Sebelum aku
pergi meninggalkan kampung halamanku, aku diajak orangtuaku untuk pergi ke
pesantren yang sering dikunjungin oleh kedua orangtuaku. Aku kira pesantren ini
pesantren NU. Yang pengajarnya lulusan dari pesantren kampung. Ternyata...
Dugaanku salah.
Pesantren ini adalah pesantren yang diasuh oleh Ustadz lulusan Madinah. Pesantrennya
sudah modern. Tidak kampungan seperti yang aku bayangkan.
Kalo dilihat
dari jadwal harian di pesantren itu, ada jadwal tetap untuk learning english. Benar-benar
difokuskan untuk belajar bahasa inggris. Ayahku pernah cerita, saat itu sedang
berkunjung, dan santri-santrinya sedang ngobrol pake bahasa inggris. Masya Allah.
Saat itu,
alhamdulillah bisa ketemu dengan pengasuh (Ustadz) di pesantren itu. Nama
pesantrennya: “Al-Aqsa Boarding School”. Sang ustadz memberikan nasehat yang
sangat berharga saat itu:
“Bapak, ibu kalo
kita hidup ikhlas, insya Allah hati kita plong aja. Ga akan ngerasa berat. Ga akan
ngerasa kurang. Tugas kita adalah terus belajar memperbaikin kewajiban. Kewajiban
kita sebagai hamba Allah. Kewajiban kita sebagai orangtua. Kewajiban kita sebagai
anak dari orangtua kita. Udah bener belum sholat kita. Coba deh kita perbanyak
tafakur. Banyak merenung atas diri kita. Kebanyakan orang-orang saat ini sibuk
ngurusin orang lain. Sibuk ngurusin hal yang gak penting.
Ustadz punya
cerita. Cerita ini dialamin oleh ustadz sendiri. Jadi ustadz nanggung beban
hutang keluarga. Sebesar 150juta. Waktu itu bulan Juli 2015. Yang nagih hutang
hampir setiap hari nanya. Ustadz saat itu juga ga bisa bayar. Ga tahu caranya
gimana buat ngelunasin hutang itu. Cuman ustadz yakin aja bakal bisa lunas. Ini
soal keimanan, soal keyakinan atas pertolongan Allah.
Akhirnya ustadz
jawab ke orang yang nagih hutang ini: ‘Assalamualaikum wr.wb. Dengan izin
Allah. Dengan ridha Allah. Lahaula walaquwata illa billah. Insya Allah akan
dibayar, dilunasi hutanng ini bulan Desember ini.’
Setiap ditagih
selalu jawabnya itu: ‘Assalamualaikum wr.wb. Dengan izin Allah. Dengan ridha
Allah. Lahaula walaquwata illa billah. Insya Allah akan dibayar, dilunasi
hutanng ini bulan Desember ini.’
Dengan izin
Allah. Dengan ridha Allah. Pasrah bener-bener. Ga tahu jalannya darimana. Cuman
yakin aja bisa dibayar. Sampai bulan november Allah kasih rezeki sebesar
25juta. Cuman gaji guru, gaji tukang yang kerja di pesantren harus dibayar. Akhirnya
uang itu sepenuhnya digunakan untuk biaya pesantren. Istri saya bilang, ‘Pak uang
itu kan buat bayar hutang?’ Ustadz jawab: ‘Bu, kayaknya pesantren lebih butuh
dibandingkan kita.’
Pasrah lagi
ke Allah. Minta lagi ke Allah. Sampai akhirnya Allah kasih jawaban atas doa
ustadz. Saat itu tanggal 10desember. Ada orang yang nelpon ustadz. Cuman karena
ustadz sibuk, jadi ga bisa diangkat telponnya. Orang itu berkali-kali nelpon,
cuman ustadz ga jawab-jawab. Akhirnya orang itu sms, ‘Ustadz tolong jawab
telpon saya.’ Karena ustadz kira ini urusan penting, akhirnya ustadz telpon
orang itu.
Orang itu bilang,
‘Ustadz saya boleh ga ngasih uang 150 atau 200juta ke ustadz?’ Masya Allah. ‘Pak,
saya akan nerima berapa aja dari bapak.’ Masya Allah. Akhirnya hutang itu lunas
pak, ibu.
Tugas kita
cuman benerin lagi kewajiban kita. Benerin lagi sholat kita. Benerin lagi
tahajud, tilawah Quran kita. Nanti Allah kasih pertolongannya.”
Diakhir ceritanya
Ustadz mengutip ayat di Al-Quran surat Ath-Thalaq: 2-3, “Wamayyatikillah yaj’allahu makhroja. Wayarzukhu min haitsu laa yah
tasib.” “Barangsiapa bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya
rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.”
Masya Allah.
Alhamdulillah. Pertemuan singkat itu bener-bener membuatku yakin, bahwa Allah
selalu menolong hamba-Nya yang selalu bertawakal. Pasrah kepada Allah. Pasrah bukan
berarti menyerah kepada takdir. Pasrah adalah mengerahkan usaha terbaik kita,
dan hati selalu yakin pertolongan Allah.
Jazakalloh khoir
ustadz nasehat yang manfaat bagi saya dan keluarga. Semoga Allah selalu
memberkahi urusan ustadz. Dan mengumpulkan kita semua di dalam surga-Nya Allah.
Aamiin ya rabb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar