Minggu, Agustus 25, 2013

Panjat Pinang



Hari kemerdekaan identik dengan adanya berbagai perlombaan. Ada lomba makan krupuk, lomba balap karung, dan lain sebagainya. Tapi ada lomba favorit yang paling seru, lomba apa itu? Panjat pinang.


Lomba ini bukan sekedar lomba memanjat pohon biasa. Lomba ini dilakukan satu tim secara bersama-sama memanjat pohon pinang yang sudah dibersihkan dan dilumuri oli untuk memperebutkan serangkaian hadiah yang tergantung diatasnya.

Dalam buku “Setengah Isi Setengah Kosong” yang ditulis Pak Parlindungan Marpaung, permainan ini mengajarkan kepada kita untuk kerja sama dalam sebuah tim untuk mencapai suatu tujuan. Banyak hal yang bisa dipetik dari lomba panjat pinang ini. Panjat pinang dapat diibaratkan sebagai upaya manusia untuk menggapai cita-cita dan tujuannya. Usaha pencapaian cita-cita tersebut tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi harus melibatkan orang lain dalam relasi yang harmonis.

Alloh Swt berfirman, “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaff: 4)

Ada pembagian tugas yang jelas, ada yang sebagai penahan beban di bawah, ada yang tugasnya menghilangkan dampak oli yang licin, dan ada yang siap di atas untuk meraih hadiah-hadiah yang tergantung.

Dalam dakwah pun seperti itu, perlu ada pembagian tugas yang jelas. Ada yang mengurus di bidang kaderisasi, ada yang fundrising, ada yang mengurus administrasi. Semua ada pembagian tugasnya. Sudah seharusnya kita patuh dan taat kepada hasil syuro (rapat). Tidak egois atau ingin menang sendiri. terkadang kita ditempatkan di posisi bawah, namun bisa jadi itulah yang terbaik dalam hidup kita. Ibaratkan seperti ini, dalam suatu acara kita di posisikan menjadi penunggu kendaraan. Ini adalah posisi yang penting, walopun kita sering menganggapnya jelek. Jika tidak ada yang menjadi penunggu kendaraan, bisa jadi kendaraan-kendaraan yang diparkir bisa saja hilang, dan merusak suatu acara.

Dalam kehidupan pun sama, ada kalanya seseorang berada dalam puncak karir dan kekayaan, namun ada kalanya berada pada titik terendah dalam hidup. Namun yang paling penting adalah selalu bersyukur atas karunia yang Alloh berikan, dan terus memompa diri agar semakin baik.

Ketika kita diberikan nikmat yang berlebih, seharusnya kita bersikap tawadhu (rendah hati) dan selalu berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan. Namun jika kita berada di bawah, palingkan hati dan pikiran kita untuk melihat orang yang kondisinya lebih rendah dari kita, karena bisa jadi masih banyak orang yang nasibnya kurang beruntung dari diri kita.

Selalu bersyukur, selalu memohon pertolongan kepada Alloh, bersungguh-sungguh dalam melakukan ikhtiar, mudah-mudahan Alloh selalu menuntun kita di setiap langkah. Aamiin Ya Robbal ‘alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar