya tetap tercukupi. Makan setiap hari, minum tak pernah sulit, tempat
tinggal untuk bertedu ada, pakaian punya, dan anak-anaknya juga menjalani
kehidupan seperti biasanya.
Padahal jika
mengukur kepada gaji, tidak akan cukup ia membiayai kesemua itu. Namun, Allah
Swt mencukupi rezekinya dan menutupi kekuranan-kekurangannya. Rezeki dari Allah
Swt tidak tergantung kepada gaji bulanannya. Rezeki dari Allah Swt senantiasa
datang kepadanya kapan saja dan dari jalan yang tiada pernah ia sangka-sagka. Malah,
bukankah lebih banyak orang yang tidak memiliki gaji bulanan tapi tetap saja
hidup dan sehat.
Orang yang Haqqul yakin terhadap Allah Swt, ia
yakin bahwa dunia ini dengan segala isinya adalah milik Allah, sedangkan ia
hanyalah tinggal sebentar saja di dunia. Ia pun meyakini bahwa dunia ini tidak
akan pernah dibawa kemana-mana. Jika ia mati pun, dunia tak akan pernah ia bawa
sedikitpun. Ia meyakini bahwasanya dunia ini kecil belaka.
Sebagaiman firman
Allah Swt dalam salah satu hadits qudsi, Rasulullah Saw pernah bersabda, “Seandainya
dunia itu ada nilainya di sisi Allah bahkan seberat sayap nyamuk sekalipun,
tentu Dia tidak akan sudi member minum pada orang kafir meskipun seteguk air.”
(HR. Tirmidzi)
Hadits ini memberi
makna bahwa dunia ini sungguh tidak ada harganya. Hadits ini juga menjelaskan
bahwa rezeki dan kebahagiaan dunia diberikan juga oleh Allah pada orang kafir maupun
fasik, bahkan sering diberikan lebih bayak kepada mereka dibanding yang
diberikan kepada orang-orang sholeh. Ini menunjukkan saking tidak ada artinya
nilai dunia dibandingkan akhirat.
Mau berapa
juta triliun pun uang yang dikejar berapa gudang pun emas berlian yang digali,
sungguh itu bisa dengan mudah Allah Swt tumpahkan kepada mereka. Namun, mau
dibawa kemanakah semua itu? Pada akhirnya tetap akan mati, tanpa membawa sepeser
pun dari harta kekayaannya. Jasadnya kemudia dikubur di dalam tanah lalu hancur
lebur diurai belatung dan serangga.
Orang yang Haqqul yakin terhadap Allah Swt akan
jauh berbeda denga orang yang hanya mengenal Allah Swt secara ala kadarnya. Ketika
melihat orang lain memiliki kekayaan melimpah ruah, orang yang Haqqul yakin akan berpikir bahwa orang
itu sedang ditipi harta oleh Allah Swt. Sedangkan orang yang pada Allah yakin
secara ala kadarnya, akan dibakar rasa iri dengki di dalam jiwanya. Hatinya panas,
jantungnya berdetak kencang karena berharap harta kekayaan itu berpindah
kepadanya.
Ketika orang
yang Haqqul yakin terhadap Allah Swtt
memiliki harta kekayaan melimpah ruah, maka ia akan berpikir bahwa semua harta
miliknya itu hanyalah titipan Allah Swt. Ia akan dengan penuh semangat
bersedakah, mengelolanya demi meraih ridha Allah Swt. Ia lakukan hal itu karena
yakin bahwa semua kekayaan adalah ujian.
Saudaraku,
Allah Swt memberikan petunjuk kepada kita bahwasanya kita diciptakan dan
dihadirkan di dunia ini dengan tujuan untuk beribadah kepadaNya. “Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah kepadaKu” (QS.
Adz-Dzariyat: 56). Tunaikan ibadah dengan ikhlas, sebagai bekal kita pulang
kembali kepadaNya.
Apabila kita
taat dan patuh kepada Allah Swt dalam mengarungi kehidupan di dunia, maka kita
akan dibimbing olehNya untuk menjemput dan bertemu dengan rezeki kita serta
berjumpa dengan takdir terbaik kita. Jalani hidup dengan lurus mengikuti jalur
yang sudah dijelaskan oleh Allah Swt. Tidak perlu meragukan kebenaranNya. Bukankah
saat kita masih berwujud janin pun Allah Swt mengurus segala kebutuhan kita,
mencukupi rezeki kita.
Jika cita-cita
kita adalah kebahagiaan di akhirat, maka sesungguhnya kebahagiaan dunia akan
mengikuti. Jika cita-cita kita adalah akhirat dan kita berusaha dengan segala
daya upaya untuk meraihnya maka kesenangan dunia akan datang kepada kita. Jika kemudian
kita mendapatkan takdir kaya raya, maka kita akan jadi orang kaya yang shaleh
dan dermawan. Jika Allah menakdirkan kita terkenal, maka kita terkenal karena kejujurannya,
kedermawanannya, rasa empatinya kepada sesama dan terkenal karena sikap rendah
hati dan ketawadhuannya.
Saudaraku,
yakinlah dengan rezeki yang Allah Swt berikan. Tugas kita adalah berusaha yang
terbaik, dan serahkan urusan kepada Allah. La
Haula Wala Quwata Illa Billah. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan
izinnya Allah.
Assalamualaikum .. mohon share, copy dan jadikan panduan . syukran . semoga Allah membalas :)
BalasHapusSubhanallah, syukran atas artikelnya yang bermanfaat :D
BalasHapus