Jumat, Agustus 08, 2014

Doa Ibu Untukmu

“Bu, kita hari ini jualan dimana?” tanyaku pada ibu yang sedang menyiapkan barang dagangan.


“In syaa Alloh kita jualan di alun-alun serang ya nak. Hari ini kan hari minggu pasti banyak pembelinya disana.” Kata ibu sembari tersenyum.

“Oh ya, bener bu. Semoga hari ini laku keras ya bu.” Ucapku dengan penuh semangat.

“Iya. Aamiin. Kamu emang anak sholeh nak.” Ucap ibu sambil mengelus kepalaku.

Namaku alif. Sekarang aku duduk di bangku kelas 3SMP. Rumahku dekat dengan alun-alun kota serang. Aku sangat sayang dengan ibu dan adikku dini yang sekarang masih kelas 5 SD. Semenjak ayah tiada, ibu yang harus membanting tulang. Memberi nafkah anak-anaknya yang masih kecil. Karena ibu hanya lulusan SD jadi ia hanya bisa berjualan. Modalnya didapat dari tabungan ibu selama lima tahun. Ia berjualan minuman dan makanan kecil (snack). Setiap hari senin-jumat ia berjualan di deket sekolah.  Dan hari sabtu-minggu ia berjualan di alun-alun kota serang.

Karena aku sekolah dari hari senin sampai sabtu, aku hanya membantu ibu di hari minggu. Aku sebenernya mau ikutan latihan taekwondo setiap minggu pagi, tapi karena aku kasihan dengan ibu niatku aku tunda dahulu. Aku pernah curhat dengan kakak mentoringku di SMP, namanya kak azmi.

“Kak azmi, kenapa ayah cepat sekali meninggalkan aku ya? Aku kan belum sempat lulus sarjana kak. Aku juga belum nikah kak. Aku ingin sekali ayah melihat aku mengenakan baju toga ketika aku lulus kuliah nanti kak. Ah seandainya saja ayah masih ada, pasti ibu ga capek kerja seperti ini.” Keluhku kepada kak azmi ketika pertemuan mentoring.

“Alif, Alloh akan selalu bersama orang-orang yang sabar. Seorang mukmin yang taat kepada Alloh, ia tidak akan mengatakan ‘ah seandainya Alloh tidak menakdirkan seperti ini..’ artinya kita tidak menerima takdir dan ketentuan Alloh. Seorang mukmin yang hatinya bersih ia selalu berbaik sangka dan ridho dengan ketentuan Alloh. Karena boleh jadi apa yang buruk bagi kita, boleh jadi baik menurut Alloh. Takdir Alloh kepada kita pasti baik azmi. Pasti yang terbaik buat kita.” Kemudian kak azmi memelukku dan meneteskan air mata. Tiba-tiba aku merasakan kehangatan dalam pelukan kak azmi ini. Ya Alloh jagalah ukhuwah kami ini selalu. Aamiin. Doaku dalam hati.

0_0

“Ayah, alif ganteng ga pake koko putih ini?” aku pamerkan baju baru pembelian ibu.

“Wah anak ayah ganteng banget. Lebih ganteng lagi kalo pake peci putih. Nih..” ucap ayah sembari mengenakan peci di kepalaku.

“Wah anak ayah seperti pengantin sunat. hhe”

“Ah ayah. Bukan kayak pengantin sunat. Udah seperti ustadz arifin ilham kan? Ustadz kondang yang di tivi.”

“Iya. Alif emang mirip. Semoga anak ayah juga bisa bermanfaat kalo udah dewasa nanti.”

“Ayah, alif sayang dengan ayah sama ibu. Alif mau bahagiain ayah-ibu dengan prestasi alif. Alif bakal meraih cita-cita setinggi langit. Kuliah di eropa. Punya usaha. Dan punya istri yang sholeha.”

“Wah alif udah dewasa ya sekarang. Semoga cita-cita alif terkabul. Aamiin.”

“Ayah jangan tinggalin alif ya?” kataku sambil menatap wajah ayah.

“Iya alif. Ayah akan selalu berada di samping alif.”

“Janji yaa.” Ucapku sambil menunjukkan jari kelingking tangan kananku.

“Iya, in syaa Alloh.”

Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku. Ya Alloh ternyata cuman mimpi. Aku rasanya senaang sekali walaupun cuman bisa bertemu lewat mimpi. Aku lihat jam di dinding ternyata masih jam tiga pagi. “Wah waktu mustajab nih buat minta dengan Alloh.” Ucap batinku.

Aku langsung bangkit dari kasur dan mengambil air wudhu. Saat itu aku masih bisa menjalankan kebiasaan sholat tahajud yang diajarkan saat pesantren kilat di sekolah. Tiba-tiba aku melihat ada sosok putih di dekat pintu kamarku. Argh...

“Alif sholat tahajud ya?” ucap ibuku.

“Wah kirain siapa? Ternyata ibu. Iya bu. Kak azmi pernah bilang. Kalo sepertiga malam itu waktu mustajab buat doa bu. Doa-doa kita bakal dikabulkan oleh Alloh.”

“Iya benar. Anak ibu emang anak yang sholeh. Jangan lupakan doa buat ayah ya lif.” Ucap ibu.

“Iya bu. Alif selalu berdoa semoga ayah dimasukkan ke dalam surga.”

0_0

“Bu, es teh botoh dua ya!” ucap seorang remaja kepada ibu.

“Oh ya. Tunggu bentar nak.” Ucap ibuku sambil mengambilkan dua teh botol permintaan remaja tersebut.

“Makasih bu.” Ucapnya sambil menyerahkan uangnya.

“Wah bu. Alhamdulillah hari ini kita laku keras ya bu.” Ucapku bersemangat.

“Alif, coba alif hitung berapa total uang yang di dapat hari ini. Ibu mau merapikan dagangan dulu. Habis itu kita pulang.” Ucap ibu sambil merapikan dagangan untuk bersiap-siap pulang.

Aku hitung semua total uang yang didapat hari ini. “totalnya tiga ribu bu.” Ucapku ke ibu.

“Alhamdulillah.” Ucap ibu senang.

Tiba-tiba dari arah barat datang tetanggaku Bu Sri sambil menggendong anaknya.

“Assalamualaikum bu.” Ucapnya ke ibu.

“Walaikumussalam. Wah bu sri apa kabar? Ada yang bisa dibantu bu?”

“Ibu maaf jika saya mengganggu. Bu, saya mau minjem uang buat suami saya yang sedang sakit bu. Suami saya terkena maag kronis bu akibat menahan makan. Sehingga harus dibawa ke rumah sakit bu. Saya tidak ada biaya sama sekali bu. Gaji suami saya sudah habis buat bayar listrik, dan keperluan sehari-hari bu..” ucapnya sambil memelas kasihan.

“Berapa biaya yang dibutuhkan bu?” ucap ibuku.

“Sekitar dua ratus lima puluh ribu bu kata dokter.”

“Wah kebetulan sekali bu. Hari ini ada sedikit rezeki berlebih. Ini uangya. Semoga suamimu lekas sembuh ya.” Ucap ibu sambil menyerahkan semua hasil dagangan yang di dapat hari ini.

“Wah ini berlebih bu..”

“Oh tidak apa-apa. Itu buat ongkos ke rumah sakit bu. Dan ini jangan dianggap hutang ya. Anggap saja ini saya membalas kebaikan bu sri selama ini.”

“terimakasih bu. Ibu sangat berhati mulia.” Ucapnya sambil memeluk ibu.

Kemudian bu sri langsung pulang. Dan kami merapikan dagangan bersiap pulang.

“Bu, itu kan hasil keuntungan dengan modal dagang hari ini bu. Ko ibu mau menyerahkannya semua? Besok kita jualan gimana bu?” ucapku protes ke ibu.

“Alif anggap aja ini sedekah kita nak. Semoga Alloh membalas yang lebih baik.” Ucap ibuku.

“Tapi ibu memberikan semuanya? Bukannya bu sri selalu berbuat jahat dengan kita bu.” Protesku lagi ke ibu.

“Alif ibu hanya berharap. Semoga anak-anak ibu ketika dewasa nanti, saat alif dan dini sedang mengalami kesusahan. Semoga anak-anak ibu ada juga yang mau ngebantuin.” Ucap ibu sambil tersenyum padaku.

Ya Alloh. Ibu mungkin hanya lulusan SD. Ilmunya sangat sedikit. Tapi hatinya sungguh mulia. Ia sudah memikirkan anak-anaknya dewasa nanti. Semoga ketika sedang mengalami kesusahan, ada orang yang mau ngebantuin. Ya Alloh.. balaslah kebaikan ibu dengan pahala yang banyak. Aamiin. Doaku dalam hati.

0_0

“Alif minta doanya ya bu. Semoga alif istiqomah di daerah nanti.” Ucapku sambil mencium tangan ibu.

“Iya nak. Jaga diri ya nak. Ibu hanya bisa berdoa dari sini. Semoga kamu bisa menjadi anak yang sholeh dan bisa bermanfaat bagi orang lain.” Ucap ibu padaku.

Aku telah menyelesaikan studiku dan kini saatnya melaksanakan kewajiban setelah aku kuliah. Aku kuliah di perguruan tinggi kedinasan yang diwajibkan setelah lulus mengabdi di instansi pemerintahan. Namun sayang permohonanku ketika mengajukan wilayah dekat rumah ibuku, tidak dikabulkan. Karena staffnya sudah penuh. Dan aku harus rela ditempatkan di daerah yang lumayan jauh dari pusat kota. Ya Alloh berikan hamba kesabaran.

Saat itu sangat sulit untuk berkomunikasi. Jadi aku hanya bisa mengirimkan kabar lewat surat.

Ketika aku sudah bekerja sebulan disana. Aku segera mengirimkan kabar melalui surat ke ibu dan dini yang ada di rumah.

Teruntuk ibu dan adek dini yang aku sayang karena Alloh.

Assalamualaikum. Bu, alhamdulillah bekerja di daerah sini tidak seburuk yang aku bayangkan. Alhamdulillah berkat doa dan kebaikan ibu disini saya banyak yang ngebantuin. Mulai dari tempat penginapan, mengetahui wilayah, dan juga sempat dicarikan istri, hhe. Bu, alhamdulillah gaji pertama bulan ini sudah keluar bu. Ingin rasanya mengajak ibu dan adek dini makan-makan. Tapi karena jarak yang memisahkan kita. Jadi gaji pertama ini aku simpan bu. Nanti saat lebaran ketika aku datang. Aku akan serahkan gaji ini ke ibu buat  nambahin biaya ibu naik haji.
Salam sayang. Anakmu. Alif.

Biasanya ibu akan membalas surat itu lewat perantara adek dini yang masih duduk di kelas dua SMA.

Teruntuk kak alif yang aku cintai karena Alloh.

Assalamualaikum. Kak, alhamdulillah. Ibu senang denger kabar dari kak alif. Ibu tidak pernah berhenti berdoa katanya untuk keberhasilan anak-anaknya. Ibu juga berkeinginan kak alif segera menikah dengan wanita yang sholeha. Ibu udah ga sabar minang cucu katanya. Hhe.
Salam sayang. Ibu dan adekmu dini.


Ah, ibu keinginannya ada-ada aja. Sebenernya ibu udah punya calon sebelum aku pergi berangkat kesini. “Alif, ibu mau mengenalkan seorang wanita denganmu. Anaknya sholeha, akhlaknya baik, ia calon lulusan pertanian di ipb. Apakah kau mau ibu mengenalkannya denganmu?” aku teringat ucapan ibu.

Saat itu karena waktunya sudah padat dan aku harus menyelesaikan administrasi. Akhirnya aku tidak sempat memenuhi keinginan ibuku. “Nanti saat pulang aku akan memenuhi permintaan ibu.” Janjiku dalam hati.

0_0

“Nak alif ada kiriman surat dari kampung.” Ucap ibu kosku sambil menyerahkan surat.

Wah ini surat dari ibu di kampung. “Makasih ya bu.” Ucapku sambil mengambil surat.

Kak alif. Segera pulang ya kak. Ibu dalam kritis.
Adekmu, dini.

Isi suratnya singkat namun menohok hatiku. Aku segera mengemas barang dan menyiapkan tiket untuk pulang. “Ya Alloh aku mohon berikan yang terbaik untuk ibuku. Aamiin.” Doaku dalam hati.

0_0

Bendera kuning tiba-tiba sudah berada di depan jalan menuju rumahku. Hatiku bergetar hebat. Ya Alloh aku belum sempat bertemu dengannya yang terakhir kali. Ketika aku sampai benar saja. Ibuku sudah mau dikuburkan. Rasa bersalah yang luar biasa hinggap di hati dan pikiranku. “Kenapa aku selama ini egois ya? Jarang ngasih kabar kepada ibuku. Jarang nelpon ya Alloh...”

“Kak alif udah pulang?” ucap adekku dini ketika bertemu denganku.

“Kak, ibu menitipkan surat ini buat kakak.”

Tiba-tiba jantungku bergetar hebat. Ia buka pelan-pelan surat itu.

Bismillahirrohmanirrohim
Allohumma sholi ‘ala muhammad wa ala ali muhammad.
Ya Alloh. Wahai yang Maha Menatap. Wahai yang Maha Menggegam lahir batin kami. Wahai yang mencipta, menguasi segala-galanya dengan sempurna.
Ya Alloh aku bersyukur atas segala karunia yang Engkau berikan. Engkau karuniakan kepada hamba dua orang anak yang sholeh-sholeha.
Ya Alloh yang Maha Baik. Tolong jaga anak hamba Ya Alloh. Kami mohon dengan segala karunia-Mu.
Jadikan anak-anak hamba menjadi ahli takwa yang istiqomah Ya Alloh.
Ampuni segala dosa hamba jikalau hamba belum benar dalam mendidik anak-anak hamba.
Ampuni segala dosa hamba jikalau masih sedikit ilmu yang hamba ajarkan kepada mereka.
Dengan segala keagungan-Mu Ya Alloh.
Berikan umur yang barokah kepada anak-anak hamba. Karuniakan pasangan yang sholeh-sholeha. Bahagiakan hidupnya Ya Alloh di dunia dan akhirat.
Robbana atina milla dunka rohmah wahayyiklana min amrina rosyada.
Robbana atina fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah wakina adzabannar.
Aamiin ya Robbal ‘alamiin.

Doa ibu untuk alif dan dini.

Ya Alloh. Disisa waktunya ia masih sempat menulis doa ini. Betapa ingin anak-anak ibu jadi anak-anak yang sholeh-sholeha. Mendoakan anak-anaknya agar selamat di dunia dan akhirat. Sungguh mulia hati ibu. “Ya Alloh izinkan hamba membalas kebaikan kedua orangtua hamba.” Azzamku dalam hati.
                                                                                                                                                                                 

0_0

“Ya Alloh ampuni segala dosa orangtua kami. Lapangkan kuburnya, ringankan hisabnya, jadikan ahli surga Ya Alloh..”

Aku diizinkan Alloh menuju baitulloh bersama istriku. Sungguh karunia yang amat besar. Tak pernah aku sia-siakan setiap detik untuk selalu beribadah dan berdoa yang terbaik. Aku buka kembali surat dari ibu sebelum beliau pergi. Aku berdoa dan menangis di depan ka’bah. Setelah selesai tubuhku lelah dan ingin sekali berbaring sejenak di penginapan.

“Nak, ayah-ibu bersyukur dikaruniai anak sepertimu. Tetap istiqomah ya nak..”

“Ayah-ibu...”

Aku terbangun. Ya Alloh ternya cuman mimpi. Aku bahagia bisa bertemu dengan orangtuaku meskipun hanya lewat mimpi.

“Ya Alloh jadikan kami ahli takwa yang istiqomah. Dan kumpulkan kami semua dalam surga-Mu ya Robb. Aamiin.” Aku berdoa di depan ka’bah.

0_0


Udah segini dulu ya. Mohon maaf jika ceritanya masih kurang bagus. Masih dalam tahap belajar:)
Semoga Alloh izinkan liburan ini bisa nyelesain cerita novel yang sedang aku buat. Aamiin:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar