Aku ingin kembali
menuliskan sebuah artikel tentang seseorang yang begitu banyak berjasa bagi
hidup kita. Tulisan ini juga terinspirasi dari Majalah Tarbawi dengan tema “Karena
Kita Salah Memahami, Keinginan Ibu yang Sederhana” Mudah2an manfaat :D
Ibu. Dialah sosok
yang paling dekat dengan kita. Tapi meskipun paling dekat, tidak semua isyarat
batinnya mampu kita baca. Tidak semua kehendaknya kita mengerti. Tidak semua
maksudnya mampu kita pahami. Padahal dialah sumber semangat dan motivasi. Dialah
pangkal keselamatan. Dialah berkah kebahagiaan. Ridho Alloh ada dan seirama
dengan ridhonya. Murka Alloh juga seiring dengan murkanya. Maka, kita harus
selalu berusaha untuk memahami dia, dari semua sisi, agar kita mampu untuk
lebih berbakti demi mengharapkan keberkahan hidup bersamanya.
Memahami, Tak Ada Perhatian Kita yang Mampu
Membalas Pengorbanannya
Alloh Swt
adalah Dzat Pemberi segala kenikmatan yang kita terima di dunia ini. Demikian pula
kedua orangtua kita, mereka adalah nikmat yang begitu besar dari-Nya untuk
kita. Lewat mereka, tercurah pula jasa dan karunia kepada kita yang tak
terhingga.
Kita hendaknya
menyadari bahwa bagaimana pun kesungguhan kita untuk berbuat baik kepada mereka
demi membalas semua jerih payah mereka, tentu tak akan terbalas. Semua kebaikan
yang kita berikan padanya, tidak akan pernah mencukupi dibandingkan dengan
kasih sayang yang telah mereka berikan kepada kita. Khususnya kasih sayang yang
diberikan ibu kita.
Sebuah kisah
yang diceritakan Ibnul Jauzi, Umar melihat seorang laki-laki menggendong ibunya
dengan cara diikat di punggungnya. Lelaki itu melakukan hal tersebut sembari
mengelilingi Ka’bah dan bergumam, “Aku membawa ibuku dan dialah yang membawa
diriku di waktu aku masih kecil. Dialah yang menyusuiku dengan air susunya
beberapa kali.” Subhanalloh!
Memahami bahwa
bakti dan pengorbanan kita tak akan pernah bisa membalas kebaikan ibu, semoga
bisa menyadarkan kita untuk selalu memahami dan menyelami keinginannya.
Memahami, Bersama Ibu maka Alloh Lebih
Dekat dengan Kita
Kita tentu
sadar, bahwa sebagai manusia kita banyak melakukan dosa dan kesalahan, yang
mengharuskan kita untuk juga banyak beristighfar dan bertaubat kepada-Nya
setiap saat. Tapi yang mungkin tidak kita sadari adalah, bahwa ternyata Alloh
Swt menyediakan sarana jawaban dari istighfar dan taubat tersebut, yaitu
kehadiran ibu di sisi kita. Meski mungkin kehadirannya tidak secara fisik,
karena jarak yang memisahkan kita.
Memahami, Kebersamaan Kita dengan Ibu Tidak
Selamanya
Di dunia
ini, tak akan pernah kita temukan cinta kasih melebihi cinta kasih sayang yang
diberikan oleh ibu, tak ada cinta setulus seorang ibu. Kasih sayang dan
cintanya tak akan pernah bisa tergantikan. Perjuangan dan pengorbanannya selalu
ikhlas dan tulis. Doanya memberi kesejukan dan keselamatan. Tapi berapa lamakah
kita bisa merasakan itu semua? Tak lama, pasti.
Masa kecil
kita telah berlalu. Dan setelah itu tak pernah lagi kita bisa merasakan
lembutnya dekapannya. Masa remaja kita mungkin telah usai. Dan sesudah itu kita
tak lagi pernah mendengar omelan cintanya. Kini kita telah dewasa, dan ibupun
telah tampak tua dan lemah.
Di dunia
ini, tak akan pernah kita temukan cinta kasih seindah cinta kasih seorang ibu. Adz
Dzahabi rahimahumullah menguraikan, “Ibumu
telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan yang serasa sembilan
tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan
nyawanya. Dia telah menyusui dengan air susunya, dan ia hilangkan rasa
kantuknya karena menjagamu. Dia bersihkan kotoranmu dengan tangan kanannya, dia
utamakan dirimu atau dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuannya
sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikanmu semua kebaikan, dan apabila kamu
sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan luar biasa dan kesedihan yang
panjang, dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu, dan
seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya
kamu hidup dengan suara yang paling keras.
Betapa banyak
kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik. Dia selalu
mendoakanmu agar mendapat petunjuk, baik di dalam sunyi maupun di tempat
terbuka. Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua rena, engkau jadikan
dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu. Engkau kenyang dalam keadaan
dia lapar. Engkau puas dalam keadaan dia haus. Engkau mendahulukan berbuat baik
kepada istri dan anakmu daripada ibumu. Engkau lupakan semua kebaikan yang
pernah dia perbuat. Begitu berat rasanya bagimu memeliharanya, padahal itu
adalah urusan yang mudah….”
Begitulah jati
diri seorang ibu. Dia selalu siap memberikan segalanya buat anaknya, bahkan
memberikan nyawa sekalipun. Maka pahamilah itu, dan pahami pula bahwa kita
tidak akan selamanya akan bersama dia. Suatu saat nanti, kita akan berpisah
dengannya. Untuk sementara atau untuk selamanya. Andai saat ini kita belum
mampu memberikan yang terbaik untuknya, maka jangan sampai
keinginan-keinginannya yang sederhana pun gagal kita penuhi karena kegagalan
kita memahaminya.
Jangan pernah
menolak satu kehendak dari ibu, sepanjang kehendak itu tak bertentangan dengan
syariat Alloh, meski mungkin ada rasa berat dalam dada kita. Jangan pernah kita
menolak suatu pemberian darinya meski mungkin sangat sederhana dan tak bernilai
di mata kita, sebab boleh jadi itu adalah pemberiannya terakhir.
Memahami, Ibu telah Berusaha Memahami Kita
Sepenuh Jiwa
Seperti itulah
ibu kita. Dia tidak saja siap berkorban untuk anaknya, tapi dia juga selalu
memahami keinginan kita dan tahu memberi solusi serta jalan keluar dari setiap
keinginan itu. Seperti sebuah kisah di zaman dahulu tentang seorang anak yang
ingin menuntut ilmu di sebuah negeri yang jauh, tapi tak memiliki kendaraan dan
biaya perjalanan menuju negeri yang dituju. Ibunya yang mengerti semangat
anaknya rela banting tulang menjadi tukang cuci pakaian dan pencari rumput
untuk ternak para tetangganya, demi mendapatkan jumlah uang untuk membeli
seekor kuda tunggangan serta biaya pakaian dan bekal selama di perjalanan.
Wajarlah jika
Alloh memberi kedudukan yang istimewa bagi seorang ibu, karena pengorbanannya. Dia
berfirman, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai
empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri.” (QS. Al-Ahqaf: 15)
Cintailah orang
tua kita. Terutama ibu kita. Pahami cara dia memahami kita. Agar kita juga
mampu memahami dia, terlebih ketika usianya yang tak lagi muda dan fisiknya tak
lagi lincah. Doakanlah selalu di sholat tahajud kita, di setiap waktu yang
mustajab untuk kebaikan orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang,
betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan
akan diberikannya pada kita.
Ya Alloh
jadikan disisa umur kami, bisa menjadi jalan kebahagiaan, kemuliaaan bagi kedua
orang tua kami, aamiin.
Mudah-mudahan
manfaat. Wallohu’alam bisshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar