Kita sering
membaca al-Quran, kita sering tadarus al-Quran, seminimal-minimalnya adalah di
waktu sholat kita membaca surat al-fatihah dan surat-surat juz amma.
Namun kenapa
hati kita sering bangeet ga tersentuh?
Saya tidak
berusaha untuk menjawab pertanyaan diatas. Tapi berusaha untuk sharing berbagi
kisah dengan salah satu teman yang aku temui.
Namanya Ka
Hamid. Beliau orangnya sangat santun. Berawal dari pertemuan yang tidak sengaja
di sebuah lembaga bimbel. “Antum nyari siapa akh?” tiba-tiba beliau menggunakan
kata-kata ‘antum’ yang sering bangeet dipake aktivis dakwah.
“Saya nyari
ini ka..” nyari seseorang pokoknya (rahasia, hhe). “Oh beliau lagi makan, mohon
tunggu sebentar ya..”
Ka Hamid: “Masih
sekolah atau udah kerja?”
Aku: “Masih
kuliah ka. Di statistik dekat dari sini.”
Ka Hamid: “Oh
banyak teman saya juga kuliah disana..”
Aku: “Kaka
kerja dimana?”
Ka Hamid: “Kaka
jadi guru di SMA 8 Jkt”
Aku: “Wah
hebat ka, ngajar apa ka?”
Ka Hamid: “Ngajar
yang gampang-gampang aja ga usah mikir..”
Aku: “Ngajar
apa ka?” (berusaha penasaran dengan mata saling memandang n_n)
Ka Hamid: “Ngajar
Fisika”
Aku: “Hebat
itu mah ka..” Jleb bangeet. Ini pelajaran katanya ga make mikir.
Ka Hamid: “Ah
biasa ko..” berusaha merendah
Akhirnya kami
akrab ngobrol, sampe akhirnya bingung mau ngobrolin apa lagi. Kayaknya bahasannya
udah habis. Daripada bengong, coba berusaha dipake waktunya buat muroja’ah
hafalan. Eh, malah diajak ngobrol lagi.
Ka Hamid: “Kamu
hafal surat al-fajr ga?”
Aku: “Alhamdulillah
hafal ka.”
Ka Hamid: “Aku
paling suka al-fajr.”
Aku: “Kenapa
ka?”
Ka Hamid: “Isinya
baguus banget.”
Aku: “Kaka
suka banget dengan ayat-ayat terakhirnya ya? Yang isinya Ya ayyatuhannafsul muthmainnah..”
Ka Hamid: “Iya,
yang bagian itu bagus juga. Tapi ayat-ayat sebelumnya juga ga kalah bagusnya. Di
ayat pertengahan ayat ke 15-16, ‘Maka
adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya
kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.” Namun apabila Tuhan
mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah
menghinaku.”’ Gini nih kita manusia. Suka banget ngeluh. Gilirian dikasih
nikmat, kita seneng-seneng. Pas dikasih cobaan, kita malah ngeluh. Terus diayat
selanjutnya kita juga diajarin tentang Ibadah Sosial. Jadi ibadah itu bukan
hanya sholat, bukan hanya di masjid, tapi juga memberi manfaat bagi yang lain,
ayat ke 17-20, “Sekali-kali tidak! Bahkan
kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan
orang miskin, sedangkan kamu memakan harta dengan warisan dengan cara
mencampuradukkan (yang halal dan yang haram), dan kamu mencintai harta dengan
kecintaan yang berlebihan.”
Aku: “Iya ya
ka, kita sering nganggep ibadah itu sekedar sholat aja, padahal ibadah itu
kaitannya luas. Memberi manfaat, memberi makan anak yatim, kita juga perlu
ibadah sosial.”
Perbincangan-perbincangan
yang mengaitkan tentang al-Quran memang sangat mengasyikkan. Sungguh beruntung
dipertemukan orang sholih seperti beliau. Mantan aktivis dakwah di UI yang
selain berkarir menjadi pengajar di SMAN 8 Jakarta, beliau juga punya usaha
Jamur di Purwekorto. Subhanalloh.
Terimakasih Ya
Alloh, Engkau pertemukan kami dengan orang-orang yang bisa mendekatkan
kepada-Mu.
“Allohummaftahlana
hikmataka wansur ‘alaina rohmataka ya zaljalali wal ikrom.” Kami mohon
kepada-Mu Ya Alloh agar diberikan hikmah di setiap kejadian kami. Aamiin Ya
Robbal ‘alamin.
Insya Alloh
tulisan ini berlanjut, dengan serial Tersentuh dengan Al-Quran Series. Isinya tentang
kisah-kisah dan pengalaman penuh hikmah yang terkait dengan al-Quran. Mudah-mudahan
manfaat.
#1juz1day
#indahnyahidupdenganalquran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar