Senin, Desember 30, 2013

Muhasabah Akhir Tahun

Seringkali kita merasa ujub, sombong dengan amal-amal yang kita lakukan. Kebaikan yang sedikit, sering kita bangga-banggakan. Dan seringkali amal yang kecil ini membuat kita merasa menjadi hamba yang paling hebat dibandingkan yang lain.


Ya Alloh, sungguh hamba memohon ampun atas setiap khilaf yang sering kami lakukan. Sebuah tulisan tentang refleksi atas apa yang kita lakukan, mudah-mudahan bermanfaat bagi sahabat semua..

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr: 18)

Satu hal yang harus senantiasa kita sadari adalah bahwa Alloh yang Maha Perkasa selalu menyaksikan segala gerak-gerik, perbuatan dan bahkan lintasan hati dan pikiran kita. Sungguh tak akan pernah ada satu pun yang luput dari pandangan-Nya di mana pun kita saat ini berada. Adakah saat sedang terbaring di kamar, menyelesaikan hajat di kamar mandi, sedang di perjalanan, di kelas, di bioskop; di mana pun.

Boleh saja berbuat semau kita karena toh yang lain tidak tahu. Akan tetapi, jangan lupa; di yaumil akhir kelak semuanya akan dibeberkan. Dibeberkan di depan khalayak; di depan orang tua, bahkan orang-orang yang selama ini kita ceramahi dengan untaian nasihat kebenaran. Kecuali, bagi orang-orang yang beroleh ampunan-Nya karena bertaubat dan merendah diri.

Mudah-mudahan kita semua benar-benar tergolong orang yang dikehendaki Alloh terhapus dan terbebaskan dari segala lumuran dosa dan nista. Sudah terlalu lama, bahkan hampir seluruh hidup ini, kita jalani dengan aneka gemilang kealpaan ketimbang ketaatan pada aturan-Nya. Sekiranya pun saat ini juga ajal menjemput, maka sebenarnya kita ini sudah sangat dekat dengan neraka. Hanya rahmat dan ampunan-Nyalah yang bisa menjauhkan kita daripadanya.

Alloh sudah berjanji, bahwa kendatipun kita sangat banyak berbuat dosa, bahkan sampai meliputi dunia berikut isinya sekalipun, namun sekiranya Dia saksikan di hati kita ada sebesar dzarrah saja keinginan untuk kembali kepada-Nya, niscaya ampunan dan kasih sayang-Nya yang amat mengesankan akan melesat menghampiri, bahkan lebih cepat daripada burung yang menukik.

Dunia ini, masya Alloh, sungguh terlalu singkat ternyata. Bukan di sinilah tempat kita yang sebenarnya. Tempat yang fana ini tak lebih sekadar untuk singgah belaka.

Oleh sebab itu, barangsiapa yang selama singgah sejenak di dunia ini berjuang sekuat-kuatnya untuk senantiasa memelihara ketaatan kepada-Nya, maka bolehlah memetik apa yang pernah Dia janjikat, dan janji Alloh itu mustahil Dia ingkari!

Alloh Azza wa Jalla berjanji bagi hamba-hambanya:

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
(QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Alloh tahu persis akan segala kebutuhan, keinginan, bahkan segala yang terbaik bagi kita. Sedangkan Dia adalah satu-satunya Dzat Penguasa alam semesta. Karenanya, bagaimana mungkin Dia enggan mengurus, memberi, dan mencukupi kita, sedangkan orang kafir yang dihinakan saja dicukupi segala kebutuhannya?

Subhanalloh, kasih sayang Alloh kepada hamba-hambanya memang sangat indah dan mengesankan. Walaupun Dia menyaksikan jelas aneka kemaksiatan yang kita lakukan setiap saat, namun toh Dia tetap mencurahkan segala nikmat yang tiada terputus setiap saat.

Alloh Maha Tahu bahwa mata kita jarang sekali dipakai untuk membaca Al-Qur’an. Bahkan sebaliknya, kita biarkan mata ini liar tak terpelihara dan tak terjaga.  Segala yang maksiat, segala yang haram dilihat, kita tatap serakus-rakusnya. Padahal, sementara itu Malaikat terus mencatat dan Alloh tak pernah sedetikpun luput melihat. Akan tetapi, toh ternyata kedua mata ini tidak dicongkel-Nya, padahal mudah sekali bagi-Nya untuk membutakan mata kita yang kufur nikmat ini.

Alloh Maha Tahu kalau telinga ini begitu banyak diisi oleh sagala hal yang sia-sia. Music-musik yang syairnya sarat maksiat dan melalaikan hati dari mengingat-Nya. Kata-kata aniaya, kotor, dan tiada guna. Ucapan-ucapan penuh gunjingan, fitnah, dan ghibah. Semuanya kita lalap, habis tandas. Sepertinya telinga ini adalah hewan yang kelaparan. Dan dia tahu persis semua ini. Akan tetapi, Subhanalloh, Dia toh tidak menjadikan telinga bebal ini menjadi tuli seketika.

Demikian pun dengan anggota badan kita yang lainnya. Kaki yang seharusnya dilangkahkan ke majelis yang diberkahi Alloh. tangan yang seharusnya digunakan untuk menolong sesama yang teraniaya. Belum lagi akal pikiran yang berisi ilmu dari-Nya, yang seharusnya diamalkan bagi kemaslahatan sesama. Atau, bahkan hati yang seharusnya dirawat kebeningannya agar bisa menjadi jalan ketentraman dan kebahagiaan orang lain.

Alloh senantiasa menanti kita untuk bertaubat dan kembali menjadi hamba-Nya. Bahkan dituntun-Nya kita untuk sudi menyimak kebenar-kebenaran dari-Nya. Bila siang tiba Dia menebar para kekasih-Nya, para penolong agama-Nya untuk menghampiri dan menyeru kita yang tengah terpuruk dalam lorong kemaksiatan dan lumpur hawa nafsu. Seolah mereka berkata penuh kelembutan dan kasih sayang. “Wahai saudara-saudaraku. Kemarilah, inilah jalan Alloh yang akan memberimu ketentraman dan kebahagiaan lahir bathin, dunia akhirat.

Demikian pun bila malam tiba, di sepertiga akhir malam Alloh yang Maha Rahman membukakan pintu langit seluas-luasnya. Para Malaikat rahmat pun turun ke bumi. Alloh pun membuka tangan-Nya lebar-lebar, senantiasa menanti siapapun dengan dosa sebesar apa pun, untuk bertaubat.

Sungguh, kasih sayang Alloh memang sangat mempesona. Walaupun Dia menyaksikan begitu alama kita tidak bersujud kepada-Nya, bahkan kalaupun sholat, tetapi toh tidak pernah khusyuk. Kendati begitu, toh kepala ini tidak Dia patahkan; kening ini tidak Dia remukkan.

Malahan sebaliknya, diberi-Nya kita makanan yang cukup, pakaian yang indah, badan yang sempurna dan segar bugar, yang lalu malah kita gunakan semua ini untuk ujub dan takabur. Dengan segala kelebihan yang dimiliki, lalu kita pamerkan dan pertontonkan kepad ayang bukan hak untuk melihatnya.

Padahal, sekali lagi, apa sulitnya bagi Alloh membalikkan semua keadaan ini. Meremukkan tulang-tulang kita, membuat kulit tubuh kita membusuk karena penyakit, menjadikan tubuh ini lumpuh tiada berdaya, atau bahkan mencabut nyawa kita seketika. Apalah daya kita!

“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Yunus: 107)

Wahai manusia, tidakkah sadar, siapa kita ini sebenarnya?

Alhamdulillah, Ya Robb. Segala puji sungguh teramat pantas bagi-Mu karena kesempurnaan kasih sayang-Mu benar-benar begitu mengesankan. Walaupun Engkau kami khianati setiap saat, namun toh masih Kau curahkan segala nikmat. Bahkan Kau bukakan pintu hati kami. Lalu, Engkau tuntun kami dengan cahaya hidayah dan taufik-Mu agar kami mampu mengenal-Mu. Padahal, apalah artinya kami ini bagi-Mu? Sungguh hanya kepada-Mu kami menghamba dan hanya kepada-Mu pula kami memohon pertolongan. Amiin ya Robbal ’alamiin..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar