Rabu, Desember 25, 2013

Taujih Ust. Bachtiar Nasir



Segala Puji hanya bagi Alloh, Dzat yang karunia-Nya sungguh Maha Hebat dan teramat mengesankan. Tiada satu makhluk pun yang hidup di jagat raya ini yang terlalaikan dari curahan karunia-Nya.
Sungguh, hanya kepada-Nya kita menyembah, dan hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan.


Sahabat, sungguh beruntung orang-orang yang terus memperbaiki diri, waktunya ia gunakan untuk hal yang manfaat, menuntut ilmu, memperbaiki amal, dan hari-harinya ia hiasi dengan akhlak yang mulia. Semoga kita menjadi orang-orang yang beruntung tersebut.

Melalui tulisan ini, izinkan hamba yang fakir ilmu ini, membagi sedikit ilmu yang didapatkan melalui seorang Ulama yang sungguh luas ilmu pengetahuannya, dan juga memiki pengalaman dakwah yang luar biasa, Ustadz Bachtiar Nasir (selanjutnya akan ditulis Ustadz BN). Beliau merupakan alumnus universitas dari Madinah, dan sekarang aktif mengajar ngaji di lembaga yang ia dirikan yaitu Arrahman Qur’anic Learning (AQL) yang bertempat di Jalan Tebet Utara, Jakarta Selatan. Kali ini aku ingin membagikan catatan tausiah yang beliau sampaikan pada acara Milad Quran Generation (Q-Gen) yang ketiga, tepatnya hari Rabu tanggal 25 Desember 2013.

Ustadz BN pertama kali menyampaikan kisah tentang pemenang tahfidzul Qur’an yang diadakan di Dubai. Pemenangnya merupakan seorang anak yang berasal dari wilayah Asia Tengah, tepatnya Uni Soviet yang dikuasai oleh Komunis. Kita mungkin bertanya, bagaimana bisa menghafalkan al-Qur’an disana?

Jika ditemukan al-Qur’an di salah satu rumah disana (Uni Soviet), maka bersiaplah seluruh penghuni rumah tersebut akan dihabiskan nyawanya. Namun dengan kekuatan Alloh dan keteguhan iman yang bisa mengubah keterbatasan menjadi kekuatan. Anak ini bersama ayahnya mempunyai kebiasaan setiap pagi sebelum berangkat sekolah, ia selalu menaiki kuda. Sebelum sampai di sekolah, ia memasuki gua yang sangat gelap, disanalah terdapat potongan-potongan kayu yang isinya ayat-ayat suci al-Qur’an. Disana ia dibimbing oleh seorang musyrif untuk menghafal Qur’an. Dalam waktu yang singkat, ia harus menghafalkan dan juga menyetorkan hafalan yang sebelum-sebelumnya. Karena setelah keluar dari gua tersebut, tidak boleh lagi ada aktivitas untuk menghafal Qur’an. Selain itu, anak tersebut juga ditalqin oleh ayahnya, dan yang paling penting adalah dijaga seluruh aktivitasnya untuk menghindari perbuatan maksiat. Dengan izin Alloh, anak tersebut bisa menghafal Al-Qur’an dan menjadi juara di kompetisi tahfidz Qur’an di Dubai. Allohuakbar!!

Sekarang bagaimana dengan kondisi kita? Anak tersebut, di tengah kesulitan bisa menghafal al-Qur’an, bayangkan dengan kita. Masya Alloh. Hanya orang-orang yang konsisten dengan akhlak agamanya yang bisa melakukannya.

“Anak-anakku, ketika kita berjalan dengan al-Qur’an, mau terus berusaha dekat dengan al-Qur’an, baik membacanya, mentadaburinya, menghafalkannya, maka para malaikat akan memback up di belakangnya.”

Saat ini kondisi pemuda umat islam miris. Ustadz BN memiliki tim riset penelitian ilmiah yang mengadakan survey dalam seminggu untuk mengetahui apa yang sering anak muda bicarakan saat ‘nongkrong’ di depan sevel. Ternyata salah satu aktivitasnya adalah menghina orangtua. Mereka mempunyai komunitas bangs. Menjelek-jelekan orangtuanya dengan mengupdate status di twitter, kira-kira seperti ini: “Siapa elo berani nyuruh-nyuruh gua. Dasar #bangs” intinya adalah ejekan-ejekan ini ditujukan untuk orangtuanya, dan mirisnya memiliki followenya hingga 9000orang, masya Alloh.

Kalau kita bandingkan dengan anak-anak di Gaza, sungguh jauuh. Di Gaza dalam dua bulan memiliki anak-anak hafidz Qur’an sekitar 1000orang. Mereka memiliki program liburan untuk menghafal al-Qur’an. Inilah sumber kekuatannya! Hingga zionis Israel yahudi gentar menghadapi anak-anak Gaza. Ternyata kekuatan ruh al-Qur’an yang dimiliki oleh anak-anak Gaza. Subhanalloh!!

“Islam saat ini membutuhkan pemuda-pemuda pemberani yang memiliki ruhiah yang kuat dan juga pemahaman ilmu yang luas.”

“Anak-anakku, adek-adekku..” Ustadz BN menyapa dengan hangat. “..untuk menjadi orang yang besar kita harus mengetahui kunci-kuncinya. Ada empat kuncinya, yaitu: Iman, Ilmu, Sabar, dan Akhlakul Karimah.”

Kita belajar banyak dari kisah Ashabul Kahfi. Bagaimana sekolompok pemuda yang memiliki kejujuran iman melakukan suatu perubahan! Pemuda-pemuda yang mempunyai ideologi dan kuat azzamnya.

Nama sekelompok pemuda ini, diabadikan dalam Al-Qur’an Surah ke 18. Kita bisa simak kisahnya di Surat Al-Kahfi ayat ke 10-15.
10. (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)."
11. Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu,
12. Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).
13. Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.
14. Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran."
15. Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?

Ustadz BN juga menyampaikan motivasi dalam sebuah ayat Al-Qur’an Surat Ar-Ra’du ayat ke-31: “Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran itulah dia)

“Banggalah menjadi generasi Al-Qur’an!” nasihatnya kepada para jama’ah. “Orang-orang Israel, Zionis Yahudi dengan seluruh peralatan canggihnya mereka takut oleh orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Alloh!”

Pangeran Diponegoro misalnya. Ialah sosok syuhada yang telah berjuang demi kemerdekaan bangsa ini. Beliaulah contoh seorang ulama yang dekat dengan al-Qur’an.

Di akhir pesan beliau (Ustadz BN), yang disampaikan saat jama’ah telah selesai sholat dzuhur berjamaah, “Anak-anakku, adek-adekku, teruslah menuntut ilmu. Tidak hanya sampai disini. Kuasailah teknologi, yang dengan itu bisa memajukan Islam. Jadilah generasi al-Qur’an yang terus mengasah ilmu pengetahuan dan berusaha bersungguh-sungguh di jalan Alloh.

Mudah-mudahan tulisan ini manfaat.
Wallohu’alam bisshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar