Bayu
mematutkan dirinya di depan cermin sepulang sekoah. Dipandanginya dengan bangga
wajah oval miliknya. Rahang kokoh, lintangan alis tebal, kata orang, “Seperti
sorot mata pemimpin”. Belahan dagu yang menghias wajahnya membuat Bayu semakin
percaya diri. Dipandanginya lagi tubuh 170 cm itu dari ujung rambut hingga
jempol kaki. Badannya sungguh tegap, hasil fitness
rutin sepekan sekali. Kulit coklat yang mengesankan. Macho man!
Ia terus memandangi dirinya,
sesekali tersenyum sendiri. cermin ini tak mungkin berbohong. Apa yang kurang
dariku? Aku tampan! Harta lebih dari cukup. Ayahku yang pejabat BUMN itu
bahkan memberikan Honda Jazz untuk
berangkat sekolah. Prestasi? Dalam bidang akademik aku selalu lima besar di
kelas. Setidaknya itu membuktikan kalau aku cukup cerdas. Bahkan, aku ikut dua
kursus bahasa sekaligus. Kursus Bahasa Inggris LIA dan Bahasa Arab di Al-Manar.
Hebat kan? Untuk non akademik, aku mewakili sekolah sebagai perwakilan OSN
Matematika tingkat provinsi. Apa lagi? Religi? Aku aktivis Rohis di sekolah.
Intensitas kehadiranku pada mentoring pekanan cukup membanggakan. Aku jarang
absen pada Ka Denny, kakak mentoringku.
Dalam berpakaian pun aku selalu
rapi, terkesan necis malah. Harga tasku saja tak kurang dari Rp. 400 ribu. Apa
lagi? Perfect bukan!
Bayu melompat ke atas kasur spring bednya. Bahagia sekaliii.
Ia membaca puisi singkat yag ditulisnya siang tadi saat syuro (rapat)
Cinta!!
Wajahmu begitu
menyejukkan hatiku
Walau
engkau berada di balik hijab, tap hatiku merasa dekat.
Apakah kita
memang ditakdirkan Allah berjodoh?
Kasih,
adakah kau rasa sebagaimana aku merasa?
Bayu, yang lagi ke GR-an dengan dirinya itu tersenyum
sendiri. Didekapnya puisi cinta itu dalam dadanya. Membuka kembali memoar indah
sewaktu syuro rohis tadi siang.
^_^
Cerita Beni,
waktu yang sama.
Sore ini lagi-lagi aku harus jaga warung. Kesel! Masa baru
pulang sekolah langsung disuruh kerja? Emang aku enggak punya kerjaan lain apa?
Kapan mau ngerjain PR? Kapan mau dapet rangking bagus? Kan malu, kelompok
mentoringku, anak-anaknya juara di kelas masing-masing. Sedangkan aku? Matematika,
fisika, biologi, harus ikut remedial semua, hiks. Jangan tanya pelajaran kimia,
nasibnya ga jauh beda. Tambah lagi gurunya superkiller, udah pelajarannya
susah, gurunya nyebelin, makin jadi deh.
“Assalamu’alaikum.”
“Eh..eh.. ukhti nurul, walaikumussalam. Mau beli apa?”
“Cabe keritingnya masih ada, akh?”
“Ada, berapa?”
“Dua ribu aja.”
Duh, kenapa ya setiap melihat nurul, dadaku berdegup tak
beraturan? Dia memang cantik, pintar, mantan ketua keputrian Rohis. Ia tetanggaku,
hanya berselang beberapa rumah dari rumahku. Nurul, putrid Kiai Solihin, Imam
Masjid di kampungku. Melihat jalannya yang tenang, jilbabnya yang lebar,
senyumnya. Subhanalloh.
“Udah belum akh cabenya?”
“Eh iya, ini. Tiga ribu kan?”
“Ko tiga ribu, dua ribu aja.”
“Oh ya maaf, ini cabenya.”
“Syukron akh. Assalamu’alaikum.”
“Walaikumussalam.”
Aduuh, ko bengong sih? Bikin malu aja. Ya Alloh.. inikah
jodohku?? Kenapa hatiku berdesir melihat wajah nurul… tiba-tiba ia menulis
sebuah doa di sebuah kertas.
Ya Alloh
aku mohon..
Ya Alloh jika nurul jodohku, maka pertemukan aku di saat
waktu yang tepat.
Jika ia bukan jodohku, maka buat ia jadi jodohku ya Alloh..
Hati Beni terasa lebih tenang. Ah, bayangan nurul masih saja
melintas di pikirannya.
“Beni.. buruan mandii..” teriakan ibunya tiba-tiba
menghilangkan lamunannnya.
^_^
Cerita Bayu,
menjelang mentoring.
Ka Denny, kakak mentoringku sedang menuju ke Mushola
Asy-Syifa (Mushola sekolahku). Ia alumni sekolahku, dan sekarang masih aktif
mengisi mentoring di sekolah. Sembari menunggu, biasanya aku diskusi bareng
temen-temen. diskusi sini lebih tepatnya bercanda, karena lebih banyak
cerita-ceritanya, hhe.
Tiba-tiba dari balik ruang kelas IPA 2, Nurul melintas
bersama temannya. Tampaknya ia sedang menuju kantin untuk makan siang. Subhanalloh.
Sepertinya kelompok mentoringku cuek aja. Cuma Beni yang terlihat mencuri-curi
pandang. Menyebalkan! Masa anak rohis enggak Ghadul Bashar (menjaga pandangan). Awas ya kalo macem-macem dengan
nurul! Batinku.
Eh ka denny sudah datang.
^_^
Cerita Beni
di waktu yang sama.
Mushola Asy-Syifa selalu nyaman buatku. Disana selalu menjadi
tempat yang asyik buat mentoring. Selalu aja ada candaan teman-teman yang membuat
ukhuwah semakin indah.
Tiba-tiba di balik ruang kelas IPA 2, Nurul melintas bersama
temannya. Wah sungguh wanita sholiha, wajahnya teduh sekali. Teringat kembali
obrolan saat belanja di warung kemarin.
Seluruh kelompok mentoringku cuek aja ketika Nurul melintas. Kecuali
Bayu yang sedang mencuri-curi pandang. Heran! Masa anak rohis yang ga Ghadul
Bashar. Awas kalo macem-macem ke Nurul! Batinku.
Eh ka denny udah datang.
^_^
“Assalamualaikum.” Ucap Ka denny sambil menyalami kami satu
persatu.
“Maaf ka de telat, harus ada yang diurus dulu, ayuk kita
mulai mentoringnya..”
Mentoring dengan ka denny sangat mengasyikkan. Beliau selalu
menceritakan cerita-cerita yang inspiratif. Selain itu kita bebas untuk curhat
dalam hal apapun.
Setelah selesai, tiba-tiba ia membisikkan sesuatu ke Erlan (ketua
kelompok mentoring), “Ana jadi ketua pelaksana ka? Insya Alloh ka, ana jalankan
amanah dengan baik.”
^_^
Kamar Bayu,
malam hari jam 20.00.
Aku tak mengerti kenapa pikiranku selalu inget ke Nurul. Padahal
tadi pas mentoring udah diingetin dengan ka denny, bahwa sibukkan diri dengan
kebaikan, jika tidak maka akan disibukkan dengan maksiat. Ya Alloh.. apa aku
salah jatuh cinta? Aku kan belum jadi apa-apa. Apa yang harus aku lakukan ya
Alloh..
^_^
Kamar Beni,
di waktu yang sama.
Senyum nurul masih melintas di pikirannya. Wajahnya yang
teduh, jilbabnya yang lebar, otaknya yang cerdas, sungguh wanita idaman. Teringat
tausiah ka denny tadi siang, “Sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholeha. Jadi
mohonlah kepada Alloh agar diberikan pendamping yang sholeha.”
Tiba-tiba ia membuka kembali kertas yang ia tulis saat
menjaga warung kemarin. Ia baca kembali doanya dengan penghayatan yang khusyu’
Ya Alloh
aku mohon..
Ya Alloh jika nurul jodohku, maka pertemukan aku di saat
waktu yang tepat.
Jika ia bukan jodohku, maka buat ia jadi jodohku ya Alloh..
^_^
Malam itu, hati bayu dan beni sedang terkena virus merah
jambu. Kadang, bayu membuka tirai jendela kamarnya, sedangkan beni sibuk
membaca ulang doa yang ditulisnya. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk
mengadu kepada Alloh. mereka bangun di sepertiga malam, kemudian ia panjatkan
doanya agar bertemu dengan pendamping yang sholeha.
Ya Alloh
pertemukan hamba dengan pendamping yang sholeha…
^_^
Paginya.
Sebuah sms masuk dari Erlan, ketua kelompok mentoringnya.
“Assalamualaikum. Sahabatku yang baik. Ada kabar gembira buat
temen-temen semua. Besok siang kita ada syuro perdana mentoring sebagai panita
walimahan Ka Denny dengan Nurul Handayani yang tinggal dua bulan lagi. Ditunggu
di asy-syifa jam 13.00. syukron. Jzk.”
Membaca sms itu Bayu dan Beni kaget. Waaah. “Apaa..? Ka Denny
nikah dengan Nurul…”
Hiks.
Ya Alloh aku mohon..
BalasHapusYa Alloh jika nurul jodohku, maka pertemukan aku di saat waktu yang tepat.
Jika ia bukan jodohku, maka buat ia jadi jodohku ya Alloh..
#lucu akh... apalagi cerita penutupnya ^^
suka
BalasHapus