Setelah
weekend pekan lalu dapet materi tentang ini, ingin sekali membagikan kepada
sahabat-sahabat semua. Sebuah buku yang sarat hikmah. Mengajarkan keikhlasan
kita dalam berjuang di jalan yang kita cintai; Jalan Dakwah. Mudah2an manfaat
:D
Bagian 1: Dari Sini Kami Memulai
Jalan Dakwah
mengajarkan bahwa kami memang membutuhkan Dakwah. Kebersamaan dengan
saudara-saudara di jalan ini semakin menegaskan bahwa kami harus hidup bersama
mereka di jalan ini agar berhasil dalam hidup dunia dan akhirat kami.
Sebuah pesan
Rosululloh Saw yang begitu agung, “Barangsiapa mengajak kepada petunjuk Alloh,
maka ia akan mendapat pahala yang sama seperti jumlah pahala orang yang
mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun oleh pahala mereka.” (HR. Muslim)
“Sesungguhnya
Alloh, para Malaikat semua yang ada di dalam lubangnya, bahkan ikan yang ada di
lautan akan berdoa untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)
“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata:
"Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau
mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar
kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka
bertakwa.
Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka,
Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami
timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka
selalu berbuat fasik.” (QS. Al-A’raf:
164-165)
Teman-Teman Pilihan
Di jalan
ini, kami secara otomatis tergabung dalam kebersamaan setelah berbagai tahapan
seleksi. Barangkali yang dominan dalam hal ini bukanlah seleksi yang kami
lakukan sendiri, melainkan tabiat kehidupan dan perjalanan ini yang menyeleksi
kami dan saudara-saudara kami, secara tidak langsung. Ragam ujian, cobaan,
berbagai fitnah, godaan dan rayuan di perjalanan ini yang menyeleksi
saudara-saudara perjalanan kami di jalan ini. Termasuk kami sendirilah yang
diseleksi oleh ragam kondisi itu. Sehingga akhirnya, kami mendapati saudara-saudara
di jalan dakwah saat ini adalah mereka yang insya Alloh bisa saling membantu
untuk mencapai cita-cita perjalanan ini. Semoga merekalah yang disebuat sebagai
ar rafiiq as shaalih (teman yang
baik).
Bagian 2: Ketika Kami Membangun Kebersamaan
Tak semua
batu bata diletakkan pada posisi yang tinggi, dan tidak juga harus semuanya ada
di bawah. Bahkan terkadang si tukang batu, akan memotong batu bata tertentu
jika dibutuhkan untuk menutup posisi batu bata yang masih kosong guna
melengkapi bangunannya.
“Sesungguhnya
medan berbicara itu tidak semudah medan berkhayal. Medan berbuat tidak semudah
medan berbicara. Medan jihad yang benar, tidak semudah medang jihad yang
keliru. Terkadang sebagian besar orang mudah berangan-angan, namun tidak semua
angan-angan yang ada dalam benak mampu diucapkan dengan lisan. Betapa banyak
orang yang dapat berbicara, namun sedikit sekali yang sanggup bekerja dengan
sungguh-sungguh. Dan dari yang sedikit itu banyak yang sanggup berbuat namun
jarang yang mampu menghadapi rintangan-rintangan yang berat dalam berjihad…” (Imam Hasan Al-Banna)
Untuk Menolong, Bukan Ditolong
Kami
mempercayai bahwa kehidupan ini adalah milik Alloh Swt, milik kaum Muslimin,
dan bukan milik kami sendiri. semua yang digunakan untuk diri sendiri akan
hilang, tapi kebaikan yang diberikan kepada orang lain itulah yang abadi.
Itulah yang dituliskan oleh Imam Sayyid Quthb rahimahullah, “Innal ladzii ya’iisyu nafsihi, ya’iisyu shaghiran wa
yamutu shaghiiran. Wal ladzii ya’iisyu li ummatihi ya’iisyu ‘azhiman kabiiran
wa laa yamutu Abadan.” Sesungguhnya orang yang hidup untuk dirinya sendiri,
ia akan hidup kecil dan mati sebagai orang kecil. Sedangkan orang yang hidup
untuk umatnya, ia akan hidup mulia dan besar, serta tidak akan pernah mati.
Kebersamaan Kami Terikat Lima Hal
Pertama, rabithatu al’aqidah (ikatan aqidah).
Kedua, rabithatu al fikrah (ikatan pemikiran)
Ketiga, rabithatu al ukhuwah (ikatan persaudaraan)
Keempat, rabithatu al tanzhim (ikatan organisasi)
Kelima, rabithatu al ‘ahd (ikatan janji)
Andai di
tengah perjalanan, kami harus mengalami terpaan ujian, fitnah, godaan dan
rayuan. Kami berharap kelima buhul ikatan kami itu tidak pernah bisa menghempas
kami dari jalan ini.
Bagian 3: Perjalanan Bearoma Harus Semerbak
Dalam hidup
ini, setiap orang mempunyai kelompok dan jama’ahnya sendiri-sendiri. dan setiap
kelompok mempunyai simbol dan syiarnya sendiri-sendiri. Tapi setiap orang, jika
tidak diikat dan dhimpun oleh al haq, maka ia akan tercerai berai oleh kebatilan.
Indahnya Kebersamaan di Jalan Dakwah
Boleh saja,
orang menganggap keterikatan kami di jalan ini, membawa kerugian materil untuk
kami. Itu karena mereka melihat, banyak energy yang kami kontribusikan untuk
kepentingan perjuangan kami di jalan ini. Silahkan saja, jika ada orang yang
memandang kami sebagai orang yang tak beruntung karena meluangkan banyak
rentang waktu untuk kepentingan orang lain, sementara diri kami sendiri tampak
belum mapan. Tapi sebenarnya, melalui jalan ini, kami justru mendapatkan suatu
hal yang lain.
Karena itulah,
kami berusaha semampu kami untuk tetap memegang kuat jalan ini dan mengikat
kebersamaan kami dengan para juru dakwah. Rosululloh Saw bersabda: “Tiga hal
yang bisa menghalangi kedengkian dalam hati seorang Muslim. Keikhlasan beramal
karena Alloh, menasihati pemimpin kaum Muslimin, dan berpegang kepada jama’ah
kaum Muslimin.” (HR. Tirmidzi)
Bagian 4: Ketika Melewati Jalan Mendaki
Begitulah,
jalan dakwah ini mengajarkan bahwa sebaiknya kami melihat kepada diri kami
terlebih dahulu, melakukan prasangka baik kepada orang lain, sampai jelas suatu
kebenaran itu benar dan kesalahan itu kesalahan.
Mengkaji yang Tersirat dari yang Tersurat
Bukan tidak
mungkin ada di antara kami yang justru merasa mendapatkan fenomena yang tidak
menyenangkan dalam kebersamaan ini. Kami juga sudah menyaksikan ada di antara
yang sudah berjalan bersama kami selama beberapa tahun, lalu memutuskan untuk
tidak turut lagi dalam perjalanan ini. Mereka beralasan, telah menemukan
kondisi kebersamaan yang tidak membuatnya nyaman karena ada individu bahkan
saudara kami yang telah lebih senior di jalan ini, ternyata memiliki kesalahan
yang tak kunjung selesai perbaikannya. Atau, mereka merasa telah mendapatkan
kebersamaan ini jauh dari harapan sebelumnya, karena interaksinya bersama
saudara-saudara di jalan ini, ternyata masih juga menyisakan kekecewaan demi
kekecewaan.
Tapi perjalanan
dakwah ini mengajarkan kami, bahwa langkah pertama yang harus kami lakukan saat
kami mendapatkan situasi yang tidak kondusif dalam kebersamaan ini adalah,
memeriksa diri kami terlebih dahulu. Kami tidak mensakralkan kelompok tertentu,
atau individu tertentu, tapi kami juga tidak terbiasa meratakan kesalahan atas
seluruh anggota kelompok tertentu. Tidak semua individu dalam satu kelompok
harus bertanggung jawab atas kekeliruan beberapa individu dalam kelompok
tersebut, meskipun kelompok yang keliru itu adalah termasuk jajaran pimpinan di
dalamnya.
Jalan dakwah
mengajarkan bahwa di saat kami merasakan kegersangan, kegelisahan,
ketidaknyamanan dalam interaksi kami bersama saudara-saudara di jalan ini, kami
harus melihat pada kondisi diri kami sendiri. Artinya, sikap pertama yang kami
ambil dalam situasi itu adalah mengevaluasi niat, bercermin pada perbuatan
perilaku kami selama ini di jalan dakwah.
Bagian 5: Kesejukan yang Meringankan
Langkah
Keletihan itu,
akan menjadi beban ketika kami merasakannya sebagai keletihan fisik yang tidak
diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka sesungguhnya kesempitan di jalan ini,
pasti menyimpan hikmah luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmat Alloh
Swt.
Keletihan yang Menjadi Energi
Menempuh perjalan
ini, memang menyimpan lelah. Terkadang, kami juga merasakan keletihan setelah
melakukan ragam aktifitas dan tanggung jawab dakwah. Tidak jarang, ada di
antara kami yang merasa begitu terkuras waktu, pikiran dan tenaganya ketika
telah terlampau banyak menempuh perjalanan di jalan ini. Sebuah kondisi yang
boleh jadi membuat seseorang mengalam future atau terhenti dari aktifitas
setelah sebelumnya giat.
Tapi kondisi-kondisi
seperti itulah yang membuat kami semakin mengerti. Kami mengerti bahawa
keletihan itu, akan menjadi beban ketika merasakannya sebagai keletihan fisik yang
tidak diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka sesungguhnya kesempitan di jalan
ini, pasti menyimpan hikmah luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmat
Alloh Swt. Bahwa keletihan di jalan ini, sebaiknya tidak disalurkan kepada
seseorang terlebih dalam forum-forum umum. Keletihan ini hanya patut
disampaikan kepada Alloh Swt, dalam doa dan munajat. Karena keadaan itulah yang
akan mensuplai tenaga dan kekuatan baru bagi kami untuk melakukan amal-amal
kewajibadan dakwah yang lainnya.
Mudah-mudahan
ringkasan yang singkat ini bisa memurnikan keikhlasan kita dalam mengarungi
jalan dakwah yang kita cintai ini. Wallohu’alam bisshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar