Tarbiyah
tidak sekedar ngaji, tetapi lebih dari itu. Ada aktivitas hati, berempati, dan
berbagi.
Perjalanan itu
berawal dari ajakan ibuku, mengajak untuk mengikuti pesantren kilat di salah
satu pesantren di daerah Bandarlampung, namanya Pesantren Darul Hikmah (DH). Alhamdulillah..
darisitu aku mengenalnya..
Masuk Smp,
aku berkenalan dengan Rohis, dan kembali aktif di kegiatan halaqah pekanan..
Masuk Sma,
aku kembali aktif di Rohis, disini ketemu temen-temen yang semangat dalam
menyebarkan Islam..
Masuk Kuliah,
alhamdulillah, Alloh mempertemukan kembali di jama’ah ini..
Bagiku,
Tarbiyah adalah nyawa generasi Robbani. Ia bukan sekedar “mengaji” dalam arti
membaca al-Qur’an, tapi lebih dari sekedar itu. Menyampaikannya kepada orang
lain dan senantiasa mempelajarinya.
Alloh Swt
berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Imron ayat ke-79, “Hendaklah kamu menjadi
orang-orang Robbani, karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya.”
Disini aku
belajar. Belajar untuk sedikit berbagi ilmu. Belajar untuk ikut kontribusi di
kegiatan Dakwah..
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad
dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS.
Al-Maidah: 54)
Ayat diatas
menerangkan, Dakwah ini akan terus berjalan. Pertanyaannya apakah kita termasuk
bagian dari kereta dakwah ini? Dakwah akan terus berjalan, dengan atau tanpa
kita.
Ubah paradigma dengan Tarbiyah
Mungkin orang
bertanya: apa yang bisa dilakukan dengan tarbiyah? Buktinya kini banyak kader
tarbiyah yang ikut larut dan hanyut dalam hiruk pikuk euforia politik?
Saudaraku,
kalau engkau hendak memburu dan membunuh tikus akankah kau gunakan meriam
raksasa untuk membombardir gudang demi menangkap tikus? Akankah menangkap ikan
dengan menebar racun? Ini persis ulah biadab tentara Yahudi yang memberondongi
anak-anak Palestina dengan roket Apache.
Ubah paradigmanya,
tangkap tikus tanpa kau hancurkan gudang itu, tangkap ikan tanpa merusak
lingkungan. Maka bila kader tarbiyah banyak masalah, tangkap kadernya di-install
ulang, dan bersihkan virusnya, bukan dihancurkan komputernya.
Sebagaimana tukang
bangunan, setiap meninggikan satu batu bata tembok ia selalu melihat,
mengawasi, meneliti: adakah yang miring, jatuh sehingga ia harus kembali
merapikan, memoles, mengukir, mengganti dan menutup lubang.
Begitu pula
dakwah dan tarbiyah, begitu menapaki satu jenjang mesti terlihat sudut-sudut
yang kurang, lubang yang menganga, barisan yang renggang, ukhuwah yang gersang,
potensi yang hilang, segera ia kembali untuk menyempurnakan kekurangan.
Ubah paradigma dengan Tarbiyah! Kembali
ke asholah tarbiyah apapun fase dakwahnya. Tarbiyah bukan batu pijakan yang
ditinggalkan dan dilupakan bila telah meraih puncak kejayaan.
Ubah paradigma dengan Tarbiyah! Jangan bertanya
apa yang diberikan dakwah padamu, tapi bertanyalah apa yang sudah kau berikan
untuk dakwah. Jangan kalah dengan seorang sahabat yang syahid. Ia lempar
kurmanya untuk menyambut kesyahidan.
Ubah paradigma dengan Tarbiyah! Mulailah
melangkah meski dengan langkah kecil, dengan personil yang sedikit. Untuk sukses
tak perlu menunggu atau menuntut orang lain, tapi proaktif, dan memanfaatkan
setiap momentum.
Ubah paradigma dengan Tarbiyah! Tarbiyah
adalah berpikir untuk memberi “Jadilah
kamu generasi Robbani yang senantiasa mengajarkan al-Kitab dikarenakan kamu
selalu mempelajarinya.” Kalau kita berpikir memberi, maka kita akan selalu
kaya; kalau kita berpikir menerima, maka terus menjadi miskin. Sadar untuk
membina sebelum diminta murobbi tentu itu yang utama.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” QS. Al-Hasyr: 18.
Mudah-mudahan Alloh memberikan istiqomah di jalan Tarbiyah ini. Aamiin
ya Robb.
Wallohu’alam bishawab.
Sumber inspirasi: Buku Quantum Tarbiyah oleh Solikhin Abu Izzudin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar