Jumat, Agustus 31, 2012

Sebening Cinta Ibunda :)


Sebuah kisah dari buku yang inspiratif, kisah seorang ibu yang mempertahankan sang buah hati, mudah2an manfaat.


Ini adalah kisah seorang kerabat dari Demak, yang sangat aku kenal baik pribadi dan keluarganya. Meski usiak jauh lebih muda, tapi tak menghalangi persahabatan kami.

Aku memanggilnya mbak hanif, orangnya supel, berkulit bersih dan cantik. Kami kenal saat di rumah sakit, saat itu ia tengah kontrol penyakitnya, sementara aku menjenguk kerabat. Sejak itu kami pun akrab.

Keakraban itu bertambah saat aku ditawari bekerja di tempatnya membuat kerajinan tangan. Aku mendapat upah borongan untuk itu. Lumayanlah untuk menutup kebutuhanku sebagai anak kos. Selain sebagai pedagang besar, mbak Hanif juga seorang hafidzah. Bersama suami, ia mengelola home industry. Sayangnya, ia belum juga punya momongan meski sudah hampir dua tahun menikah. Menurut mbak Hanif, mungkin karena ia sering minum obat dosis tinggi. Sebulan kemudian aku tahu, rupanya ia menderita kanker paru-paru, dan sudah dua kali menjalani operasi.

Subhanalloh, empat bulan sejak perbincangan itu mbak Hanif dinyatakan positif hamil. Oleh dokter, ia disarankan menggugurkan kandungan, karena akan sangat beresiko bagi diri dan janinnya. Apalagi ia juga sering pingsan dan sesak nafas.

Mbak Hanif memiliki mempertahankan kandungannya. Hari-harinya jadi sangat berat dan penuh perjuangan. Selain harus berjibaku melawan sakitnya, ia juga harus berjuang menjaga kandungannya. Selama itu pula ia menolak obat dokter, dan hanya banyak mengkonsumsi madu. Tak Cuma itu, mbak Hanif mengalami morning sickness selama hampir lima bulan. Tubuhnya terlihat kurus dan pucat. Tapi anehnya, selama hamil itu pula penyakit mbak Hanif jarang kambuh. Subhanalloh.

Sehari-hari ia sibuk di toko souvernir miliknya, juga membantu membuat jahitan baju, serta kerajinan tangan bersamaku dan karyawan lain. Begitulah, ia memang dekat dengan karyawannya. Ia terlihat lebih kuat dari penampilannya yang tampak ringkih.

Juni 1997, hari yang dinantika tiba. Subuh itu mbak Hanif mulai merasakan mulas. Hingga lepas Dzuhur baru bukaan empat. Kondisinya mulai payah dan mulai sulit bernafas hingga harus dibantu oksigen. Di tengah segala kepayahan tersebut,  mbak Hanif memilih melahirkan normal, meski dokter menyarankan operasi, terlebih meningat kondisinya yang menurun sejak dua pekan sebelumnya. Ia bilang padaku ingin merasakan jadi wanita sempurna. Begitulah mbak Hanif, ia memang sosok muslimah yang pantang menyerah.

Menjelang Ashar, saat aku dan beberapa karyawan menjenguknya ia masih sempat bercanda, “Sakit tapi enak lho..” padahal kulihat matanya sembab, mungkin karena menangis menahan sakit.

Menjelang maghrib, alhamdulillah, bayi cantik 2,6kg lahir dengan selamat. Namun kondisi mbak Hanif sendiri, yang semula baik-baik saja mendadak drop. Kurang lebih setengah sebelas malam ia dievakuasi ke ruang ICU.

Kebahagiaan hari itu memang tak lagi sempurna. Tawa berubah air mata. Hingga esok hari, bahkan selama empat hari, mbak Hanif tak sadarkan diri. Masuk hari ke lima, mbak Hanif siuman. Hal pertama yang ia tanyakan adalah bayinya. Sebuah fragmen mengharukan antara ibu dan anak, di ruang ICU. Kami yang melihat dari luar, tak mampu membendung air mata.

Mbak Hanif memang akhirnya berhasil merasakan manisnya jadi wanita sempurna, sebagaimana Latifah -putrinya- pun merasakan kehagatan kasih sang ibunda. Namun sejak itu, mbak Hanif harus kembali berjuang dengan sakitnya, dan kondisinya makin memburuk. Tak sampai dua bulan, mbak Hanif dipaksa menyerah pada takdir. Latifah akhirnya diasuh keluarga besar ayah juga nenek dari pihak ibu.

^_^

Darinya kita belajar, betapa besar kasih seorang ibu. Ia berusaha kuat dan tegar demi buah cinta yang dinantinya. Semangatnya, cintanya, bahagianya, mampu membuatnya bertahan dari rasa sakit. Meski akhirnya setelah impiannya hadir, ia harus pergi…

Ya Alloh, ampuni segala kezholiman kami kepada kedua orang tua kami, Engkaulah yang maha tahu perasannya, selamatkan ibu bapak kami ya Alloh, sholehkan sisa usianya, berikan kesempatan kepada kami untuk membahagiakan, memuliakan, jadikan akhir hayatnya husnul khotimah ya Alloh, lindungi dari fitnah kubur, lindungi dari fitnah jahannam. Allohummaghfirlana waliwalidayya warhamhuma kama robba yani soghiro. Ya Alloh ampuni segala dosa dan kesalahan kedua orang tua kami, dan berikan selalu keberkahan kepada mereka ya Alloh, aamiin ya Robb.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar