Seringkali
kita merasa ujub, sombong dengan amal-amal yang kita lakukan. Kebaikan yang
sedikit, sering kita bangga-banggakan. Dan seringkali amal yang kecil ini
membuat kita merasa menjadi hamba yang paling hebat dibandingkan yang lain.
Ya
Alloh, sungguh hamba memohon ampun atas setiap khilaf yang sering kami lakukan.
Sebuah tulisan tentang refleksi atas apa yang kita lakukan, mudah-mudahan
bermanfaat bagi sahabat semua..
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr: 18)
Satu
hal yang harus senantiasa kita sadari adalah bahwa Alloh yang Maha Perkasa
selalu menyaksikan segala gerak-gerik, perbuatan dan bahkan lintasan hati dan
pikiran kita. Sungguh tak akan pernah ada satu pun yang luput dari
pandangan-Nya di mana pun kita saat ini berada. Adakah saat sedang terbaring di
kamar, menyelesaikan hajat di kamar mandi, sedang di perjalanan, di kelas, di
bioskop; di mana pun.
Boleh
saja berbuat semau kita karena toh yang lain tidak tahu. Akan tetapi, jangan
lupa; di yaumil akhir kelak semuanya akan dibeberkan. Dibeberkan di depan
khalayak; di depan orang tua, bahkan orang-orang yang selama ini kita ceramahi
dengan untaian nasihat kebenaran. Kecuali, bagi orang-orang yang beroleh
ampunan-Nya karena bertaubat dan merendah diri.
Mudah-mudahan
kita semua benar-benar tergolong orang yang dikehendaki Alloh terhapus dan
terbebaskan dari segala lumuran dosa dan nista. Sudah terlalu lama, bahkan hampir
seluruh hidup ini, kita jalani dengan aneka gemilang kealpaan ketimbang
ketaatan pada aturan-Nya. Sekiranya pun saat ini juga ajal menjemput, maka
sebenarnya kita ini sudah sangat dekat dengan neraka. Hanya rahmat dan
ampunan-Nyalah yang bisa menjauhkan kita daripadanya.
Alloh
sudah berjanji, bahwa kendatipun kita sangat banyak berbuat dosa, bahkan sampai
meliputi dunia berikut isinya sekalipun, namun sekiranya Dia saksikan di hati
kita ada sebesar dzarrah saja keinginan untuk kembali kepada-Nya, niscaya
ampunan dan kasih sayang-Nya yang amat mengesankan akan melesat menghampiri,
bahkan lebih cepat daripada burung yang menukik.
Dunia
ini, masya Alloh, sungguh terlalu
singkat ternyata. Bukan di sinilah tempat kita yang sebenarnya. Tempat yang
fana ini tak lebih sekadar untuk singgah belaka.
Oleh
sebab itu, barangsiapa yang selama singgah sejenak di dunia ini berjuang
sekuat-kuatnya untuk senantiasa memelihara ketaatan kepada-Nya, maka bolehlah
memetik apa yang pernah Dia janjikat, dan janji Alloh itu mustahil Dia ingkari!
Alloh
Azza wa Jalla berjanji bagi
hamba-hambanya:
“Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
(QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Alloh
tahu persis akan segala kebutuhan, keinginan, bahkan segala yang terbaik bagi
kita. Sedangkan Dia adalah satu-satunya Dzat Penguasa alam semesta. Karenanya,
bagaimana mungkin Dia enggan mengurus, memberi, dan mencukupi kita, sedangkan
orang kafir yang dihinakan saja dicukupi segala kebutuhannya?
Subhanalloh, kasih
sayang Alloh kepada hamba-hambanya memang sangat indah dan mengesankan. Walaupun
Dia menyaksikan jelas aneka kemaksiatan yang kita lakukan setiap saat, namun
toh Dia tetap mencurahkan segala nikmat yang tiada terputus setiap saat.
Alloh
Maha Tahu bahwa mata kita jarang sekali dipakai untuk membaca Al-Qur’an. Bahkan
sebaliknya, kita biarkan mata ini liar tak terpelihara dan tak terjaga. Segala yang maksiat, segala yang haram
dilihat, kita tatap serakus-rakusnya. Padahal, sementara itu Malaikat terus
mencatat dan Alloh tak pernah sedetikpun luput melihat. Akan tetapi, toh
ternyata kedua mata ini tidak dicongkel-Nya, padahal mudah sekali bagi-Nya
untuk membutakan mata kita yang kufur nikmat ini.
Alloh
Maha Tahu kalau telinga ini begitu banyak diisi oleh sagala hal yang sia-sia. Music-musik
yang syairnya sarat maksiat dan melalaikan hati dari mengingat-Nya. Kata-kata
aniaya, kotor, dan tiada guna. Ucapan-ucapan penuh gunjingan, fitnah, dan
ghibah. Semuanya kita lalap, habis tandas. Sepertinya telinga ini adalah hewan
yang kelaparan. Dan dia tahu persis semua ini. Akan tetapi, Subhanalloh, Dia toh tidak menjadikan
telinga bebal ini menjadi tuli seketika.
Demikian
pun dengan anggota badan kita yang lainnya. Kaki yang seharusnya dilangkahkan
ke majelis yang diberkahi Alloh. tangan yang seharusnya digunakan untuk
menolong sesama yang teraniaya. Belum lagi akal pikiran yang berisi ilmu
dari-Nya, yang seharusnya diamalkan bagi kemaslahatan sesama. Atau, bahkan hati
yang seharusnya dirawat kebeningannya agar bisa menjadi jalan ketentraman dan
kebahagiaan orang lain.
Alloh
senantiasa menanti kita untuk bertaubat dan kembali menjadi hamba-Nya. Bahkan dituntun-Nya
kita untuk sudi menyimak kebenar-kebenaran dari-Nya. Bila siang tiba Dia
menebar para kekasih-Nya, para penolong agama-Nya untuk menghampiri dan menyeru
kita yang tengah terpuruk dalam lorong kemaksiatan dan lumpur hawa nafsu. Seolah
mereka berkata penuh kelembutan dan kasih sayang. “Wahai saudara-saudaraku. Kemarilah, inilah jalan Alloh yang akan
memberimu ketentraman dan kebahagiaan lahir bathin, dunia akhirat.”
Demikian
pun bila malam tiba, di sepertiga akhir malam Alloh yang Maha Rahman membukakan
pintu langit seluas-luasnya. Para Malaikat rahmat pun turun ke bumi. Alloh pun
membuka tangan-Nya lebar-lebar, senantiasa menanti siapapun dengan dosa sebesar
apa pun, untuk bertaubat.
Sungguh,
kasih sayang Alloh memang sangat mempesona. Walaupun Dia menyaksikan begitu
alama kita tidak bersujud kepada-Nya, bahkan kalaupun sholat, tetapi toh tidak
pernah khusyuk. Kendati begitu, toh kepala ini tidak Dia patahkan; kening ini
tidak Dia remukkan.
Malahan
sebaliknya, diberi-Nya kita makanan yang cukup, pakaian yang indah, badan yang
sempurna dan segar bugar, yang lalu malah kita gunakan semua ini untuk ujub dan
takabur. Dengan segala kelebihan yang dimiliki, lalu kita pamerkan dan
pertontonkan kepad ayang bukan hak untuk melihatnya.
Padahal,
sekali lagi, apa sulitnya bagi Alloh membalikkan semua keadaan ini. Meremukkan tulang-tulang
kita, membuat kulit tubuh kita membusuk karena penyakit, menjadikan tubuh ini
lumpuh tiada berdaya, atau bahkan mencabut nyawa kita seketika. Apalah daya
kita!
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka
tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki
kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan
kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Yunus: 107)
Wahai
manusia, tidakkah sadar, siapa kita ini sebenarnya?
Alhamdulillah, Ya Robb. Segala puji
sungguh teramat pantas bagi-Mu karena kesempurnaan kasih sayang-Mu benar-benar
begitu mengesankan. Walaupun Engkau kami khianati setiap saat, namun toh masih
Kau curahkan segala nikmat. Bahkan Kau bukakan pintu hati kami. Lalu, Engkau
tuntun kami dengan cahaya hidayah dan taufik-Mu agar kami mampu mengenal-Mu. Padahal,
apalah artinya kami ini bagi-Mu? Sungguh hanya kepada-Mu kami menghamba dan
hanya kepada-Mu pula kami memohon pertolongan. Amiin ya Robbal ’alamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar