Senin, Oktober 07, 2013

Rihlah Yuuk!



“Akh antum udah siap kan jadi murobbi?” tiba-tiba Ustadz Syakir bertanya padaku ketika sedang menulis catatan Tarbiyah.

“Yang bener ustadz? Apa ana bisa ya? Rasanya ga pantes ustadz -_-” jawabku dengan memelas.
“Ana yakin antum pasti bisa!” jawab Ustadz Syakir dengan mantap.
Ah, apa boleh buat. Oh ya perkenalkan, namaku Edwin. Lengkapnya Edwin Iskandar. Aku sekarang kuliah di kampus ternama di Jakarta semester lima. Tugas Aktivis Dakwah di kampus kalo sudah ngaji dua tahun, wajib untuk menjadi murobbi untuk mahasiswa baru. Padahal aku kan masih perlu belajar. Ibadah pun suka ga becus. Pemahaman agama masih sangat kurang. Tapi murobbiku selalu mengingatkan ‘Dengan menjadi murobbi dapat meningkatkan pemahaman agama kita’. Dengan segala kerelaan akhirnya aku mengiyakan tugas yang diberikan Ustadz Syakir untuk menjadi murobbi. Bismillah..

^_^

“Adik-adik kita buka ya al-Qur’annya, buka surat al-baqarah ayat ke-150.” Ajakku ketika aku mengajar ngaji.
“Ka, saya ga bawa al-Qur’an..” kata Zaky salah satu peserta ngaji..
“Gimana atuh ko ga bawa al-Qur’an sih, kita kan mau ngaji.”
“Iya ka, maaf ka. Namanya manusia, suka lupa ka.”
“Iya iya kaka maafin, tolong Ridho bacanya bareng Zaky ya!” saranku.
“Iya ka Edwin.”
Sudah dua bulan aku mengisi halaqah. Diawal rasanya ragu, apakah aku bisa atau tidak? Namun seiring waktu, akhirnya aku menikmati profesi baruku: Murobbi. Berusaha memperbaiki diri dengan menjadi murobbi. Aku sekarang mengisi halaqah yang berisikan delapan orang dengan tipikal yang berbeda, ada ridho yang udah rajin ngajinya, zaky yang suka pelupa, edo yang banyak banget organisasinya, luthfi yang suka main game, bayu yang rajin jahilin orang, ahmad yang murah senyum, indra yang suka naik gunung, dengan diki yang rajin banget belajar. Semua memiliki keunikan masing-masing.
“Ka, sekali-kali kita rihlah kenapa ka? Bosen ka ngaji terus. Sekali-kali perlu refreshing dong ka. Rekreasi ke mana kek. Itu kan juga penyegaran ruhani.” Saran indra yang suka banget naik gunung.
“Ide bagus tuh. Ada saran mau kemana?” tanyaku kepada peserta.
“Ke pantai aja ka.” Ajak Indra.
“Ke kebon binatang aja ka sambil ketemu saudara.” Ajak Bayu yang suka jahilin temen.
“Huuuu..”
“Baiknya kita ke pantai aja. Tapi pantai apa ya?” tanyaku lagi.
“Pantai sawarna aja ka. Pantainya katanya cakep banget. Ada karang-karangnya, pasirnya putih. Pokoknya T.O.P dah!” jawab Indra dengan mantap.
“Emang kamu pernah kesana?” Bayu sangsi.
“Belum sih. Tapi temanku udah dan aku lihat fotonya. Cakep kok..” rajuk Indra.
Akhirnya kita sepakat dengan usul Indra. Kita akan berangkat hari sabtu berkumpul di basecamp jam enam. Katanya tempatnya lumayan jauh. Rugi kalau telat. Jadi harus berangkat pagi-pagi supa bisa puas di sana.

^_^
Hari sabtu. Jam enam tepat. Semua sudah berkumpul di basecamp. Lengkap dengan bawaan masing-masing. Zaky centil sekali. Dia pake T-Shirt pink, dengan topi bunda lebar di kepala. Beruntung kulitnya putih, tidak terlalu norak. Diki dan ridho mengenakan kemeja lengan pendek. Edo mengenakan jaket organisasi kebanggaannya dengan tulisan dibelakangnya “Organisasi Yes, Kuliah Oke!”. Luthfi, ahmad dan bayu kompak mengenakan T-shirt yang keren, dengan merek Polo. Dan Indra menggunakan kaos kebanggannya dengan merek eiger.
“Yuuk cabut! Ibu baik sekali. Kita dikasih bekal banyak. Tuh di bagasi. Pokoknya kita kenyang dan puas.” Ucap Indra yang memiliki Ibu yang baik hati.
“Siip mengirit oi!” Anak-anak pada seneng.
Kita ber-9 berangkat menggunakan mobil pinjaman. Yang bertugas sebagai sopir Edo karena dia yang paling tahu jalannya.
Perjalanan ke pantai sawarna ternyata menyenangkan karena sepanjang jalan asyik ngobrol dengan tebak-tebakan yang lucu.
“orang, orang apa yang jatuh malah senang?” tanyaku kepada adik ngajiku yang kucintai.
“orang jatuh nemu duit.” Jawab ahmad.
“Ah salah.. yang lain?” tanyaku lagi.
Sejenak semua pada mikir.
“Pada ga tahu ya?? Jawabannya orang lagi jatuh cinta, hahahaha.”
Semua pada teriak, “Huuuu..”
“Putih, hitam, merah, apaan hayooo??” sekarang diki yang ngasih pertanyaan.
“Bendera Belanda kali..” jawab ridho.
“Salah.. yang bener Zebra habis dikerokin, hahahaha”
Semua pada teriak, “Huuuu..”
Tanpa terasa perjalanan sudah hampir sampai.
“Wow! Hampir sampai! Tuh, garis pantainya udah kelihatan!” teriak luthfi.
Semua mengarahkan pandang ke luar. Subhanalloh. Memang indah! Pantainya benar-benar landai dengan pasir putih. Bersih, tanpa sampah berserakan di atasnya. Karang-karang yang artistic, seolah menjadi hiasan indah di sela-selanya.
“Kenapa pantai seindah ini sepi pengunjung ya?” tanya zaky.
“Jauh ky. Dan angkutan umum yang sampai ke sini sedikit sekali.” Jawab edo.
Akhirnya semua anak-anak pada asyik berenang. Main dorong-dorongan, ciprat-cipratan, sewa ban, main rumput laut. Emang bener kata Sahabat Umar, kita jadi tahu karakter orang sebenarnya setelah kita melakukan perjalanan jauh bersamanya.
Menjelang tengah hari akhirnya kita kembali ke gubuk. Lapar. Wah, ibu edo emang baik banget. Selain nasi lengkap dengan lauk-pauk, ada semangka satu gelundung, coca-cola satu botol besar, es di termos, kue-kue… komplit. Bayu sampai kekenyangan.
“Sholat dimana nih?” tanya Ridho celingukan mencari mushola.
“Aduuuh, ntar dulu. Perutku kaku nih.” Bayu terlentang sambil memegangi perutnya.
“Dasar rakus. Makanlah ketika lapar, dan berhentilah sebelum kenyang.” Ridho menasihati. “Kamu nih, makan biar pun belum lapar, berhenti setelah kekenyangan.”
“Numpang di warung aja. Kayaknya enggak ada mushola. Cuma bangunan kayak aula itu.” Tunjuk edo menunjuk suatu ruangan.
Subhanalloh. Lain sekali rasanya shalat di alam terbuka. Di tengah hembusan sepoi angin pantai, diiringi gemuruh ombak, sesekali kelepak sayang burung, membuat khusyuk lebih mudah hadir. Betapa kecilnya manusia. Lalu, mengapa kita suka melupakan Alloh yang Maha Agung?
Setelah sholat. Aku mengajak tadabur ayat. Kali ini aku mengajak membuka surat al-imron ayat ke 190-191.
“190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
“Adik-adikku yang kakak cintai karena Alloh, orang yang paling bahagia dalam hidupnya bukanlah orang yang diberikan banyak harta, bukan juga orang yang diberikan jabatan, orang yang paling bahagia dalam hidupnya adalah orang yang selalu inget ke Alloh. Orang yang beriman ia selalu nikmat, tenteram hidupnya. Karena ketika ia dapat ujian, ia inget Alloh, lalu ia bersabar. Ketika ia dapat nikmat, ia inget Alloh, lalu ia bersyukur. Mudah-mudahan kita dijadikan orang-orang yang selalu inget ke Alloh.”
Perjalanan rihlah ini membuat kami memiliki semangat baru. Komitmen baru. Semangat untuk memperbaiki diri. Mudah-mudahan Alloh mengekalkan ikatan kami. Aamiin.

Note:
Murobbi: Guru Ngaji.
Rihlah: Jalan-jalan.
Ana: Saya.
Antum: Kamu.
Halaqah: Mentoring.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar