Sabtu, September 21, 2013

Cinta Anak Rohis



Bayu mematutkan dirinya di depan cermin sepulang sekoah. Dipandanginya dengan bangga wajah oval miliknya. Rahang kokoh, lintangan alis tebal, kata orang, “Seperti sorot mata pemimpin”. Belahan dagu yang menghias wajahnya membuat Bayu semakin percaya diri. Dipandanginya lagi tubuh 170 cm itu dari ujung rambut hingga jempol kaki. Badannya sungguh tegap, hasil fitness rutin sepekan sekali. Kulit coklat yang mengesankan. Macho man!

            Ia terus memandangi dirinya, sesekali tersenyum sendiri. cermin ini tak mungkin berbohong. Apa yang kurang dariku? Aku tampan! Harta lebih dari cukup. Ayahku yang pejabat BUMN itu bahkan memberikan Honda Jazz untuk berangkat sekolah. Prestasi? Dalam bidang akademik aku selalu lima besar di kelas. Setidaknya itu membuktikan kalau aku cukup cerdas. Bahkan, aku ikut dua kursus bahasa sekaligus. Kursus Bahasa Inggris LIA dan Bahasa Arab di Al-Manar. Hebat kan? Untuk non akademik, aku mewakili sekolah sebagai perwakilan OSN Matematika tingkat provinsi. Apa lagi? Religi? Aku aktivis Rohis di sekolah. Intensitas kehadiranku pada mentoring pekanan cukup membanggakan. Aku jarang absen pada Ka Denny, kakak mentoringku.
            Dalam berpakaian pun aku selalu rapi, terkesan necis malah. Harga tasku saja tak kurang dari Rp. 400 ribu. Apa lagi? Perfect bukan!
Bayu melompat ke atas kasur spring bednya. Bahagia sekaliii. Ia membaca puisi singkat yag ditulisnya siang tadi saat syuro (rapat)
            Cinta!!
Wajahmu begitu menyejukkan hatiku
Walau engkau berada di balik hijab, tap hatiku merasa dekat.
Apakah kita memang ditakdirkan Allah berjodoh?
Kasih, adakah kau rasa sebagaimana aku merasa?

Bayu, yang lagi ke GR-an dengan dirinya itu tersenyum sendiri. Didekapnya puisi cinta itu dalam dadanya. Membuka kembali memoar indah sewaktu syuro rohis tadi siang.

^_^
Cerita Beni, waktu yang sama.
Sore ini lagi-lagi aku harus jaga warung. Kesel! Masa baru pulang sekolah langsung disuruh kerja? Emang aku enggak punya kerjaan lain apa? Kapan mau ngerjain PR? Kapan mau dapet rangking bagus? Kan malu, kelompok mentoringku, anak-anaknya juara di kelas masing-masing. Sedangkan aku? Matematika, fisika, biologi, harus ikut remedial semua, hiks. Jangan tanya pelajaran kimia, nasibnya ga jauh beda. Tambah lagi gurunya superkiller, udah pelajarannya susah, gurunya nyebelin, makin jadi deh.
“Assalamu’alaikum.”
“Eh..eh.. ukhti nurul, walaikumussalam. Mau beli apa?”
“Cabe keritingnya masih ada, akh?”
“Ada, berapa?”
“Dua ribu aja.”
Duh, kenapa ya setiap melihat nurul, dadaku berdegup tak beraturan? Dia memang cantik, pintar, mantan ketua keputrian Rohis. Ia tetanggaku, hanya berselang beberapa rumah dari rumahku. Nurul, putrid Kiai Solihin, Imam Masjid di kampungku. Melihat jalannya yang tenang, jilbabnya yang lebar, senyumnya. Subhanalloh.
“Udah belum akh cabenya?”
“Eh iya, ini. Tiga ribu kan?”
“Ko tiga ribu, dua ribu aja.”
“Oh ya maaf, ini cabenya.”
“Syukron akh. Assalamu’alaikum.”
“Walaikumussalam.”
Aduuh, ko bengong sih? Bikin malu aja. Ya Alloh.. inikah jodohku?? Kenapa hatiku berdesir melihat wajah nurul… tiba-tiba ia menulis sebuah doa di sebuah kertas.
Ya Alloh aku mohon..
Ya Alloh jika nurul jodohku, maka pertemukan aku di saat waktu yang tepat.
Jika ia bukan jodohku, maka buat ia jadi jodohku ya Alloh..

Hati Beni terasa lebih tenang. Ah, bayangan nurul masih saja melintas di pikirannya.
“Beni.. buruan mandii..” teriakan ibunya tiba-tiba menghilangkan lamunannnya.

^_^
Cerita Bayu, menjelang mentoring.
Ka Denny, kakak mentoringku sedang menuju ke Mushola Asy-Syifa (Mushola sekolahku). Ia alumni sekolahku, dan sekarang masih aktif mengisi mentoring di sekolah. Sembari menunggu, biasanya aku diskusi bareng temen-temen. diskusi sini lebih tepatnya bercanda, karena lebih banyak cerita-ceritanya, hhe.
Tiba-tiba dari balik ruang kelas IPA 2, Nurul melintas bersama temannya. Tampaknya ia sedang menuju kantin untuk makan siang. Subhanalloh. Sepertinya kelompok mentoringku cuek aja. Cuma Beni yang terlihat mencuri-curi pandang. Menyebalkan! Masa anak rohis enggak Ghadul Bashar (menjaga pandangan). Awas ya kalo macem-macem dengan nurul! Batinku.
Eh ka denny sudah datang.

^_^
Cerita Beni di waktu yang sama.
Mushola Asy-Syifa selalu nyaman buatku. Disana selalu menjadi tempat yang asyik buat mentoring. Selalu aja ada candaan teman-teman yang membuat ukhuwah semakin indah.
Tiba-tiba di balik ruang kelas IPA 2, Nurul melintas bersama temannya. Wah sungguh wanita sholiha, wajahnya teduh sekali. Teringat kembali obrolan saat belanja di warung kemarin.
Seluruh kelompok mentoringku cuek aja ketika Nurul melintas. Kecuali Bayu yang sedang mencuri-curi pandang. Heran! Masa anak rohis yang ga Ghadul Bashar. Awas kalo macem-macem ke Nurul! Batinku.
Eh ka denny udah datang.

^_^
“Assalamualaikum.” Ucap Ka denny sambil menyalami kami satu persatu.
“Maaf ka de telat, harus ada yang diurus dulu, ayuk kita mulai mentoringnya..”
Mentoring dengan ka denny sangat mengasyikkan. Beliau selalu menceritakan cerita-cerita yang inspiratif. Selain itu kita bebas untuk curhat dalam hal apapun.
Setelah selesai, tiba-tiba ia membisikkan sesuatu ke Erlan (ketua kelompok mentoring), “Ana jadi ketua pelaksana ka? Insya Alloh ka, ana jalankan amanah dengan baik.”

^_^
Kamar Bayu, malam hari jam 20.00.
Aku tak mengerti kenapa pikiranku selalu inget ke Nurul. Padahal tadi pas mentoring udah diingetin dengan ka denny, bahwa sibukkan diri dengan kebaikan, jika tidak maka akan disibukkan dengan maksiat. Ya Alloh.. apa aku salah jatuh cinta? Aku kan belum jadi apa-apa. Apa yang harus aku lakukan ya Alloh..

^_^
Kamar Beni, di waktu yang sama.
Senyum nurul masih melintas di pikirannya. Wajahnya yang teduh, jilbabnya yang lebar, otaknya yang cerdas, sungguh wanita idaman. Teringat tausiah ka denny tadi siang, “Sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholeha. Jadi mohonlah kepada Alloh agar diberikan pendamping yang sholeha.”
Tiba-tiba ia membuka kembali kertas yang ia tulis saat menjaga warung kemarin. Ia baca kembali doanya dengan penghayatan yang khusyu’
Ya Alloh aku mohon..
Ya Alloh jika nurul jodohku, maka pertemukan aku di saat waktu yang tepat.
Jika ia bukan jodohku, maka buat ia jadi jodohku ya Alloh..

^_^
Malam itu, hati bayu dan beni sedang terkena virus merah jambu. Kadang, bayu membuka tirai jendela kamarnya, sedangkan beni sibuk membaca ulang doa yang ditulisnya. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk mengadu kepada Alloh. mereka bangun di sepertiga malam, kemudian ia panjatkan doanya agar bertemu dengan pendamping yang sholeha.
Ya Alloh pertemukan hamba dengan pendamping yang sholeha…

^_^
Paginya.
Sebuah sms masuk dari Erlan, ketua kelompok mentoringnya.
“Assalamualaikum. Sahabatku yang baik. Ada kabar gembira buat temen-temen semua. Besok siang kita ada syuro perdana mentoring sebagai panita walimahan Ka Denny dengan Nurul Handayani yang tinggal dua bulan lagi. Ditunggu di asy-syifa jam 13.00. syukron. Jzk.”
Membaca sms itu Bayu dan Beni kaget. Waaah. “Apaa..? Ka Denny nikah dengan Nurul…”
Hiks.

2 komentar:

  1. Ya Alloh aku mohon..
    Ya Alloh jika nurul jodohku, maka pertemukan aku di saat waktu yang tepat.
    Jika ia bukan jodohku, maka buat ia jadi jodohku ya Alloh..

    #lucu akh... apalagi cerita penutupnya ^^

    BalasHapus