Satu menit? Sepertinya tak bermakna, mungkin karena tak berasa.
Lewat begitu saja. Hanya enam puluh ketukan, jika satu ketukan itu bernilai
satu detik. Benar-benar tak terasa, hingga akhirnya tak dimaknai. Seringkali
kumpulan menit itu kita perlakukan seperti air, mengalir begitu saja. Tanpa
kita berikan arah, tanpa kita tetapkan tempat berakhir. Mengalir, mengalir dan
mengalir…
Seringkali himpunan menit itu kita perlakukan seperti gelas, kita
isi dan nikmati tanpa kita sadari khasiat dari isi gelas itu sendiri. Yang
penting lezat, segar dan mengusir rasa haus kita.
Padahal satu menit, enam puluh ketukan itu bisa membawa kita
kepada dua pilihan tempat berakhir. Keindahan atau kepedihan. Karena enam puluh
ketukan itu ternyata bernilai, sangat bernilai dimata Sang Pemilik waktu, Sang
Maha Penghenti waktu. Karena satu menit itu tak pernah luput dari penglihatan
dan pengawasan Sang Maha Bijak, Sang Maha Pemberi ganjaran. Karena satu menit
itu memiliki arti bagiNya, atas keputusan yang ditetapkan untuk kita.
Dia akan menghargai satu menit yang dimiliki dalam hidup ini
dengan berlipat penghargaan yang tak terbayangkan oleh kita. Karena Dia-lah
sebaik-baiknya pemberi penghargaan bagi manusia yang tak pernah lelah mencari
perhatianNya.
Satu menit saja, tak lebih, dapat bermakna, jika kita mau. Satu
menit saja, hanya satu menit, dapat bernilai, jika kita tahu. Karenanya satu
menit itu tak layak kita buang.
Dalam satu menit, kita bisa melakukan banyak kebaikan dan
kebahagiaan. Dalam satu menit kita bisa mendendangkan al-Faatihah dengan penuh
cinta sebanyak tiga kali. Hanya tiga kali memang, tapi menurut orang-orang
bijak, dengan membaca al-Faatihah satu kali saja, Allah memberikan 600
kebaikan. Dalam satu menit, kita dapat membisikkan surat al Ikhlaas dua puluh
kali, tak perlu bersuara, hanya berbisik. Allah menilai bisikan penuh makna itu
sama seperti kita membaca sepertiga kitabNya.
Dalam enam puluh ketukan itu, kita bisa membaca sedikit saja
ayat-ayat dari kalimatNya yang dirangkai dalam Al Qur’an. Dalam satu menit itu,
kita bisa mencoba menghafal ayat-ayatNya untuk senantiasa mengingatnya dan
mengiri langkah-langkah kita.
Dalam satu menit, kita bisa mengaturkan dzikir, Laa ilaaha
illallaah wahdahu laa shariikalah,lahu'l-mulk wa lahu'l-hamd wa huwa 'ala kulli
shay'in qodiir. Dalam satu menit kita bisa mengirimkan puji Subhaanallaahi wa
bi hamdihi sebanyak seratus kali. Allah akan mengampuni dosa-dosa kita meski
dosa itu sebanyak buih di lautan.
Dalam satu menit kita bisa membalas cintaNya dengan mengucap
Subhaan allaahi wa bi hamdihi Subhaanallaahil-'Aziim sebanyak lima puluh kali.
Allah mencintai manusia yang mengucapkan dua kata ini dari bibirnya, demikian
yang tertulis dalam hadits riwayat Bukhari Muslim. Rasul berkata, “Saat aku
mengucapkan 'Subhaanallaah, wa'l-hamdu Lillah, wa laa ilaah ill-Allaah, wa
Allaahu Akbar (Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, Tiada tuhan selain
Allah, dan Allah Maha Besar), maka cintaNya berhamburan untukku (hadits riwayat
Muslim). Dalam satu menit, kita dapat mengucapkan itu sebanyak delapan belas
kali. Karena kata-kata ini senantiasa dicintaiNya, kata-kata terbaik penuh
dengan makna.
Dalam satu menit, kita bisa menyatakan Tidak ada kekuatan dan
kekuasaan selain milikNya, Laa hawla wa laa quwwata illa Billaah. Kata-kata ini
adalah satu dari kekayaan dari surga, seperti yang tercantum dalam hadits yang
diriwayatkan Bukhari-Muslim. Kata kata ini membuat Allah mengangkat kesulitan
yang ada dan membantu kita meraih yang kita inginkan.
Dalam satu menit, kita bisa menegaskan kembali pernyataan kita
terdahulu, sebelum kita lahir ke dunia ini, Laa ilaaha ill-Allaah sebanyak lima
puluh kali. Ini adalah kata-kata terbesar milikNya. Karena dengan memaknai
kata-kata ini dalam hati, sudah cukup bukti bahwa kita mengakui keberadaanNya.
Dalam enam puluh ketukan kita bisa membaca Subhaanallaah wa bi
hamdih, 'adada khalqihi, wa ridaa nafsihi, wazinata 'arshihi, wa midaada
kalimaatihi (Maha suci Allah, sebanyak apa yang diciptakanNya, sebanyak
keridhoanNya, seberat Arasy-Nya dan sebanyak tinta kata-kataNya).
Dalam satu menit, kita dapat memohon ampunanNya dengan membaca
Astaghfir-Allaah sebanyak seratus kali. Dengan kesadaran sepenuhnya atas
berjuta dosa yang kita lakukan. Dalam satu menit, kita dapat mengirim doa untuk
junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw, dengan mengucap Sallallaahu 'alayhi
wasallam (Semoga Allah memberkati dan memberinya kedamaian). Dengan doa itu
Allah akan memberikan lima ratus kebaikan.
Dalam satu menit, kita bisa memotivasi hati kita dengan
menghaturkan terima kasih padaNya, MencntaiNya, hanya berharap padaNya, takut
atasNya, dan tetap melanjutkan hidup hanya karenaNya. Ini bisa kita lakukan
saat kita merebahkan tubuh kita untuk beristirahat atau mungkin saat kita
berjalan menuju suatu tempat.
Dalam satu menit, kita bisa membaca lebih dari dua halaman dari
buku yang bermanfaat bagi kita, dan membuat kita lebih memaknai hidup. Dalam
satu menit, kita bisa mencurahkan kerinduan, berbincang dengan teman lama yang
terikat karena cinta Allah. Dalam satu menit kita bisa menengadahkan tangan dan
memanjatkan doa atas apa yang kita harapkan bagi diri ini.
Dalam satu menit kita bisa mengucapkan salam, mendoakan orang lain
atas keselamatannya. Dalam satu menit kita bisa sedikit merenung, mengusir
bisikan setan yang senantiasa tak pernah bosan mengganggu kita untuk berpaling
dariNya.
Dalam satu menit kita bisa menikmati sesuatu dengan penuh rasa
syukur, bahwa kita masih punya waktu menikmatinya. Dalam satu menit kita bisa
memberikan kata-kata berharga bagi saudara kita, sekedar saling mengingatkan
ke-alfaannya, menunaikan haknya untuk selalu diingatkan. Dalam satu menit kita
bisa membuang sesuatu yang berbahaya ditengah jalan.
Hanya satu menit, dan semoga berarti bagiNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar