Selasa, Agustus 26, 2014

Melihat Kehidupan dari Kacamata Iman

Saya mengalami galau, stress dalam menghadapi suatu masalah. Maka saya perlu koreksi apa yang salah dalam hidup ini ya? Banyak orang yang dikaruniai masalah oleh Alloh, tapi hidupnya happy-happy aja. Tapi kenapa saya yang hanya diberikan masalah yang kecil, tapi hidupnya udah galau gini. Apa yang salah ya? Kemudian akhirnya Alloh memberikan jalan kepada saya melalui sebuah kajian yang membuka hati dan pikiran saya. Kajian apa itu?


Kajian yang tidak hanya sekedar mengkaji ilmu, tapi juga memberikan pencerahan dalam hidupnya. Sederhana, tapi menggugah. Nama kajiannya “Mentari Hati”. Atau lebih sering disingkat MH.

Mentafakuri segala peristiwa yang ada dengan kacamata iman. Sebuah perenungan yang membuat hidup lebih dekat kepada Robbnya. Kita simak yuk apa yang ada di dalam kajian MH, cekidot.

>_<

Rosululloh Sholalllohu ‘Alaihi Wasalam bersabda: “Sungguh unik perkaranya orang mukmin itu, sesungguhnya seluruh perkaranya baik, dan itu tidaklah dimiliki kecuali orang mukmin. Apabila ia diberi nikmat, ia bersyukur, dan ini baik baginya dan apabila ditimpa musibah, dia bersabar, dan ini baik pula baginya.” (HR Muslim)

Di Bulan syawal ini kita akrab dengan kata fitrah. Apa sebenarnya makna dari fitrah ini sebenarnya? Fitrah maknanya secara singkat yaitu kembali kepada kesucian. Kesucian dalam hal apa? Kesucian dalam batin dan pikiran. Inilah yang membuat hidup menjadi lebih indah.

Dan tahukah dari mana fitrah itu berasal? Ada baiknya kita simak sabda Rosululloh Sholalllohu ‘Alaihi Wasalam, “Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu ialah hati.” (Mutafaqun‘alaih)

Untuk lebih memperjelas pemahaman terhadap hadits tersebut, ada baiknya kita mengingat kembali firman Alloh Subhana Wa Ta’ala berikut ini:
ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ   ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢yŠ ÇÊÉÈ  
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Al-Qur’an Surah Asy-Syams (91): 9-10)

Kita dapat mengambil hikmah dari kedua penjelasan tersebut, bahwa sumber dari fitrah itu adalah hati. Inilah raja dari kehidupan. Dalam penjelasan surah asy-syams tersebut, Alloh Subhana Wa Ta’ala memberitahukan kepada kita, bahwa dalam hati manusia, sesungguhnya terdaoat dua jenis “bibit penentu”, bibit pertama adalah “bibit kebaikan” yang merangsang dan mendorong manusia untuk melakukan amal kebaikan atau perbuatan yang mendekatkan dirinya kepada Alloh Subhana Wa Ta’ala, sedang yang lainnya kita sebut dengan “bibit kejahatan” yang merangsang manusia untuk melakukan fahsya (keji) atau kemungkaran kepada Alloh Subhana Wa Ta’ala.

Dalam hati juga kita ketahui sifatnya adalah fluktuatif. Kadang berada di puncak iman maka hatinya sedang berada di kebaikan, kadang juga bierada di lemah iman maka hatinya condong kepada kejahatan. Maka salah satu doa yang dianjurkan yaitu: “Ya muqollibal qulub, tsabit qulubana ala dini mahabbatik” artinya: “Ya Alloh yang Maha membolak balikkan hati, condongkanlah hati ini kepada kecintaan kepada agama-Mu”

>_<

Seorang akhwat lulusan terbaik kedokteran UI yang berasal dari aceh, ketika itu ia ditanya oleh wartawan kampus, “Apakah sejak kecil mbak mencita-citakan menjadi dokter?”

Lalu akhwat tersebut diam sejenak kemudian menjawab pertanyaan tersebut, “Ketika kecil ayah berpesan kepada saya. ‘Kamu harus mujahidah nak. Menjadi pejuang Alloh apapun profesimu ketika dewasa kelak.’ Maka menjadi profesi dokter ini adalah salah satu jalan saya untuk menjadi pejuang Alloh. Agar hidup saya bisa lebih bermanfaat bagi banyak orang.”

Subhanalloh. Ketika membaca tulisan tersebut, saya jadi berpikir. Apa benar saya kuliah ini untuk menjadikan diri agar bisa bermanfaat untuk orang lain? Apa benar selama saya menuntut ilmu ini agar bisa menjadi jalan untuk kemaslahatan agama ini?

Inilah sebuah contoh seorang akhwat yang sudah dikarunia hati yang condong kepada kebaikan. Ia melihat kehidupan ini dari segi iman. Jadi ketika ia kuliah, menuntut ilmu, beraktifitas, niatnya hanya tertuju kepada Alloh. Ia hanya ingin menjadi abdi Alloh yang bisa bermanfaat bagi orang lain.

Seorang muslim yang sudah melihat kejadian dari kacamata iman, hidupnya hanya fokus ke Alloh. Ia hanya berbuat, melakukan sesuatu fokusnya adalah agar disukai Alloh. Perkara orang mau mencela, memuji, bukan jadi pikirannya. Ia hanya ingin Alloh ridho. Titik. Dan inilah yang menjadi konsentrasinya.

>_<

In syaa Alloh note selanjutnya akan membahas “7 Hakikat Amal”

Tulisan ini berasal dari tausiah Ustadz Hari Sanusi di Kelas Mentari Hati yang diadakan di Masjid Daarut Tauhiid Jakarta setiap hari ahad siang. Mudah-mudahan ana bisa berbagi inspirasi yang ada di kelas MH tersebut. Semoga manfaat.

Wallohu’alam bisshawab.


(sungguh mujarab bertemu kalian, love tarbiyah dan dakwah)

1 komentar:

  1. Wah, rindu ane ma ente, haha..

    Bolehlah kalau ente juga mau berkunjung ke blog ane..
    www.yusufmuhammad47.wordpress.com

    BalasHapus