Kamis, April 18, 2013

“Sebaik-baik pemimpin..”



Agama mengatakan, bahwa setiap kita adalah pemimpin. Tetapi tentu kadar kepemimpinan kita berbeda satu sama lain, sesuai dengan posisi, peran dan kontribusi yang kita ambil. Persoalannya adalah, adakah sisi ini sudah kita fungsikan dalam kehidupan kita? Pertanyaan ini layak kita ajukan kepada diri kita masing-masing, karena kepemimpinan yang tidak difungsikan akan menjadi beban berat dalam hidup kita, di dunia terlebih di akhirat. Sebaliknya, fungsi yang maksimal akan memberi naungan yang menyelamatkan. Karena itu, merefleksi diri atas fungsi jabatan, kekuasaan, tanggung jawab, dan tugas yang ada di pundak kita, adalah hal yang sangat penting kita lakukan disini.


Bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menyadari dirinya seluruhnya adalah telinga; yang mendengarkan semua keluh kesah, harapan, kritik bahkan sumpah serapah, atau mungkin juga terima kasih, pujian, dan sanjungan. Lalu dengan hati ia mencerna semua yang ia dengar, kemudian dengan lisannya ia menyampaikan semua persoalan jujur dan benar. Dia tidak banyak menebar janji, melainkan pikirannya terus bekerja mencari solusi untuk menuntaskan masalah-masalah yang membuat orang berkeluh kesah dan merasakan kesulitan.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menyadari dirinya seluruhnya adalah kaki dan tangan. Ketika mengetahui ada rakyat yang menderita kesulitan makanan, atau mendegar mulut-mulut yang memberi makian dan kritik, dia menggerakkan kai dan tangannya untuk mendatangi dan membantu mereka. Kakinya lebih gesit dari semua kaki, lantaran ia berada di depan memberi petunjuk. Kakinya bisa lebih lamban, bukan karena malas, tetapi karena ia sibuk memberikan motivasi. Dan pada saat tertentu ia berada di tengah-tengah masyarakatnya untuk menunjukkan bahwa dia berada bersama mereka. Seperti Umar bin Khatab ra yang kerap melangkah di kegelapan malam untuk menghampiri rumah-rumah rakyatnya yang jelata dan mengintip keadaan mereka.

Pemimpin sesungguhnya tidak punya apa-apa, selain hanya punya hati dan kepala. Hati yang merasa dan kepala yang bijaksana. Tubuhnya dan seluruh yang melingkupi hati dan kepalanya adalah susunan kemauan-kemauan, keinginan-keinginan, kehendak-kehendak, dan mimpi-mimpi dari orang-orang yang ada di bawahnya.

Marilah kita selalu giat untuk memperbaiki diri, memperbanyak ilmu dan amal, bekerja dengan penuh keikhlasan, dan bersyukur atas kesempatan terbaik yang diberikan oleh Alloh Swt :D

Ya Alloh berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi
yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami,
ummati ummati, ummatku ummatku.
Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan
semua kekayaan demi perjuangan.
Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera.
Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan (Ust. Rahmat Abdullah)

Terinspirasi dari Majalah Tarbawi Edisi Bulan Februari 2012.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar