Jumat, Agustus 31, 2012

Kekasih Alloh :)


Sebuah kisah yang menyentuh hati, tentang seseorang yang memiliki akhlak yang agung, suri tauladan yang terbaik, dan kekasih Alloh yang sangat kita cintai, baginda Rosululloh Saw. Mudah-mudahan bermanfaat.


Menjelang wafat, dalam keadaan yang sekarat , Rosululloh Saw mengumpulkan para sahabat dan keluarganya. Semua menangis sedih melihat keadaan Rosululloh Saw. Beliau lalu bertanya dengan suara yang lemah, “Adakah di antara kalian yang pernah aku sakiti?” Tak ada yang menjawab. Rosululloh Saw bertanya lagi hingga ketiga kalinya. Seorang laki-laki pun berdiri menuju Nabi, dialah Ukasyah ibn Muhsin. “Ya Rosululloh, dulu aku pernah bersamamu di Perang Badar. Untaku dan untamu berdampingan, saat itu engkau melecutkan cambut kepada untamu agar dapat berjalan lebih cepat, namun sesungguhnya engkau memukul lambung sampingku,” ucap Ukasyah.

Semua yang ada di ruangan itu kaget, tega sekali Ukasyah berkata seperti itu saat Rosululloh Saw dalam keadaan sekarat. Semua air mata sahabat yang ada di situ mengalir deras. Rosululloh Saw lalu menyuruh bilal mengambil cambuk di rumah putrinya, Fathimah. Bilal tampak begitu berat menunaikan perintah Nabi itu. Ia tak ingin cambuk yang dibawanya melecut tubuh sang kekasih, namun Bilal juga tidak berani melawan perintah Nabi. Segera setelah sampai, cambuk diberikan kepada Nabi dan dengan cepat cambuk berpindah ke tangan Ukasyah. Masjid seketika dipenuhi gemuruh suara para sahabat.

Tiba-tiba dari barisan terdepan maju sosok berwajah sendu dan berjanggut basah oleh air mata, Abu Bakar, dan sosok pemberani yang ditakuti para musuhnya di medan pertempuran, Umar ibn Al-Khatab. Mereka berkata, “Hai Ukasyah, pukullah kami berdua, sesukamu. Pilihlah bagian mana yang paling kau inginkan, qisas-lah kami.” Rosululloh Saw menggelengkan kepalanya dan menyuruh kedua sahabat itu duduk.

Melihat Abu Bakar dan Umar duduk, Ali ibn Abi Thalib pun berdiri di depan Ukasyah dengan berani. “Hai Hamba Alloh, inilah aku yang masih hidup siap menggantikan qisas Rosul. Inilah punggungku, ayunkan tanganmu sebanyak apa pun, deralah aku.” Rosululloh Saw kembali menggeleng dan menyuruh Ali duduk.

“Hai Ukasyah, engkau tahu, kami ini kakak-beradik, kami adalah cucu Rosululloh Saw, kami darah dagingnya, bukankah ketika engkau mencambuk kami, itu artinya mencambuk Rosul juga.” Hasan dan Husain tampil di depan Ukasyah. Namun, Rosululloh menyuruh cucu yang sangat dicintainya itu untuk duduk.

Masjid dipenuhi isak tangis. Tak ada seorang pun yang rela kekasih Alloh ini dicambuk dalam keadaannya yang sekarat.

Ukasyah berjalan ke arah Nabi. Kini tak ada lagi yang menghalangi Ukasyah mengambil qisas. “Wahai Ukasyah, inilah ragaku, cambuklah sesukamu.” Nabi melangkah mendekatinya.

“Ya Rosululloh, saat engkau mencambukku, tak ada sehelai kain pun yang menghalangi lecutan cambuk itu,” ucap Ukasyah.

Tangisan semakin deras mengalir, semakin kencang terdengar. Nabi Saw tak berucap sepatah kata pun. Nabi Saw melepaskan gamisnya dan tersingkaplah tubuh sucinya. Pekik takbir yang pilu mulai menggema.

Melihat tubuh Nabi Saw, Ukasyah langsung membuang cambuknya dan berlari memeluk tubuh Sang Nabi. Sepenuh cinta direngkuhnya Nabi, erat, erat sekali.. Tangisnya pecah. Perasaan kerinduan kepada Nabi ia tumpahkan saat itu. Ukasyah menangis gembira, berteriak haru, gemetar bibirnya berucap, “Tembusanmu, jiwaku, ya Rosululloh. Siapakah yang sampai hati meng-qisas manusia mulia sepertimu. Aku hanya berharap tubuhku bisa melekat dengan tubuhmu hingga Alloh dengan keisitmewaan ini menjagaku dari sentuhan api neraka.”

^_^

Subhanalloh. Inilah bentuk rasa cinta yang ditujukan oleh Ukasyah kepada Rosululloh Saw. Dalam khutbahnya yang terakhir, Rosululloh berdoa, “Mudah-mudahan Alloh menetapkan kalian, mudah-mudahan Alloh menjaga kalian, mudah-mudahan Alloh menolong kalian, mudah-mudahan Alloh meneguhkan kalian, mudah-mudahan Alloh menguatkan kalian, mudah-mudahan Alloh menjaga kalian..”

Rosululloh Saw yang mencintai umatnya, yang di akhir hayatnya, sempat mengucapkan, “Umatku.. umatku.. umatku..” yang memikirkan bagaimanan umatnya kelak sepeninggalnya: apakah akan taat atau durhaka kepada Alloh.. Rosululloh Saw yang di sela-sela rasa sakit sakratulmaut yang dahsat saat bernapas saja seolah melewati lubang jarum masih memohon lirih kepada Alloh, “Ya Alloh dahsyat nian mau ini. Timpakan saja semua maut (rasa sakit) kepadaku, jangan kepada umatku..”

Rosululloh Saw begitu amat cintanya kepada umatnya, selalu memikirkannya, merindukannya, tapi aku yang mengaku sebagai umatnya tak memiliki cinta untuknya. Masya Alloh..

Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu
’Kan pasti mengalir air mataku
Karena pancaran ketenanganmu

Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kukucup tanganmu
Moga mengalir keberkatan dalam diriku
Untuk mengikut jejak langkahmu

Ya Rasulallah, Ya Habiballah
Tak pernah kutatap wajahmu
Ya Rasulallah, Ya Habiballah
Kami rindu padamu

Allahumma sholli ’alaa Muhammad
Ya Robbi sholli ’alaihi wassalim

Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kudakap dirimu
Tiada kata yang dapat aku ucapkan
Hanya Tuhan saja yang tahu

Kutahu cintamu kepada ummat
Umati umati
Kutahu bimbangnya kau tentang kami
Syafa’atkan kami

Ya Rasulallah, Ya Habiballah
Terimalah kami sebagai umatmu
Ya Rasulallah, Ya Habiballah
Kurniakanlah syafa’atmu

Ya Rasulullah – Raihan

Mudah-mudahan kita dijadikan hamba yang mencintai Rosululloh dengan menghidupkan sunnahnya, aamiin ya Robb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar