Saat itu
hari jumat setelah pulang sekolah,tepatnya jam dua siang. Ada agenda rutin yang
biasa aku lakukan, yaitu syuro (rapat) kordinasi BPH ROHIS. Alhamdulillah semua
peserta syuro sudah hadir tepat waktu sehingga bisa dilaksanakan dengan on
time. Bismillah..
Ketika sudah
menyelesaikan tilawah dan tausiah. “Afwan (maaf) akhi* sebelum mulai ke inti syuro, ada yang mau
menyampaikan sesuatu..” tiba-tiba akhwat memotong pembicaraan. “oh ya, tafadhol
(silahkan)”
“Afwan kalo
mengganggu kegiatan syuro ini. Ada suatu hal yang mau ana sampaikan..” suara
akhwat* dari balik hijab.
“Oh ya, ana*
nurul dari kelas XI IPA1. Di rohis ana diamanahkan menjadi sekretaris di divisi
danus. Afwan kalo kabar ini harus ana sampaikan. Ana mau mengundurkan diri dari
rohis..” suara akhwat itu bergetar.
“Afwan, ada
apa ya kok tiba-tiba keluar? Sedang ada masalah?” tanyaku selaku penanggung
jawab dan ketua rohis di SMA ini.
“Enggak. Ana
cuman tidak mau lagi berinteraksi dengan akh bayu selaku kordinator ana di
divisi danus. Soalnya..” ia menarik nafas dalam-dalam. “Pekan lalu, beliau
membuat pengakuan yang membuat ana risih dan... afwan, terus terang juga
tersinggung.” Sesaat kemudian suara dibalik hijab itu mengatakan, “Ia jatuh
cinta pada ana.”
Apaa?! Bayu udah berani nembak akhwat?! Astaghfirulloh.
Aku harus berusaha tenang. Huft.
“Sabar
ukhti, jangan terlalu diambil hati. Mungkin maksudnya tidak seperti yang anti* bayangkan.”
Ucapku mencoba menenangkan persoalan.
“Afwan…ana
tidak menangkap maksud lain dari perkataannya. Ikhwan itu (Bayu) mungkin tidak
pernah berpikir dampak perkataannya. Kata-kata itu membuat ana sedikit banyak
merasa gagal menjaga hijab ana, gagal menjaga komitmen dan menjadi penyebab
fitnah. Padahal, ana hanya berusaha menjadi bagian dari perputaran dakwah ini.”
sang akhwat kini mulai tersedak terbata.
“Ya
sudah…Ana berharap anti tetap istiqamah dengan kenyataan ini, ana tidak ingin
kehilangan tim dakwah oleh permasalahan seperti ini”. Mas’ul itu membuat
keputusan, “ana akan ajak bicara langsung akh bayu.”
“Iya. Syukron.”
N_N
Aduuh
bisa-bisanya Bayu berbuat seperti ini. Ada apa ya? Dia kan anaknya rajin sholat,
ngaji. Ga pernah bolos dari halaqah* pekanan. Kak deni juga pernah nyampaikan
dalam halaqah. Bahwa hubungan cinta antara laki-laki dan perempuan itu haram,
kecuali sudah ada ikatan yang sah yaitu pernikahan. Apa ia mau memulai ta’aruf
ya? Atau ingin mencoba pacaran islami ya? Atau jangan-jangan beliau sudah mulai
ikut ISIS ya? Waah. Aku harus ngobrol dengan bayu nih besok.
N_N
Di kantin
sekolah.
Terpampang tulisan
besar bergaya grafiti yang bertuliskan “Kantin Pemadam Kelaparan”. Kantinku ini
lumayan keren. Banyak banget variasi makanannya. Selain itu harganya murah dan
porsinya banyak.
Tiba-tiba
sesosok laki-laki datang dengan janggut tipis, rambut klimis, dan bau amis itu
dia: Bayu!
“Assalamualaikum.
Oy bro! Apa kabar?” sahutku.
“Walaikumussalam.
Kabar baik bro. Eh udah makan?” jawabnya.
“Wah
kebetulan. Ane juga belum makan. Makan bareng yuk.”
“Enaknya
makan apa ya bro?”
“Kayaknya
enak makan bakso mang kumis.”
“Wah kagak
enakan gado-gado mbah urip. Enaknya nendang bro.”
“Yaudahlah
bro. Selera masing-masing. Yang penting satu meja ya bro.”
Aku memesan
bakso mang kumis dan bayu memesan gado-gado mbah urip. Kemudian duduk di meja
yang sama.
“Bro jangan
lupa baca doa.” Ucapku mengingatkan.
“Iya udah
tahu. Allohumma inni audzubika minal khubutsi wal khobais.”
“Woy,
ngawur! Itu doa masuk wc. Masak mau makan disamain dengan masuk wc.”
“Oh ya. Sori
bro. Khilaf, hhe.”
“Yang bener
itu Bismika allohumma ahya wabismika amut.”
“Salah juga
keles. Itu doa mau tidur.”
“Becanda sih
bro. Ane kalo becanda emang suka serius, hhe.”
“Yaudah
bareng-bareng. Allohumma bariklana fima rozaktana wakina adzabannar. Aamiin.”
Akhirnya kita
makan. Ga lupa kasih kecap. Apapun makanannya yang penting ada kecap. Pasti enak,
hehe.
“Eh bro,
kali ini ane yang bayar ya makanannya.” Aku menawarkan pada Bayu.
“Tumben bro.”
Ucap bayu.
“Lagi ada
rezeki aja bro.”
“Oke deh. Jazakalloh
ya bro. Ente emang temen baek ane sedunia dan akhirat.”
“Waiyakum. Semoga
kita bisa jaga ukhuwah ini ya bro.”
N_N
Bayu ini
adalah sohib dekatku. Beliau adalah sohibku ketika SMP dan berlanjut hingga
sekarang SMA. Rumahku juga tidak terlalu jauh. Sehingga kita sering main bareng
di rumah. Mulai SMP kita mulai diajak ngaji bareng dengan seorang ustadz di
komplek rumahku. Orangnya baik banget. Niat awal sih cuman mau makan gratisnya
aja. Tapi ternyata lama kelamaan ustadznya seru. Materi-materi yang dibawain
menyenangkan, gak angker kayak guru agama di sekolah. Namanya Ustadz Refi. Beliau
merupakan salah satu pembuka jalan hidayah buat kami berdua mengenalkan jalan
islam dan tarbiyah ini.
N_N
Sabtu sore
sehabis pulang sekolah. Lokasi di mushola asy-syifa tercinta. Tempat ini adalah
tempat nongkrongnya anak-anak gaul yang cinta masjid. Kita punya moto: “Real
Men, Goes To Masjid.”
“Eh bro, ga
pulang?” tanyaku ke Bayu di depan teras mushola.
“Nanti bro. Nongkrong-nongkrong
dulu. Ga enak langsung pulang. Di rumah ga ada kerjaan.”
“Ga ada
kerjaan? Bukannya banyak cucian kotor di deket dapur ya?”
“Bukan itu
keles. Boring aja nih akh, hidup gini-gini aja. Kadang ane ngerasa iri ngeliat
temen-temen kita yang pacaran. Dia bisa menemukan pasangan hidupnya. Bisa saling
berbagi, curhat. Kayaknya enak deh..”
“Bukannya
ane sahabatmu bro? Ane kan bisa jadi tempat curhat antum.”
“Ya ane
pengen bukan sekedar sahabat. Tapi soulmate bro. Belahan jiwa. Yang bisa ngasih
perhatian ke kita.”
Wah udah
bener-bener kena virus merah jambu nih.
“Btw, ente
kemaren nembak akhwat ya?”
“Ah engga. Engga...”
“Jangan
bohong. Kalo bohong ga kasih pinjem lagi comic ah...”
“Engga..” “Engga
salah lagi..”
“Hahaha.”
“Ya tahulah.”
“Ane emang
suka dengan nurul bro. Dan ane menyatakan perasaan ane ke dia. Apa itu salah bro?
Sah-sah aja kan kita suka dengan akhwat?”
“Ya sah lah
bro. Siapa yang menyalahkan?”
“Jadi ane ga
salah kan?”
“Ane tidak
menyalahkan perasaan antum. Kita semua berhak memiliki perasaan itu. Pertanyaan
ane adalah, apakah antum sudah siap ketika menyatakan perasaan itu. Apakah
antum mengatakannya dengan orientasi bersih yang menjamin hak-hak saudari
antum. Hak perasaan dan hak pembinaannya...”
“Apakah
antum menyampaikan kepada murobbi antum untuk diseriuskan? Apakah antum sudah siap berkeluarga. Apakah
antum sudah berusaha menjaga kemungkinan fitnah dari pernyataan antum, baik
terhadap ikhwah lain maupun terhadap dakwah????”
“Iya ane
khilaf akh...”
”Akhi bagi
kita perasaan itu tidak semurah tayangan sinetron atau bacaan picisan dalam
novel-novel. Bagi kita perasaan itu adalah bagian dari kemuliaan yang Alloh
tetapkan untuk pejuang dakwah. Perasaan itulah yang melandasi ekspansi dakwah
dan jaminan kemuliaan Allao SWT. Perasaan itulah yang mengeksiskan kita dengan
beban berat amanah ini. Maka Jagalah perasaan itu tetap suci dan mensucikan. Oke
bro?”
“Iya akhi. Ane
Cuma futur.”
“Tugas kita
untuk saling mengingatkan akhi. Ane cuman ga mau sohib deket ane menyimpang. Jadi
ane mau meluruskan biar bisa tetep istiqomah.”
“Iya akhi. Ente
emang temen baik ane dunia akhirat.”
“Akhi ane
punya puisi tentang ‘bidadari’ mau denger ga? Hhe.”
“Coba dah
sang pujangga nyampein puisinya..”
“Bismilllahirrohmanirrohim.
Teruntuk
Bidadariku
Ya Alloh
Aku tahu..
Sebaik apapun ku berusaha
Sekeras apapun ku berbuat
Aku hanya manusia biasa
Yang penuh lupa dan dosa
Tapi pada-Mu ya Robb aku pinta
Siapapun bidadari yang kau siapkan untukku
Semoga aku bisa menjadi yang terbaik baginya
Karena aku tahu dialah yang terbaik untukku
Dan semoga Ya Alloh
Semoga dalam naungan cinta-Mu
Kita dapat bersama
Mengarungi jalan tarbiyah-Mu
Dan selalu mengingatkan
Untuk sebuah cinta suci mulia
Agar dapat kembali bersua,
Di surga-Mu”
“Wah lumayan
juga ente bisa jadi penyair kondang nih.”
“Ah biasa
aja keles. Btw, sekarang ada komunitas ISIS lho, ikutan yuuk!”
“ISIS bro? Ngaco
lo. Sesat keles. Bahaya! Ane ga mau ikut-ikutan.”
“Bukan
sekedar komunitas biasa bro. ISIS itu Ikhwan Sholeh Idaman Siapapun. Kegiatannya
memperbaiki diri, mencegah kemungkaran dan mengajak kepada kebaikan.”
“Wah itu mah
komunitas oke bro.”
“:)”
N_N
Kata-kata
asing
Ana/ane:
saya
Anti: kamu
perempan
Antum: kamu
Ikhwan:
laki-laki
Akhwat:
perempuan
Murobbi:
guru ngaji
Halaqah:
pengajian
Akhi: dia
laki-laki
Ukhti: dia
perempuan
N_N
Semoga bermanfaat.
Semangaat, ikhlas berjuang, huha!!
Saya kira yang lain, ternyata Ikhwan Sholeh Idaman Siapapun.. Hehe.. :)
BalasHapus