Sebuah kisah
di zaman khalifah Umar Bin Khatab RA. Ketika itu Beliau RA sedang berkeliling
melihat keadaan rakyatnya. Lalu ia berhenti ketika melihat seorang kakek tua
yang sudah renta sedang asyik menanam pohon kurma. Kemudian ia menghampiri sang
kakek. Kemudian bertanya, “Kakek, kenapa
kakek masih berkeinginan menanam pohon kurma ini? Bukankah pohon kurma ini
berbuah masih bertahun-tahun kemudian?”
Lalu sang
kakek menjawab dengan penuh senyum, “Wahai
khalifah, bukankah buah kurma yang saat ini kita rasakan adalah buah dari hasil
nenek moyang kita terdahulu. Saya ingin pohon kurma yang saat ini saya tanam
akan dapat dinikmati oleh anak cucu saya.”
Belajar dari
kisah diatas, bahwa kita apapun profesinya, statusnya haruslah memiliki manfaat
bagi orang sekitar. Ketika lingkungan
kita orang yang jarang ke masjid, maka kita harus menjadi orang yang gemar
mengajak untuk memakmurkan masjid. Ketika adik kita masih sering melalaikan
sholat lima waktu, maka kita harus menjadi kakak yang menjadi teladan kepada
adik-adiknya untuk mengajak sholat lima waktu berjamaah di masjid. Ketika orangtua
kita masih jauh dari nilai-nilai Islam, maka kita sebagai anak harus berjuang
sungguh-sungguh agar menjadi jalan orangtua kita agar semakin taat kepada
Alloh. Bisa kita membelikan buku-buku Islam, bisa saling diskusi dengan cara
yang baik, bisa mengajak pengajian, dan hal lain sebagainya.
Kita harus
berbuat agar orang lain yang berada di sekitar kita terbawa manfaatnya. Ketika melihat
keadaan mahasiswa di kampus kita, masih jauh dari nilai-nilai islam. Berjuanglah,
berbuatlah. Adakan kajian Islam yang menarik di kampus kita. Jadilah teladan
dalam berbuat kebaikan, dan tak henti selalu doakan agar orang-orang yang masih
jauh dari nilai-nilai Islam diberikan hidayah oleh Alloh.
Rosululloh
Saw bersabda dalam haditsnya, “Khoirunnas
anfa’uhum linnas” yang artinya, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang
paling banyak manfaatnya bagi manusia yang lain.”
Sahabatku,
berbuatlah, berkontribusilah dalam kebaikan, dimanapun, kapapun. Yakinlah,
Alloh Yang Maha Menyaksikan tidak akan menyia-nyiakan perbuatan sekecil apapun.
Ketika teman kita kehilangan sesuatu, jangan pernah kita menyakiti hatinya
dengan berkata, “Salah kamu sih naruh
barang ga hati-hati.” Tapi hiburlah hatinya, “Segala sesuatu terjadi dengan izin Alloh. Bersabarlah. Mudah-mudahan
Alloh memberi ganti yang lebih baik.”
Mudah-mudahan
Alloh yang Maha Agung, yang Maha Perkasa, memberikan kita keteguhan, istiqomah
untuk terus berada di jalan kebaikan, untuk terus kontribusi di jalan Tarbiyah
ini, dan mudah-mudahan Alloh mengumpulkan kita semua di dalam surge-Nya kelak,
aamiin ya Robbal alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar