Tulisan ini merupakan renungan buat kita, bahwa betapa pentingnya
menjaga keikhlasan dalam setiap amal perbuatan. Tidak mencari pujian,
popularitas, tapi hanya Alloh satu-satunya tujuan. Tulisan ini juga
terinspirasi dari taujih saat halaqah ketika membahas tentang al-Ihsan. Tulisan
ini didapat dari sebuah buku Inspiratif karya Ust.Salim A.Fillah berjudul
“Menyimak Kicau Merajut Makna” buku kumpulan tweet dari akun twitter
@salimafillah. Mudah-mudahan bermanfaat.
“Akan datang pada hari kiamat, satu kaum yang membawa kebaikan sebesar
Gunung Uhud, maka Alloh jadikan ia bulu-bulu beterbangan.” Para sahabat
bertanya, “Apakah mereka itu Muslim, ya Rosululloh?” sebab sepaham mereka
kekafiranlah yang menjadikan amal sia-sia. Jawab Nabi mengejutkan, “Mereka
Muslim. Mereka sholat sebagaimana kalian sholat, mereka puasa sebagaimana
kalian puasa, dan bahkan mereka menegakkan sholat malam. Akan tetapi, jika
bersunyi bersama apa yang dilarah Alloh, mereka melanggarnya.” (HR.Ath-Thabrani dan dishahihkan Al-Albani)
Apa saja yang membuat pahala amal kebaikan terhapus lalu kita
menjadi bangkrut di akhirat? Mu’adz ibn Jabal r.a. mengurai delapan hal untuk
kita.
Sebab bangkrut akhirat pertama
ialah ghibah; membicarakan fakta
ketakbaikan seseorang saat tak hadirnya, yang dia tak suka jika disebut. Ghibah
membuat bangkrut sebab kelak penggibah akan diambil pahala kebaikannya untuk
membayar rasa sakit dan segala dampak gunjingannya. Andai pahala penggibah
telah habis, sementara banyak korban gunjingan belum terbayar; dosa korban akan
ditambahkan padanya.
Ada sebuah kisah tentang dua wanita ahli puasa yang nyaris sekarat
oleh beratnya Ramadhan. Orang-orang mengajukan permohonan agar kedua perempuan
tersebut diizinkan untuk membatalkan puasa. Nabi menolak, beliau justru
memerintahkan keduanya untuk muntah di sebuah mangkuk. Isinya sisa cernaan
busuk; cairan bercampur darah dan anyir nanah.
Nabi bersabda, “Lihatlah dua saudari kalian ini, mereka berpuasa,
menahan diri dari apa yang diahalalkan, tapi membatalkannya dengan memakan
bangkai saudara. Demi Alloh muntah yang keluar ini, kalah jauh menjijikannya
disbanding apa yang mereka telan.” (HR.
Abu Dawud)
Penyebab bangkrut kedua; sombong. Sebab kesombongan seberat biji
zarah saja telah mengharamkan ahlinya dari hak masuk surga. Sombong; enggan
taat, menolak kebenaran, dan meremehkan insane lain. Ia menyebabkan bangkrut
seperti Iblis yang terlaknat abadi.
Penyebab bangkrut ketiga; riya’, mengarahkan niat amal shalih
sekedar pada pandangan kagum, cerita masyhur, dan pujian manusia di dunia.
Sungguh mengiriskan, hadis tentang tiga orang pertama yang dipanggil di hadapan
Alloh kelak; seorang Qari’, Muhsin, dan Syahid.
Pada Qari’, ditunjukkan nikmat Alloh padanya hingga ia memahami
Al-Qur’an dan Fikih dengan dahsyat lalu menjadi alim nan masyhur. “Betul ya Robbi,
lalu aku berdakwah semata karena-Mu,” ujarnya. Alloh berfirman, “Dusta kamu!
Kamu hanya ingin digelari ALIM!” Pada si kaya nan dermawan, Alloh tampakkan
betapa banyak karunia-Nya. “Betul ya Robbi, lalu aku tunaikan hartaku di
jalan-Mu!” Alloh berfirman, “Dusta kamu! Kamu hanya ingin digelari DERMAWAN!”
Pada mujahid yang syahid ditampakkan nikmat-Nya. “Betul Robbi, aku berjihad
meninggikan kalimat-Mu!” Kata Alloh, “Dusta! Dusta! Kamu hanya ingin digelari
PAHLAWAN!”
“Semua puja-puji manusia yang kalian harap dalam hati telah
dilunaskan di dunia. Kau alim, kau dermawan, dank au pahlawan. Tak ada bagian
dari balasan akhirat-Ku, untuk kalian, ambillah tempat kalian di neraka.” (HR.Bukhari)
Untuk kita catat, telah berkata Fudhail ibn Iyyadh, “Beramal karena
ingin dilihat berarti syirik. Tak jadi beramal karena khawatir dilihat itu
riya’.”
Sebab bangkrut keempat; ujub, rasa kagum pada diri sendiri atas
kebaikan jiwa dan keshalihan amalnya. Sebab ujub adalah ketertipuan. Bahaya
ujub; membuat merasa cukup berkebaikan, terbuta dari aib-aib diri, dan merasa
tak berdosa (padahal rasa ini termasuk dosa berat). Sampai-sampai disebutkan
para ahli hikmah: “Kalau sama-sama terbayang, maka dosa lebih baik daripada
amal ibadah. Dosa yang melahirkan sesal lebih baik daripada ibadah yang
melahirkan bangga. Lihatlah bahwa Adam berdosa, lalu bertaubat, kemudian
diampuni. Sementara Iblis beribadah, lalu berbangga diri, kemudian dilaknati.”
Sebab bangkrut akhirat kelima
adalah meniatkan ibadah hanya untuk
dunia hingga tak tersisa pahala di akhirat. Sebagaimana dalam firman-Nya:
Apabila kamu
telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah,
sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau
(bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang
yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan
tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. (QS. Al-Baqarah: 200)
Dalam hadis tentang niat disebutkan: “Barang siapa hijrahnya karena
dunia yang ingin ia raih atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya hanya
sekadar pada apa yang ia tuju.” (HR.Bukhari
dan Muslim) Bangkrut sebab niat duniawi ini sangat disayangkan. Al-Ghazali
mencatat beberapa contoh: shalat agar bugar; puasa agar pencernaan sehat;
sedekah agar mendapat lebih banyak; dan lain sebagainya.
Semua ibadah kepada Alloh memiliki fadhilah dan hikmah, tapi jangan
sampai keduanya –apalagi yang duniawi- dijadikan niat. Ini juga yang jadi
kekhawatiran Umar saat harta Persia dibawa ke Madinah. “Celakalah jika balasan
kebaikan kita disegerakan!” Pelajaran dari kisah tiga orang yang terjebak dalam
gua lalu berdoa dengan tawasul pada amal shalihnya (disarikan dari hadis
Al-Bukhari dan Muslim) adalah bahwa mereka menggunakan amalnya untuk lepas dari
masalah SETELAH ikhlas mereka ukirkan, bukan diniatkan dari awal. Dan mereka
pun TERPAKSA melakukan sebab segala ikhtiar telah buntu; dan bukan dengan
sukaria meniatkan untuk dunia.
Sebab bangkrut keenam
adalah hasad (rasa dengki).
Sebagaimana hadis; hasad memakan pahala amal kebaikan seperti api memakan kayu.
Orang berpenyakit dengki kehilangan banyak kesempatan berkebaikan, sebab susah
melihat orang senang; senang melihat orang susah. Siang dan malam, pendengki
memikirkan orang hingga tak sempat membekali diri sendiri. Hasad adalah dosa
yang paling menyiksa.
Bahkan andaipun ber-KEBAIKAN, pendengki selalu meniatkannya untuk
membangun keunggulan saingnya; mengalahkan yang didengki. Dengki dan dendam itu,
kata Ali ibn Husain, seperti menenggak racun ke mulut sendiri lalu berharap
orang lain yang akan mati.
Sebab ketujuh bangkrut
akhirat ialah qath’ur rahim; memutus silaturahim dalam kekeluargaan,
kekerabatan, persaudaraan, persahabatan. Dalam sebuah hadis disebutkan;
“Memutus silaturahim termasuk dosa yang disegerakan azabnya di dunia, di
samping bangkrut ahlinya kelak di akhirat. Memutus silaturahim dengan sikap
diam, perkataan, dan perbuatan dibenci Nabi; dilarang duduk di majelis beliau.”
(HR.Bukhari)
Sebab mengandung nama Alloh –Ar-Rahiim-
memutuskannya merupakan kezaliman kepada manusia sekaligus kezaliman kepada
Alloh. Dalam firman-Nya disebutkan: Dan
bertakwalah pada Alloh yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan menyambung
silaturahim. (QS. Al-Ma’idah: 1)
Sebab kedelapan bangkrut di
akhirat adalah kezaliman. Sungguh ia
merupakan kegelapan berat di hari pengadilan. Sebab tiap orang yang dizalimi,
baik jiwa, harta, maupun kehormatannya berkah mengajukan tuntutan dan balasan
kepada yang menzalimi. Semakin banyak yang dizalimi, semakin ruwet dan panjang
urusan. Yang paling berpeluang hadapi banyak gugatan adalah pemimpin.
Suatu saat di Masjidil Haram berkatalah Khalifah Sulaiman ibn Abdul
Malik, “Amboi alangkah banyaknya jamaah haji!” Maka menyahutlah Umar ibn Abdul
Aziz, “Semuanya akan menjadi musuh yang menggugatmu di hadapan Alloh wahai
Amirul Mukminin!”
Umar ibn Abdul Aziz juga pernah bermimpi melihat Al-Hajjaj ibn Yusuf
dibunuh oleh Alloh sebanyak pembunuhan yang dilakukannya di dunia, yang
jumlahnya hampir 200.000 orang. Inilah gelapnya kezaliman. Untuk menjadi pengingat;
yang bercita menjadi Presiden Indonesia juga harus menyadari, ada 250juta orang
yang siap menjadi pendakwanya kelak di akhirat.
Demikian delapan hal penyebab bangkrut di akhirat yang disebutkan
Mu’adz ibn Jabal. Dalam lafaz Muslim disebutkan Mu’adz bertanya kepada Nabi. “Faman najaa yaa Rosululloh Maka siapa
orangnya yang bisa selamat dari hal-hal itu ya Nabi?” Tanya Mu’adz. Jawab Nabi,
“Akhlis lidiinika, fayakfiika ‘amalul
qalil. Bermurnilah pada agamamu, maka cukup bagimu amal yang sedikit.”
Semoga Alloh menjaga kita dari bangkrut di dunia, terlebih di
akhirat. Mari sucikan hati dan diri dari delapan perusak amal. Barakallahu fiikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar