Minggu, September 18, 2016

Jatuh itu biasa nak

Jatuh itu biasa nak, apalagi kamu lelaki. Alam punya cara tersendiri untuk melantik seorang lelaki. Lelaki tulen tak mulus tubuhnya, lelaki hebat punya bekas luka.

Menangis saat jatuh, nggak apa nak. Lelaki memang nggak boleh cengeng, tapi bukan berarti nggak bisa keluarkan air mata. Air matamu sembuhkan luka, eranganmu pengurang rasa sakitmu. Air mata bukan hanya milik perempuan, lelaki pun punya. Tapi jangan air mata itu dijadikan senjatamu meraih simpati. Lelaki punya cara sendiri meraih simpati, bangkit dari jatuhmu, agar semua orang paham kau tak mudah dijatuhkan. Agar orang lain mengerti, kau tidak selemah yang mereka kira.

Meskipun terjatuh, apapun caranya, berlari, naik sepeda, memanjat, berkendara, akan banyak pelajaran yang kau dapat. Kau mengerti sebab apa terjatuh, kau bisa melihat apa saja yang bisa membuatmu terjatuh, untuk selanjutnya membuat kau lebih berhati-hati. Kau kan mengerti bahwa sebuah kesalahan, walau kecil, tetap bisa membuat kau tergelincir. Tentunya, kau pun mengerti untuk tetap berjalan seimbang, kau harus terus mengayuh.

Bukan lelaki mereka yang takut terluka. Setiap langkahmu penuh duri dan kerikil, itu pasti nak. Sebab tak satupun jalan perjuangan bertabur bunga, tak satupun jalan kebenaran halus seperti permadani. Kau lelaki, tetap pijakkan kaki meski kan terluka, walau pun kan berdarah. Kau kan belajar untuk menghadapi kerikil, menghindari duri agar langkah selanjutnya tak perlu banyak berdarah-darah.

Luka yang kau dapat saat belajar sepeda kemarin misalnya, itu kan selalu jadi ceritamu, bahwa tak pernah ada orang bisa berjalan seimbang jika tak pernah tahu rasanya oleng ke kanan, oleng ke kiri dan terjatuh sampai menghajar aspal. Kau pun belajar bahwa tidak ada aspal yang selembek kue apem, atau seempuk bantal. Itu artinya kau tahu betul sakitnya terjatuh. Kau mengerti bukan hanya kau yang tak ingin terjatuh, tetapi juga kawanmu, sahabatmu, orang-orang di sekitarmu, mereka yang membersamaimu.

Karena itu, ulurkan tanganmu saat orang lain terjatuh. Ingat, saat kau terjatuh ada orang lain yang rela merangkulmu, mengangkatmu, membangkitkanmu. Ada orang yang sanggup bangkit sendiri, namun ada kalanya seseorang membutuhkan pundakmu untuk bersandar, membutuhkan lenganmu sebagai tambatan untuk bangkit. Kuatkan pundakmu nak, perkokoh lenganmu. Akan banyak kesempatanmu menjadi penolong, membangkitkan orang-orang yang terjatuh.

Jangan pernah jatuhkan orang lain, bahkan mereka yang membencimu, meskipun mereka juga pernah dan berupaya menjatuhkanmu. Bukan Ayahmu yang ajarkan ini, tetapi Nabi teladan kita yang memberi contoh. Orang yang terjatuh, berarti posisinya sedang di atas, atau berdiri. Karena tidak mungkin dia terjatuh saat di bawah. Kau paham artinya nak? Saat di atas kau tidak boleh lupa melihat ke bawah. Saat berdiri, kau tetap harus merendah kepada mereka yang sedang duduk. Mereka yang lupa melihat ke bawah, akan lupa rasa sakitnya terjatuh. Orang yang lupa rasa sakitnya terjatuh, biasanya akan lalai. Mereka yang tak merendah, akan cenderung merendahkan. Tak begitu, bukan begitu ajaran kanjeng Nabi.

Oya, Ayah teringat sebuah poster di warteg pinggir jalan bergambar petinju legendaris Muhammad Ali, di situ tertulis “Tidak penting berapa kali kau terpukul dan terjatuh, tetapi berapa sanggup kau bangkit setelah terjatuh”. Benar sekalli kalimat poster di warteg itu nak, cam kan saja baik-baik, Ayah hanya mengulang kalimat Si Mulut Besar itu.

Satu lagi nak, kita sering nonton bola bersama. Coba kau perhatikan penjaga gawang, ada kalanya ia harus terjatuh atau menjatuhkan diri untuk menyelamatkan gawangnya, menyelamatkan tim nya dari kekalahan, bahkan membawa kemenangan. Kadang, sebagai lelaki, kelak kau harus rela jatuh bangun dan terluka, agar keluargamu tetap bahagia. Ingat, hanya lelaki sejati yang rela melakukan ini.

Ttd
Ayah

@bayugawtama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar