Aku sangat
merindukanmu, mungkinkah rinduku berbalas??
Dulu saat
kau masih kecil, engkau rajiin sekali membacaku. Engkau sangat asyik dengan
diriku, belajar membaca dan mempelajariku, aku sangaat senaaang. Selesai membaca
engkau sering kali mencium dan memelukku.
Kini, kau
tempatkan aku di tempat yang nyaman, namun itu menyiksaku karena kau jarang
bercengkrama denganku. Kau lebih sibuk berlama-lama dengan handphone atau
bermain facebook.
Aku benar-benar
sangat irii dengan HP dan gadgetmu. Ke mana pun kau pergi, mereka selalu kau
bawa. Saat di rumah pun kau asyik dan rela berlama-lama dengan mereka. Sementara
aku, tetap kau abaikan. Padahal, sibuk di depan handphone atau berlama-lama main
facebook belum tentu memberi manfaat dan berpahala. Ya Alloh..
Ketahuilah,
saat kau bercengkerama denganku, ketika engkau berlama-lama denganku, setiap
hurufku memberi satu kebaikan dan memberikan 10 kali lipat pahala walau mungkin
kau tahu maknanya. Bahkan, saat kau terbata-bata untuk membaca, kau justru mendapatkan
dua pahala. Pahala membacaku dan pahala karena kau kesulitan membacanya.
Siapa yang
berpegang teguh kepadaku, ia tak akan tersesat. Tapi mengapa kau merasa tak
bersalah saat jarang menyapaku? Kau malau bila belum membaca buku atau novel bestseller, tapi mengapa kau tak merasa
malu sedikit pun belum selesai membacaku? Aku ada bukan untuk kau simpan di lemarimu,
tetapi seharusnya kau simpan di hatimu. Tapi bagaimana mungkin aku bersemayam
di hatimu, bila kau jarang membacaku?
Aku dipelajari
bukan hanya ketika kau kecil, tetapi seharusnya setiap waktu. Mengapa? Karena aku
ini pedoman hidupmu. Aku bukanlah “mainan” yang hanya kau baca saat kau kecil. Aku
ada juga bukan hanya sekadar alat sumpah ketika pelantikan jabatan. Aku ada
juga bukan hanya sekedar menjadi mas kawin saat kau menikah. Bukan pula hanya
untuk kau ingat saat ada kematian di keluargamu.
Mengapa hidupmu
kacau? Mengapa kau sering jenuh? Mengapa hidupmu sering gelisah? Mengapa kau
sering berani berbuat maksiat? Mengapa kau banyak tak mengerti ketentuan Tuhanmu?
Itu karena kau jarang bercengkerama denganku.
Demikianlah suratku
untukmu, semoga kau mengerti keluhan dan deritaku. Sehingga kau tidak akan
merugi saat kau pulang ke kampong akhirat.
Yang rindu
kepadamu, Al-Quranul Karim.
Terinspirasi
dari Sebuah Buku berjudul “ON” yang ditulis Pak Jamil Azzaini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar