Minggu, Agustus 18, 2013

Tersentuh dengan Al-Quran (1)

Kita sering membaca al-Quran, kita sering tadarus al-Quran, seminimal-minimalnya adalah di waktu sholat kita membaca surat al-fatihah dan surat-surat juz amma.


Namun kenapa hati kita sering bangeet ga tersentuh?

Saya tidak berusaha untuk menjawab pertanyaan diatas. Tapi berusaha untuk sharing berbagi kisah dengan salah satu teman yang aku temui.

Namanya Ka Hamid. Beliau orangnya sangat santun. Berawal dari pertemuan yang tidak sengaja di sebuah lembaga bimbel. “Antum nyari siapa akh?” tiba-tiba beliau menggunakan kata-kata ‘antum’ yang sering bangeet dipake aktivis dakwah.

“Saya nyari ini ka..” nyari seseorang pokoknya (rahasia, hhe). “Oh beliau lagi makan, mohon tunggu sebentar ya..”

Ka Hamid: “Masih sekolah atau udah kerja?”
Aku: “Masih kuliah ka. Di statistik dekat dari sini.”
Ka Hamid: “Oh banyak teman saya juga kuliah disana..”
Aku: “Kaka kerja dimana?”
Ka Hamid: “Kaka jadi guru di SMA 8 Jkt”
Aku: “Wah hebat ka, ngajar apa ka?”
Ka Hamid: “Ngajar yang gampang-gampang aja ga usah mikir..”
Aku: “Ngajar apa ka?” (berusaha penasaran dengan mata saling memandang n_n)
Ka Hamid: “Ngajar Fisika”
Aku: “Hebat itu mah ka..” Jleb bangeet. Ini pelajaran katanya ga make mikir.
Ka Hamid: “Ah biasa ko..” berusaha merendah

Akhirnya kami akrab ngobrol, sampe akhirnya bingung mau ngobrolin apa lagi. Kayaknya bahasannya udah habis. Daripada bengong, coba berusaha dipake waktunya buat muroja’ah hafalan. Eh, malah diajak ngobrol lagi.

Ka Hamid: “Kamu hafal surat al-fajr ga?”
Aku: “Alhamdulillah hafal ka.”
Ka Hamid: “Aku paling suka al-fajr.”
Aku: “Kenapa ka?”
Ka Hamid: “Isinya baguus banget.”
Aku: “Kaka suka banget dengan ayat-ayat terakhirnya ya? Yang isinya Ya ayyatuhannafsul muthmainnah..
Ka Hamid: “Iya, yang bagian itu bagus juga. Tapi ayat-ayat sebelumnya juga ga kalah bagusnya. Di ayat pertengahan ayat ke 15-16, ‘Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.” Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah menghinaku.”’ Gini nih kita manusia. Suka banget ngeluh. Gilirian dikasih nikmat, kita seneng-seneng. Pas dikasih cobaan, kita malah ngeluh. Terus diayat selanjutnya kita juga diajarin tentang Ibadah Sosial. Jadi ibadah itu bukan hanya sholat, bukan hanya di masjid, tapi juga memberi manfaat bagi yang lain, ayat ke 17-20, “Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, sedangkan kamu memakan harta dengan warisan dengan cara mencampuradukkan (yang halal dan yang haram), dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.
Aku: “Iya ya ka, kita sering nganggep ibadah itu sekedar sholat aja, padahal ibadah itu kaitannya luas. Memberi manfaat, memberi makan anak yatim, kita juga perlu ibadah sosial.”

Perbincangan-perbincangan yang mengaitkan tentang al-Quran memang sangat mengasyikkan. Sungguh beruntung dipertemukan orang sholih seperti beliau. Mantan aktivis dakwah di UI yang selain berkarir menjadi pengajar di SMAN 8 Jakarta, beliau juga punya usaha Jamur di Purwekorto. Subhanalloh.

Terimakasih Ya Alloh, Engkau pertemukan kami dengan orang-orang yang bisa mendekatkan kepada-Mu.

“Allohummaftahlana hikmataka wansur ‘alaina rohmataka ya zaljalali wal ikrom.” Kami mohon kepada-Mu Ya Alloh agar diberikan hikmah di setiap kejadian kami. Aamiin Ya Robbal ‘alamin.

Insya Alloh tulisan ini berlanjut, dengan serial Tersentuh dengan Al-Quran Series. Isinya tentang kisah-kisah dan pengalaman penuh hikmah yang terkait dengan al-Quran. Mudah-mudahan manfaat.

#1juz1day
#indahnyahidupdenganalquran


Tidak ada komentar:

Posting Komentar