Sebuah kisah
dari buku yang inspiratif, kisah seorang ibu yang mempertahankan sang buah
hati, mudah2an manfaat.
Ini adalah
kisah seorang kerabat dari Demak, yang sangat aku kenal baik pribadi dan
keluarganya. Meski usiak jauh lebih muda, tapi tak menghalangi persahabatan
kami.
Aku memanggilnya
mbak hanif, orangnya supel, berkulit bersih dan cantik. Kami kenal saat di
rumah sakit, saat itu ia tengah kontrol penyakitnya, sementara aku menjenguk
kerabat. Sejak itu kami pun akrab.
Keakraban itu
bertambah saat aku ditawari bekerja di tempatnya membuat kerajinan tangan. Aku mendapat
upah borongan untuk itu. Lumayanlah untuk menutup kebutuhanku sebagai anak kos.
Selain sebagai pedagang besar, mbak Hanif juga seorang hafidzah. Bersama suami,
ia mengelola home industry. Sayangnya, ia belum juga punya momongan meski sudah
hampir dua tahun menikah. Menurut mbak Hanif, mungkin karena ia sering minum
obat dosis tinggi. Sebulan kemudian aku tahu, rupanya ia menderita kanker
paru-paru, dan sudah dua kali menjalani operasi.
Subhanalloh,
empat bulan sejak perbincangan itu mbak Hanif dinyatakan positif hamil. Oleh dokter,
ia disarankan menggugurkan kandungan, karena akan sangat beresiko bagi diri dan
janinnya. Apalagi ia juga sering pingsan dan sesak nafas.
Mbak Hanif
memiliki mempertahankan kandungannya. Hari-harinya jadi sangat berat dan penuh
perjuangan. Selain harus berjibaku melawan sakitnya, ia juga harus berjuang
menjaga kandungannya. Selama itu pula ia menolak obat dokter, dan hanya banyak
mengkonsumsi madu. Tak Cuma itu, mbak Hanif mengalami morning sickness selama
hampir lima bulan. Tubuhnya terlihat kurus dan pucat. Tapi anehnya, selama
hamil itu pula penyakit mbak Hanif jarang kambuh. Subhanalloh.
Sehari-hari
ia sibuk di toko souvernir miliknya, juga membantu membuat jahitan baju, serta
kerajinan tangan bersamaku dan karyawan lain. Begitulah, ia memang dekat dengan
karyawannya. Ia terlihat lebih kuat dari penampilannya yang tampak ringkih.
Juni 1997,
hari yang dinantika tiba. Subuh itu mbak Hanif mulai merasakan mulas. Hingga lepas
Dzuhur baru bukaan empat. Kondisinya mulai payah dan mulai sulit bernafas
hingga harus dibantu oksigen. Di tengah segala kepayahan tersebut, mbak Hanif memilih melahirkan normal, meski
dokter menyarankan operasi, terlebih meningat kondisinya yang menurun sejak dua
pekan sebelumnya. Ia bilang padaku ingin merasakan jadi wanita sempurna. Begitulah
mbak Hanif, ia memang sosok muslimah yang pantang menyerah.
Menjelang Ashar,
saat aku dan beberapa karyawan menjenguknya ia masih sempat bercanda, “Sakit
tapi enak lho..” padahal kulihat matanya sembab, mungkin karena menangis
menahan sakit.
Menjelang maghrib,
alhamdulillah, bayi cantik 2,6kg lahir dengan selamat. Namun kondisi mbak Hanif
sendiri, yang semula baik-baik saja mendadak drop. Kurang lebih setengah
sebelas malam ia dievakuasi ke ruang ICU.
Kebahagiaan hari
itu memang tak lagi sempurna. Tawa berubah air mata. Hingga esok hari, bahkan
selama empat hari, mbak Hanif tak sadarkan diri. Masuk hari ke lima, mbak Hanif
siuman. Hal pertama yang ia tanyakan adalah bayinya. Sebuah fragmen mengharukan
antara ibu dan anak, di ruang ICU. Kami yang melihat dari luar, tak mampu
membendung air mata.
Mbak Hanif
memang akhirnya berhasil merasakan manisnya jadi wanita sempurna, sebagaimana
Latifah -putrinya- pun merasakan kehagatan kasih sang ibunda. Namun sejak itu,
mbak Hanif harus kembali berjuang dengan sakitnya, dan kondisinya makin
memburuk. Tak sampai dua bulan, mbak Hanif dipaksa menyerah pada takdir. Latifah
akhirnya diasuh keluarga besar ayah juga nenek dari pihak ibu.
^_^
Darinya kita
belajar, betapa besar kasih seorang ibu. Ia berusaha kuat dan tegar demi buah
cinta yang dinantinya. Semangatnya, cintanya, bahagianya, mampu membuatnya
bertahan dari rasa sakit. Meski akhirnya setelah impiannya hadir, ia harus
pergi…
Ya Alloh, ampuni
segala kezholiman kami kepada kedua orang tua kami, Engkaulah yang maha tahu
perasannya, selamatkan ibu bapak kami ya Alloh, sholehkan sisa usianya, berikan
kesempatan kepada kami untuk membahagiakan, memuliakan, jadikan akhir hayatnya
husnul khotimah ya Alloh, lindungi dari fitnah kubur, lindungi dari fitnah
jahannam. Allohummaghfirlana
waliwalidayya warhamhuma kama robba yani soghiro. Ya Alloh ampuni segala
dosa dan kesalahan kedua orang tua kami, dan berikan selalu keberkahan kepada
mereka ya Alloh, aamiin ya Robb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar