Saya mengalami galau, stress dalam menghadapi suatu
masalah. Maka saya perlu koreksi apa yang salah dalam hidup ini ya? Banyak
orang yang dikaruniai masalah oleh Alloh, tapi hidupnya happy-happy aja. Tapi kenapa
saya yang hanya diberikan masalah yang kecil, tapi hidupnya udah galau gini. Apa
yang salah ya? Kemudian akhirnya Alloh memberikan jalan kepada saya melalui
sebuah kajian yang membuka hati dan pikiran saya. Kajian apa itu?
Kajian yang tidak hanya sekedar mengkaji ilmu, tapi
juga memberikan pencerahan dalam hidupnya. Sederhana, tapi menggugah. Nama
kajiannya “Mentari Hati”. Atau lebih sering disingkat MH.
Mentafakuri segala peristiwa yang ada dengan kacamata
iman. Sebuah perenungan yang membuat hidup lebih dekat kepada Robbnya. Kita
simak yuk apa yang ada di dalam kajian MH, cekidot.
>_<
Rosululloh Sholalllohu ‘Alaihi Wasalam bersabda:
“Sungguh unik perkaranya orang mukmin itu, sesungguhnya seluruh perkaranya
baik, dan itu tidaklah dimiliki kecuali orang mukmin. Apabila ia diberi nikmat,
ia bersyukur, dan ini baik baginya dan apabila ditimpa musibah, dia bersabar,
dan ini baik pula baginya.” (HR Muslim)
Di Bulan syawal ini kita akrab dengan kata fitrah.
Apa sebenarnya makna dari fitrah ini sebenarnya? Fitrah maknanya secara singkat
yaitu kembali kepada kesucian. Kesucian dalam hal apa? Kesucian dalam batin dan
pikiran. Inilah yang membuat hidup menjadi lebih indah.
Dan tahukah dari mana fitrah itu berasal? Ada baiknya
kita simak sabda Rosululloh Sholalllohu ‘Alaihi Wasalam, “Ketahuilah
sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik maka
baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh
tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu ialah hati.” (Mutafaqun‘alaih)
Untuk lebih memperjelas pemahaman terhadap hadits
tersebut, ada baiknya kita mengingat kembali firman Alloh Subhana Wa Ta’ala
berikut ini:
ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢y ÇÊÉÈ
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Al-Qur’an Surah
Asy-Syams (91): 9-10)
Kita dapat mengambil hikmah dari kedua penjelasan
tersebut, bahwa sumber dari fitrah itu adalah hati. Inilah raja dari kehidupan.
Dalam penjelasan surah asy-syams tersebut, Alloh Subhana Wa Ta’ala
memberitahukan kepada kita, bahwa dalam hati manusia, sesungguhnya terdaoat dua
jenis “bibit penentu”, bibit pertama adalah “bibit kebaikan” yang merangsang
dan mendorong manusia untuk melakukan amal kebaikan atau perbuatan yang
mendekatkan dirinya kepada Alloh Subhana Wa Ta’ala, sedang yang lainnya kita
sebut dengan “bibit kejahatan” yang merangsang manusia untuk melakukan fahsya (keji) atau kemungkaran kepada
Alloh Subhana Wa Ta’ala.
Dalam hati juga kita ketahui sifatnya adalah
fluktuatif. Kadang berada di puncak iman maka hatinya sedang berada di
kebaikan, kadang juga bierada di lemah iman maka hatinya condong kepada
kejahatan. Maka salah satu doa yang dianjurkan yaitu: “Ya muqollibal qulub, tsabit qulubana ala dini mahabbatik” artinya:
“Ya Alloh yang Maha membolak balikkan hati, condongkanlah hati ini kepada
kecintaan kepada agama-Mu”
>_<
Seorang akhwat lulusan terbaik kedokteran UI yang
berasal dari aceh, ketika itu ia ditanya oleh wartawan kampus, “Apakah sejak
kecil mbak mencita-citakan menjadi dokter?”
Lalu akhwat tersebut diam sejenak kemudian menjawab
pertanyaan tersebut, “Ketika kecil ayah berpesan kepada saya. ‘Kamu harus
mujahidah nak. Menjadi pejuang Alloh apapun profesimu ketika dewasa kelak.’
Maka menjadi profesi dokter ini adalah salah satu jalan saya untuk menjadi
pejuang Alloh. Agar hidup saya bisa lebih bermanfaat bagi banyak orang.”
Subhanalloh. Ketika membaca tulisan tersebut, saya
jadi berpikir. Apa benar saya kuliah ini untuk menjadikan diri agar bisa
bermanfaat untuk orang lain? Apa benar selama saya menuntut ilmu ini agar bisa
menjadi jalan untuk kemaslahatan agama ini?
Inilah sebuah contoh seorang akhwat yang sudah
dikarunia hati yang condong kepada kebaikan. Ia melihat kehidupan ini dari segi
iman. Jadi ketika ia kuliah, menuntut ilmu, beraktifitas, niatnya hanya tertuju
kepada Alloh. Ia hanya ingin menjadi abdi Alloh yang bisa bermanfaat bagi orang
lain.
Seorang muslim yang sudah melihat kejadian dari
kacamata iman, hidupnya hanya fokus ke Alloh. Ia hanya berbuat, melakukan
sesuatu fokusnya adalah agar disukai Alloh. Perkara orang mau mencela, memuji,
bukan jadi pikirannya. Ia hanya ingin Alloh ridho. Titik. Dan inilah yang
menjadi konsentrasinya.
>_<
In syaa Alloh note selanjutnya akan membahas “7 Hakikat
Amal”
Tulisan ini berasal dari tausiah Ustadz Hari Sanusi
di Kelas Mentari Hati yang diadakan di Masjid Daarut Tauhiid Jakarta setiap
hari ahad siang. Mudah-mudahan ana bisa berbagi inspirasi yang ada di kelas MH
tersebut. Semoga manfaat.
Wallohu’alam bisshawab.
Wah, rindu ane ma ente, haha..
BalasHapusBolehlah kalau ente juga mau berkunjung ke blog ane..
www.yusufmuhammad47.wordpress.com