Selasa, April 09, 2013

Beginilah Jalan Dakwah Mengajarkan Kami



Setelah weekend pekan lalu dapet materi tentang ini, ingin sekali membagikan kepada sahabat-sahabat semua. Sebuah buku yang sarat hikmah. Mengajarkan keikhlasan kita dalam berjuang di jalan yang kita cintai; Jalan Dakwah. Mudah2an manfaat :D


Bagian 1: Dari Sini Kami Memulai
Jalan Dakwah mengajarkan bahwa kami memang membutuhkan Dakwah. Kebersamaan dengan saudara-saudara di jalan ini semakin menegaskan bahwa kami harus hidup bersama mereka di jalan ini agar berhasil dalam hidup dunia dan akhirat kami.

Sebuah pesan Rosululloh Saw yang begitu agung, “Barangsiapa mengajak kepada petunjuk Alloh, maka ia akan mendapat pahala yang sama seperti jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun oleh pahala mereka.” (HR. Muslim)

“Sesungguhnya Alloh, para Malaikat semua yang ada di dalam lubangnya, bahkan ikan yang ada di lautan akan berdoa untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.
Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (QS. Al-A’raf: 164-165)

Teman-Teman Pilihan
Di jalan ini, kami secara otomatis tergabung dalam kebersamaan setelah berbagai tahapan seleksi. Barangkali yang dominan dalam hal ini bukanlah seleksi yang kami lakukan sendiri, melainkan tabiat kehidupan dan perjalanan ini yang menyeleksi kami dan saudara-saudara kami, secara tidak langsung. Ragam ujian, cobaan, berbagai fitnah, godaan dan rayuan di perjalanan ini yang menyeleksi saudara-saudara perjalanan kami di jalan ini. Termasuk kami sendirilah yang diseleksi oleh ragam kondisi itu. Sehingga akhirnya, kami mendapati saudara-saudara di jalan dakwah saat ini adalah mereka yang insya Alloh bisa saling membantu untuk mencapai cita-cita perjalanan ini. Semoga merekalah yang disebuat sebagai ar rafiiq as shaalih (teman yang baik).


Bagian 2: Ketika Kami Membangun Kebersamaan
Tak semua batu bata diletakkan pada posisi yang tinggi, dan tidak juga harus semuanya ada di bawah. Bahkan terkadang si tukang batu, akan memotong batu bata tertentu jika dibutuhkan untuk menutup posisi batu bata yang masih kosong guna melengkapi bangunannya.

“Sesungguhnya medan berbicara itu tidak semudah medan berkhayal. Medan berbuat tidak semudah medan berbicara. Medan jihad yang benar, tidak semudah medang jihad yang keliru. Terkadang sebagian besar orang mudah berangan-angan, namun tidak semua angan-angan yang ada dalam benak mampu diucapkan dengan lisan. Betapa banyak orang yang dapat berbicara, namun sedikit sekali yang sanggup bekerja dengan sungguh-sungguh. Dan dari yang sedikit itu banyak yang sanggup berbuat namun jarang yang mampu menghadapi rintangan-rintangan yang berat dalam berjihad…” (Imam Hasan Al-Banna)

Untuk Menolong, Bukan Ditolong
Kami mempercayai bahwa kehidupan ini adalah milik Alloh Swt, milik kaum Muslimin, dan bukan milik kami sendiri. semua yang digunakan untuk diri sendiri akan hilang, tapi kebaikan yang diberikan kepada orang lain itulah yang abadi. Itulah yang dituliskan oleh Imam Sayyid Quthb rahimahullah, “Innal ladzii ya’iisyu nafsihi, ya’iisyu shaghiran wa yamutu shaghiiran. Wal ladzii ya’iisyu li ummatihi ya’iisyu ‘azhiman kabiiran wa laa yamutu Abadan.” Sesungguhnya orang yang hidup untuk dirinya sendiri, ia akan hidup kecil dan mati sebagai orang kecil. Sedangkan orang yang hidup untuk umatnya, ia akan hidup mulia dan besar, serta tidak akan pernah mati.

Kebersamaan Kami Terikat Lima Hal
Pertama, rabithatu al’aqidah (ikatan aqidah).
Kedua, rabithatu al fikrah (ikatan pemikiran)
Ketiga, rabithatu al ukhuwah (ikatan persaudaraan)
Keempat, rabithatu al tanzhim (ikatan organisasi)
Kelima, rabithatu al ‘ahd (ikatan janji)
Andai di tengah perjalanan, kami harus mengalami terpaan ujian, fitnah, godaan dan rayuan. Kami berharap kelima buhul ikatan kami itu tidak pernah bisa menghempas kami dari jalan ini.

Bagian 3: Perjalanan Bearoma Harus Semerbak
Dalam hidup ini, setiap orang mempunyai kelompok dan jama’ahnya sendiri-sendiri. dan setiap kelompok mempunyai simbol dan syiarnya sendiri-sendiri. Tapi setiap orang, jika tidak diikat dan dhimpun oleh al haq, maka ia akan tercerai berai oleh kebatilan.

Indahnya Kebersamaan di Jalan Dakwah
Boleh saja, orang menganggap keterikatan kami di jalan ini, membawa kerugian materil untuk kami. Itu karena mereka melihat, banyak energy yang kami kontribusikan untuk kepentingan perjuangan kami di jalan ini. Silahkan saja, jika ada orang yang memandang kami sebagai orang yang tak beruntung karena meluangkan banyak rentang waktu untuk kepentingan orang lain, sementara diri kami sendiri tampak belum mapan. Tapi sebenarnya, melalui jalan ini, kami justru mendapatkan suatu hal yang lain.

Karena itulah, kami berusaha semampu kami untuk tetap memegang kuat jalan ini dan mengikat kebersamaan kami dengan para juru dakwah. Rosululloh Saw bersabda: “Tiga hal yang bisa menghalangi kedengkian dalam hati seorang Muslim. Keikhlasan beramal karena Alloh, menasihati pemimpin kaum Muslimin, dan berpegang kepada jama’ah kaum Muslimin.” (HR. Tirmidzi)

Bagian 4: Ketika Melewati Jalan Mendaki
Begitulah, jalan dakwah ini mengajarkan bahwa sebaiknya kami melihat kepada diri kami terlebih dahulu, melakukan prasangka baik kepada orang lain, sampai jelas suatu kebenaran itu benar dan kesalahan itu kesalahan.

Mengkaji yang Tersirat dari yang Tersurat
Bukan tidak mungkin ada di antara kami yang justru merasa mendapatkan fenomena yang tidak menyenangkan dalam kebersamaan ini. Kami juga sudah menyaksikan ada di antara yang sudah berjalan bersama kami selama beberapa tahun, lalu memutuskan untuk tidak turut lagi dalam perjalanan ini. Mereka beralasan, telah menemukan kondisi kebersamaan yang tidak membuatnya nyaman karena ada individu bahkan saudara kami yang telah lebih senior di jalan ini, ternyata memiliki kesalahan yang tak kunjung selesai perbaikannya. Atau, mereka merasa telah mendapatkan kebersamaan ini jauh dari harapan sebelumnya, karena interaksinya bersama saudara-saudara di jalan ini, ternyata masih juga menyisakan kekecewaan demi kekecewaan.

Tapi perjalanan dakwah ini mengajarkan kami, bahwa langkah pertama yang harus kami lakukan saat kami mendapatkan situasi yang tidak kondusif dalam kebersamaan ini adalah, memeriksa diri kami terlebih dahulu. Kami tidak mensakralkan kelompok tertentu, atau individu tertentu, tapi kami juga tidak terbiasa meratakan kesalahan atas seluruh anggota kelompok tertentu. Tidak semua individu dalam satu kelompok harus bertanggung jawab atas kekeliruan beberapa individu dalam kelompok tersebut, meskipun kelompok yang keliru itu adalah termasuk jajaran pimpinan di dalamnya.

Jalan dakwah mengajarkan bahwa di saat kami merasakan kegersangan, kegelisahan, ketidaknyamanan dalam interaksi kami bersama saudara-saudara di jalan ini, kami harus melihat pada kondisi diri kami sendiri. Artinya, sikap pertama yang kami ambil dalam situasi itu adalah mengevaluasi niat, bercermin pada perbuatan perilaku kami selama ini di jalan dakwah.

Bagian 5: Kesejukan yang Meringankan Langkah
Keletihan itu, akan menjadi beban ketika kami merasakannya sebagai keletihan fisik yang tidak diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka sesungguhnya kesempitan di jalan ini, pasti menyimpan hikmah luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmat Alloh Swt.

Keletihan yang Menjadi Energi
Menempuh perjalan ini, memang menyimpan lelah. Terkadang, kami juga merasakan keletihan setelah melakukan ragam aktifitas dan tanggung jawab dakwah. Tidak jarang, ada di antara kami yang merasa begitu terkuras waktu, pikiran dan tenaganya ketika telah terlampau banyak menempuh perjalanan di jalan ini. Sebuah kondisi yang boleh jadi membuat seseorang mengalam future atau terhenti dari aktifitas setelah sebelumnya giat.

Tapi kondisi-kondisi seperti itulah yang membuat kami semakin mengerti. Kami mengerti bahawa keletihan itu, akan menjadi beban ketika merasakannya sebagai keletihan fisik yang tidak diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka sesungguhnya kesempitan di jalan ini, pasti menyimpan hikmah luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmat Alloh Swt. Bahwa keletihan di jalan ini, sebaiknya tidak disalurkan kepada seseorang terlebih dalam forum-forum umum. Keletihan ini hanya patut disampaikan kepada Alloh Swt, dalam doa dan munajat. Karena keadaan itulah yang akan mensuplai tenaga dan kekuatan baru bagi kami untuk melakukan amal-amal kewajibadan dakwah yang lainnya.

Mudah-mudahan ringkasan yang singkat ini bisa memurnikan keikhlasan kita dalam mengarungi jalan dakwah yang kita cintai ini. Wallohu’alam bisshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar