Kamis, Oktober 13, 2016

Mengeja Nama

Pernahkah tiba-tiba kita menemukan nama yang rasanya seperti tidak ingin luput disertakan dalam bait-bait doa? Kita endapkan segala ingatan tentangnya. Kita eja pelan-pelan susunan namanya, sambil menyertakan kalimat,

“Bukalah mata hatinya. Tunjukilah ia pada jalan cahaya. Entah firasat atau apa, dia adalah orang yang baik, tulus, dan berjasa.”

Di lain waktu, ia sertakan pula nama yang lain dengan kalimat yang sedikit berbeda,

“Bukalah mata hatinya. Tuntun ia kembali pada jalan cahaya. Entah firasat atau apa, dia adalah orang yang sedang kebingungan saja.”

Kemudian di lain kesempatan, ia selipkan lagi sebuah nama yang berbeda dari sebelumnya. Permohonannya pun tak sama.

“Bukalah mata hatinya. Taburkan benih kesabaran dalam tiap pijaknya. Entah firasat atau apa, dia adalah orang yang siap berjuang bersama.”

Kemudian di akhir permohonan, ada satu nama yang sengaja diselipkannya pada baris terakhir. Dengan kalimat yang sedikit lebih panjang, ia memohon.

“Bukalah mata hatinya untuk mengenali sejatinya kebenaran. Jangan lepaskan ia barang sekejap mata. Himpun ia bersama para shalihin, entah pantas atau tidak. Sebab disadari betul amal shalihnya tak seberapa. Jika nama-nama yang telah diejanya berulang kali lebih dulu masuk Surga, sedangkan namanya sendiri justru tertinggal. Tolong, ingatkan satu saja dari sekian nama itu untuk kembali mengingatnya, agar Engkau berkenan menghimpunnya kembali bersama mereka.”

Tahukah bahwa nama terakhir adalah namanya sendiri? Si pengeja nama, yang entah namanya sendiri pernahkah dieja oleh nama-nama yang lebih dulu diendapkannya.

………………………………………………………………………….

Jadi, nama siapakah yang sering kau eja?

@laninalathifa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar