Selasa, September 20, 2016

Mandiri

Agenda prajab udah selesai, dan saatnya aku kembali ke tempat perantauan.

Biasanya Bunda bakal banyak ngebekalin makanan buatku. Bakal nyiapin makanan2 tahan lama yang aku akan makan disana. Masya Allah. Baik bangeeet Bunda.

Rasanya kalo udah di rumah. Se-mandiri apapun kita, masih dianggap aja kayak anak kecil. Itulah orangtua. Ya Allah semoga Engkau balas kebaikan yang banyak bagi kedua orangtua kami, dan Engkau wafatkan dalam husnul khotimah, aamiin.

Apakah karena aku udah jauh dari orangtua bisa dibilang, hidupku udah mandiri? Mandiri bukan berarti semuanya bisa dilakukan sendiri. Kita juga kadang butuh bantuan dari orang lain. Bagiku, mandiri itu berarti ga banyak ngerepotin orang lain.

Tiap orang punya kemampuan masing-masing, maka itu kita harus menghargainya. Ga semua orang bisa menghargai kita. Kita juga suka sulit menghargai orang lain. Tapi setidaknya mulailah dari diri kita sendiri.

Setiap orang punya sifat buruk, kita juga. Wajar lah, kalau sesekali kita kena sial mendapatkan keburukan orang lain. Kalau ga mau capek, jangan kebanyakan menuntut, jangan kebanyakan berharap. Dahulukan kewajiban kita dan haknya orang lain. Jangan sebaliknya.

Maka kita kalo mau terus berproses ke arah yang lebih baik, kuncinya adalah jangan pernah berhenti belajar. Belajar sebanyak-banyaknya. Belajar dari kejadian yang kita alami, apa hikmah dibalik kejadian ini ya? Apa kekurangan yang bisa aku perbaiki ya? Apa yang bisa aku lakukan agar keadaan bisa lebih baik ya?

Kalopun sesekali kita berbuat salah. Itu sangatlah wajar. Asalkan kita bisa belajar dari kesalahan itu. Yang penting jangan berhenti bergerak. Dicoba dulu, dijalani dulu, baru boleh menyimpulkan.

Dan sekali lagi, kuncinya adalah jangan pernah berhenti belajar. Kita harus mau mencoba dan belajar hal-hal yang baru. Kita ga mau kan hidupnya kayak gini-gini aja?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar