“Akh antum udah siap
kan jadi murobbi?” tiba-tiba Ustadz Syakir bertanya padaku ketika sedang
menulis catatan Tarbiyah.
“Yang bener ustadz? Apa
ana bisa ya? Rasanya ga pantes ustadz -_-” jawabku dengan memelas.
“Ana yakin antum pasti
bisa!” jawab Ustadz Syakir dengan mantap.
Ah, apa boleh buat. Oh ya
perkenalkan, namaku Edwin. Lengkapnya Edwin Iskandar. Aku sekarang kuliah di
kampus ternama di Jakarta semester lima. Tugas Aktivis Dakwah di kampus kalo
sudah ngaji dua tahun, wajib untuk menjadi murobbi untuk mahasiswa baru. Padahal
aku kan masih perlu belajar. Ibadah pun suka ga becus. Pemahaman agama masih
sangat kurang. Tapi murobbiku selalu mengingatkan ‘Dengan menjadi murobbi dapat
meningkatkan pemahaman agama kita’. Dengan segala kerelaan akhirnya aku
mengiyakan tugas yang diberikan Ustadz Syakir untuk menjadi murobbi. Bismillah..
^_^
“Adik-adik kita buka ya
al-Qur’annya, buka surat al-baqarah ayat ke-150.” Ajakku ketika aku mengajar
ngaji.
“Ka, saya ga bawa
al-Qur’an..” kata Zaky salah satu peserta ngaji..
“Gimana atuh ko ga bawa
al-Qur’an sih, kita kan mau ngaji.”
“Iya ka, maaf ka. Namanya
manusia, suka lupa ka.”
“Iya iya kaka maafin,
tolong Ridho bacanya bareng Zaky ya!” saranku.
“Iya ka Edwin.”
Sudah dua bulan aku
mengisi halaqah. Diawal rasanya ragu, apakah aku bisa atau tidak? Namun seiring
waktu, akhirnya aku menikmati profesi baruku: Murobbi. Berusaha memperbaiki
diri dengan menjadi murobbi. Aku sekarang mengisi halaqah yang berisikan
delapan orang dengan tipikal yang berbeda, ada ridho yang udah rajin ngajinya,
zaky yang suka pelupa, edo yang banyak banget organisasinya, luthfi yang suka
main game, bayu yang rajin jahilin orang, ahmad yang murah senyum, indra yang
suka naik gunung, dengan diki yang rajin banget belajar. Semua memiliki
keunikan masing-masing.
“Ka, sekali-kali kita
rihlah kenapa ka? Bosen ka ngaji terus. Sekali-kali perlu refreshing dong ka. Rekreasi
ke mana kek. Itu kan juga penyegaran ruhani.” Saran indra yang suka banget naik
gunung.
“Ide bagus tuh. Ada saran
mau kemana?” tanyaku kepada peserta.
“Ke pantai aja ka.” Ajak
Indra.
“Ke kebon binatang aja
ka sambil ketemu saudara.” Ajak Bayu yang suka jahilin temen.
“Huuuu..”
“Baiknya kita ke pantai
aja. Tapi pantai apa ya?” tanyaku lagi.
“Pantai sawarna aja ka.
Pantainya katanya cakep banget. Ada karang-karangnya, pasirnya putih. Pokoknya T.O.P
dah!” jawab Indra dengan mantap.
“Emang kamu pernah
kesana?” Bayu sangsi.
“Belum sih. Tapi temanku
udah dan aku lihat fotonya. Cakep kok..” rajuk Indra.
Akhirnya kita sepakat
dengan usul Indra. Kita akan berangkat hari sabtu berkumpul di basecamp jam
enam. Katanya tempatnya lumayan jauh. Rugi kalau telat. Jadi harus berangkat
pagi-pagi supa bisa puas di sana.
^_^
Hari sabtu. Jam enam
tepat. Semua sudah berkumpul di basecamp. Lengkap dengan bawaan masing-masing. Zaky
centil sekali. Dia pake T-Shirt pink, dengan topi bunda lebar di kepala. Beruntung
kulitnya putih, tidak terlalu norak. Diki dan ridho mengenakan kemeja lengan
pendek. Edo mengenakan jaket organisasi kebanggaannya dengan tulisan
dibelakangnya “Organisasi Yes, Kuliah Oke!”. Luthfi, ahmad dan bayu kompak mengenakan
T-shirt yang keren, dengan merek Polo. Dan Indra menggunakan kaos kebanggannya
dengan merek eiger.
“Yuuk cabut! Ibu baik
sekali. Kita dikasih bekal banyak. Tuh di bagasi. Pokoknya kita kenyang dan
puas.” Ucap Indra yang memiliki Ibu yang baik hati.
“Siip mengirit oi!”
Anak-anak pada seneng.
Kita ber-9 berangkat
menggunakan mobil pinjaman. Yang bertugas sebagai sopir Edo karena dia yang
paling tahu jalannya.
Perjalanan ke pantai
sawarna ternyata menyenangkan karena sepanjang jalan asyik ngobrol dengan
tebak-tebakan yang lucu.
“orang, orang apa yang jatuh
malah senang?” tanyaku kepada adik ngajiku yang kucintai.
“orang jatuh nemu duit.”
Jawab ahmad.
“Ah salah.. yang lain?”
tanyaku lagi.
Sejenak semua pada
mikir.
“Pada ga tahu ya?? Jawabannya
orang lagi jatuh cinta, hahahaha.”
Semua pada teriak, “Huuuu..”
“Putih, hitam, merah,
apaan hayooo??” sekarang diki yang ngasih pertanyaan.
“Bendera Belanda kali..”
jawab ridho.
“Salah.. yang bener
Zebra habis dikerokin, hahahaha”
Semua pada teriak, “Huuuu..”
Tanpa terasa perjalanan
sudah hampir sampai.
“Wow! Hampir sampai! Tuh,
garis pantainya udah kelihatan!” teriak luthfi.
Semua mengarahkan
pandang ke luar. Subhanalloh. Memang indah! Pantainya benar-benar landai dengan
pasir putih. Bersih, tanpa sampah berserakan di atasnya. Karang-karang yang artistic,
seolah menjadi hiasan indah di sela-selanya.
“Kenapa pantai seindah
ini sepi pengunjung ya?” tanya zaky.
“Jauh ky. Dan angkutan
umum yang sampai ke sini sedikit sekali.” Jawab edo.
Akhirnya semua
anak-anak pada asyik berenang. Main dorong-dorongan, ciprat-cipratan, sewa ban,
main rumput laut. Emang bener kata Sahabat Umar, kita jadi tahu karakter orang sebenarnya
setelah kita melakukan perjalanan jauh bersamanya.
Menjelang tengah hari
akhirnya kita kembali ke gubuk. Lapar. Wah, ibu edo emang baik banget. Selain nasi
lengkap dengan lauk-pauk, ada semangka satu gelundung, coca-cola satu botol
besar, es di termos, kue-kue… komplit. Bayu sampai kekenyangan.
“Sholat dimana nih?”
tanya Ridho celingukan mencari mushola.
“Aduuuh, ntar dulu. Perutku
kaku nih.” Bayu terlentang sambil memegangi perutnya.
“Dasar rakus. Makanlah ketika
lapar, dan berhentilah sebelum kenyang.” Ridho menasihati. “Kamu nih, makan
biar pun belum lapar, berhenti setelah kekenyangan.”
“Numpang di warung aja.
Kayaknya enggak ada mushola. Cuma bangunan kayak aula itu.” Tunjuk edo menunjuk
suatu ruangan.
Subhanalloh. Lain sekali
rasanya shalat di alam terbuka. Di tengah hembusan sepoi angin pantai, diiringi
gemuruh ombak, sesekali kelepak sayang burung, membuat khusyuk lebih mudah
hadir. Betapa kecilnya manusia. Lalu, mengapa kita suka melupakan Alloh yang
Maha Agung?
Setelah sholat. Aku mengajak
tadabur ayat. Kali ini aku mengajak membuka surat al-imron ayat ke 190-191.
“190. Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
“Adik-adikku yang kakak cintai karena
Alloh, orang yang paling bahagia dalam hidupnya bukanlah orang yang diberikan
banyak harta, bukan juga orang yang diberikan jabatan, orang yang paling
bahagia dalam hidupnya adalah orang yang selalu inget ke Alloh. Orang yang beriman
ia selalu nikmat, tenteram hidupnya. Karena ketika ia dapat ujian, ia inget
Alloh, lalu ia bersabar. Ketika ia dapat nikmat, ia inget Alloh, lalu ia
bersyukur. Mudah-mudahan kita dijadikan orang-orang yang selalu inget ke Alloh.”
Perjalanan rihlah ini membuat kami
memiliki semangat baru. Komitmen baru. Semangat untuk memperbaiki diri. Mudah-mudahan
Alloh mengekalkan ikatan kami. Aamiin.
Note:
Murobbi: Guru Ngaji.
Rihlah: Jalan-jalan.
Ana: Saya.
Antum: Kamu.
Halaqah: Mentoring.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar