Hari kemerdekaan
identik dengan adanya berbagai perlombaan. Ada lomba makan krupuk, lomba balap
karung, dan lain sebagainya. Tapi ada lomba favorit yang paling seru, lomba apa
itu? Panjat pinang.
Lomba ini
bukan sekedar lomba memanjat pohon biasa. Lomba ini dilakukan satu tim secara
bersama-sama memanjat pohon pinang yang sudah dibersihkan dan dilumuri oli
untuk memperebutkan serangkaian hadiah yang tergantung diatasnya.
Dalam buku “Setengah
Isi Setengah Kosong” yang ditulis Pak Parlindungan Marpaung, permainan ini
mengajarkan kepada kita untuk kerja sama dalam sebuah tim untuk mencapai suatu
tujuan. Banyak hal yang bisa dipetik dari lomba panjat pinang ini. Panjat pinang
dapat diibaratkan sebagai upaya manusia untuk menggapai cita-cita dan
tujuannya. Usaha pencapaian cita-cita tersebut tidak bisa dilakukan sendiri,
tetapi harus melibatkan orang lain dalam relasi yang harmonis.
Alloh Swt
berfirman, “Sesungguhnya
Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS.
Ash-Shaff: 4)
Ada pembagian
tugas yang jelas, ada yang sebagai penahan beban di bawah, ada yang tugasnya
menghilangkan dampak oli yang licin, dan ada yang siap di atas untuk meraih
hadiah-hadiah yang tergantung.
Dalam dakwah
pun seperti itu, perlu ada pembagian tugas yang jelas. Ada yang mengurus di
bidang kaderisasi, ada yang fundrising, ada yang mengurus administrasi. Semua ada
pembagian tugasnya. Sudah seharusnya kita patuh dan taat kepada hasil syuro (rapat).
Tidak egois atau ingin menang sendiri. terkadang kita ditempatkan di posisi
bawah, namun bisa jadi itulah yang terbaik dalam hidup kita. Ibaratkan seperti
ini, dalam suatu acara kita di posisikan menjadi penunggu kendaraan. Ini adalah
posisi yang penting, walopun kita sering menganggapnya jelek. Jika tidak ada
yang menjadi penunggu kendaraan, bisa jadi kendaraan-kendaraan yang diparkir
bisa saja hilang, dan merusak suatu acara.
Dalam kehidupan
pun sama, ada kalanya seseorang berada dalam puncak karir dan kekayaan, namun
ada kalanya berada pada titik terendah dalam hidup. Namun yang paling penting adalah
selalu bersyukur atas karunia yang Alloh berikan, dan terus memompa diri agar
semakin baik.
Ketika kita
diberikan nikmat yang berlebih, seharusnya kita bersikap tawadhu (rendah hati)
dan selalu berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan. Namun jika kita berada
di bawah, palingkan hati dan pikiran kita untuk melihat orang yang kondisinya
lebih rendah dari kita, karena bisa jadi masih banyak orang yang nasibnya
kurang beruntung dari diri kita.
Selalu bersyukur,
selalu memohon pertolongan kepada Alloh, bersungguh-sungguh dalam melakukan
ikhtiar, mudah-mudahan Alloh selalu menuntun kita di setiap langkah. Aamiin Ya
Robbal ‘alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar