Agama
mengatakan, bahwa setiap kita adalah pemimpin. Tetapi tentu kadar kepemimpinan
kita berbeda satu sama lain, sesuai dengan posisi, peran dan kontribusi yang
kita ambil. Persoalannya adalah, adakah sisi ini sudah kita fungsikan dalam
kehidupan kita? Pertanyaan ini layak kita ajukan kepada diri kita masing-masing,
karena kepemimpinan yang tidak difungsikan akan menjadi beban berat dalam hidup
kita, di dunia terlebih di akhirat. Sebaliknya, fungsi yang maksimal akan memberi
naungan yang menyelamatkan. Karena itu, merefleksi diri atas fungsi jabatan,
kekuasaan, tanggung jawab, dan tugas yang ada di pundak kita, adalah hal yang
sangat penting kita lakukan disini.
Bahwa pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang menyadari dirinya seluruhnya adalah telinga;
yang mendengarkan semua keluh kesah, harapan, kritik bahkan sumpah serapah,
atau mungkin juga terima kasih, pujian, dan sanjungan. Lalu dengan hati ia
mencerna semua yang ia dengar, kemudian dengan lisannya ia menyampaikan semua
persoalan jujur dan benar. Dia tidak banyak menebar janji, melainkan pikirannya
terus bekerja mencari solusi untuk menuntaskan masalah-masalah yang membuat
orang berkeluh kesah dan merasakan kesulitan.
Pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang menyadari dirinya seluruhnya adalah kaki dan
tangan. Ketika mengetahui ada rakyat yang menderita kesulitan makanan, atau
mendegar mulut-mulut yang memberi makian dan kritik, dia menggerakkan kai dan
tangannya untuk mendatangi dan membantu mereka. Kakinya lebih gesit dari semua
kaki, lantaran ia berada di depan memberi petunjuk. Kakinya bisa lebih lamban,
bukan karena malas, tetapi karena ia sibuk memberikan motivasi. Dan pada saat
tertentu ia berada di tengah-tengah masyarakatnya untuk menunjukkan bahwa dia
berada bersama mereka. Seperti Umar bin Khatab ra yang kerap melangkah di
kegelapan malam untuk menghampiri rumah-rumah rakyatnya yang jelata dan
mengintip keadaan mereka.
Pemimpin sesungguhnya
tidak punya apa-apa, selain hanya punya hati dan kepala. Hati yang merasa dan
kepala yang bijaksana. Tubuhnya dan seluruh yang melingkupi hati dan kepalanya
adalah susunan kemauan-kemauan, keinginan-keinginan, kehendak-kehendak, dan
mimpi-mimpi dari orang-orang yang ada di bawahnya.
Marilah kita
selalu giat untuk memperbaiki diri, memperbanyak ilmu dan amal, bekerja dengan
penuh keikhlasan, dan bersyukur atas kesempatan terbaik yang diberikan oleh
Alloh Swt :D
Ya Alloh berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi
yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami,
ummati ummati, ummatku ummatku.
Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan
semua kekayaan demi perjuangan.
Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera.
Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan (Ust. Rahmat Abdullah)
yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami,
ummati ummati, ummatku ummatku.
Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan
semua kekayaan demi perjuangan.
Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera.
Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan (Ust. Rahmat Abdullah)
Terinspirasi
dari Majalah Tarbawi Edisi Bulan Februari 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar