“Semakin tua umur
kita, semakin kita ingin mandiri dari orangtua..”
Pernyataan diatas merupakan cerminan kita terhadap orangtua. Dan
kini sekarang yang aku rasakan. Aku dilahirkan sebagai anak pertama dari empat
bersaudara. Adik-adikku pun sudah semakin besar. Adikku yang pertama, Wildan
Ahmadi, sekarang beliau Kuliah di Trisakti Jakarta. Adikku yang kedua, Wulan
Maulida, sekarang beliau duduk di kelas 3 SMA dan sebentar lagi akan kuliah
menuju kampus impiannya di Bandung. Dan adikku yang terakhir, Wafa Addini,
beliaulah yang akan setia menemani Ayah dan Bunda di Serang, beliau masih duduk
di kelas empat SD.
Semakin tua umur kita, semakin kita ingin mandiri dari
orangtua. Aku sudah tinggal sendiri (ga bareng orangtua) sejak duduk di kelas
dua SMA. Saat itu aku dititipkan dengan tanteku di Bandarlampung. Mulai dari
sinilah kemandirianku di didik. Nyuci baju, nyuci piring, nyapu kamar, ngepel
kamar, beresin kamar, ngatur keuangan, ngatur jadwal antara sekolah dan
organisasi, dan juga urusan yang lain. Awal-awal belajar hidup mandiri
benar-benar masa yang sulit bagiku. Karena biasanya segala urusanku diurus
mbokku yang membantu di rumah. Seakan culture
shock when I must life by myself.
Semakin tua umur kita, semakin kita ingin mandiri dari
orangtua. Seiring perjalanan hidup aku mulai bisa mengatur urusanku. Walaupun terkadang
masih banyak hal yang diingatkan oleh tanteku. Namun hidup adalah proses. Alloh
melihat dari proses kita berbuat dan bekerja. Saat pekan-pekan pertama aku
hidup mandiri, aku selalu di telpon, di sms perihal aktivitas yang aku lakukan.
Jaga sholat, jaga kesehatan, rajin belajarnya, rajin minum madu, rajin
olahraga, banyak makan buah, jangan terlalu sibuk dengan organisasi, dan lain
sebagainya.
Semakin tua umur kita, semakin kita ingin mandiri dari
orangtua. Aku masih teringat jelas ketika aku memasuki awal-awal kuliah. Orangtuaku
mengajak ke mal untuk beli perabotan yang aku perlukan. Lemari buku, sprei
kasur, hanger, detergen, susu milo, dan masih banyaaak hal lainnya. “Bener udah
cukup nih?” tanya ibuku. “Ya Insya Alloh, kalo belum cukup kan masih bisa beli
sendiri bunda.”
Semakin tua umur kita, semakin kita ingin mandiri dari
orangtua. Perjalanan waktu membuat kita semakin dewasa. Karena kesibukkan yang
semakin padat, aku jadi jarang ngasih kabar ke orangtua. Hanya waktu weekend
aja, itupun kalo ingat, masya Alloh. Sampai aku mengalami suatu kejadian. Saat itu
pukul 9malam, aku masih berada di transjakarta busway, ingin menuju kosan. Saat
itu aku duduk di samping bapak tua yang membawa tas besar. Saat itu aku tidak
sengaja melihat handphonenya yang berisi sms dari anaknya, kira-kira isinya
seperti ini. “Papah sayang apa kabar? Maapin teteh ya udah banyak salah selama
ini. Papah udah dimana sekarang? Papah hati-hati di jalan yaa.” Ternyata beliau
berencana untuk berkunjung ke rumah anaknya di daerah Jawa Barat. Aku tiba-tiba
menangis membaca sms itu. Ya Alloh, kenapa aku jarang sekali memberi kabar
kepada orangtuaku? Di sms itu tertera kata ‘sayang’ seakan memberikan curahan
cintanya untuk papahnya. Subhanalloh. Segera saat itu aku langsung sms ke
Bunda, “Bunda sayang apa kabar? Alhamdulillah aak dalam keadaan baik disini.” Berharap
mendapat balasan segera dari Bundaku. Alhamdulillah, baru besok siangnya beliau
membalas. “Alhamdulillah kabar bunda baik ak. Jaga kesehatan ya.”
Semakin tua umur kita, semakin kita ingin mandiri dari
orangtua. Masih ingat sekali pesan Bunda padaku, “Aak ini sekarang udah sibuk
banget dengan kegiatannya. Jarang banget sms ke bunda, menanyakan kabar atau
nelpon sebentar buat keluarga. Bunda ga mau nanti kalo aak udah berkeluarga,
aak lupa dengan ayah bunda..” membaca sms itu rasanya jleeeb banget. Aku ga
bisa bales smsnya. Setiap kata-kata yang bunda sms, aku simpan baik-baik di
inbox hpku. Ya Alloh, ampuni hamba yang masih banyak salah kepada orangtuaku.
Sebaiknya, semakin bertambah umur kita, semakin kita dekat
dengan orangtua kita.
Kita gak mungkin selamanya bisa ketemu dengan orangtua. Kemungkinan
yang paling besar adalah orangtua kita bakalan lebih dulu pergi daripada kita. Orangtua
kita bakalan meninggalkan kita, dan jika hal itu terjadi, kita tidak akan bisa
berbakti lagi kepada orangtua kita.
Kawan, sesungguhnya terlalu perhatiannya orangtua kita adalah
gangguan terbaik yang pernah kita terima. Bersyukurlah karena Alloh masih
memberikan kedua orangtua yang selalu sayang kepada kita.
Ya Alloh, jadikan disisa umur kami bisa menjadi jalan
kebahagiaan, kemuliaan bagi kedua orangtua kami. Jadikan akhir hayatnya husnul
khotimah Ya Alloh. jadikan kami menjadi anak-anak yang sholeh-sholeha agar
menjadi penerang bagi akhirat kedua orangtua kami.
Ya Alloh, Engkaulah yang Maha Baiik, berikanlah kebaikan yang
banyak kepada kedua orangtua kami. Mudahkanlah segala urusannya, berkahilah
segala aktivitasnya, dan karuniakanlah rezeki yang luas lagi berkah Ya Alloh.
Ya Alloh, hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu
kami memohon pertolongan. Kabulkanlah doa kami, Ya Alloh, Ya Mujiib. Aamiin Ya
Robbal ‘alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar