Selasa, Januari 28, 2014

Orangtuaku: Idolaku, Inspirasiku



 “Semakin tua umur kita, semakin kita ingin mandiri dari orangtua..”

Pernyataan diatas merupakan cerminan kita terhadap orangtua. Dan kini sekarang yang aku rasakan. Aku dilahirkan sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Adik-adikku pun sudah semakin besar. Adikku yang pertama, Wildan Ahmadi, sekarang beliau Kuliah di Trisakti Jakarta. Adikku yang kedua, Wulan Maulida, sekarang beliau duduk di kelas 3 SMA dan sebentar lagi akan kuliah menuju kampus impiannya di Bandung. Dan adikku yang terakhir, Wafa Addini, beliaulah yang akan setia menemani Ayah dan Bunda di Serang, beliau masih duduk di kelas empat SD.
Semakin tua umur kita, semakin kita ingin mandiri dari orangtua. Aku sudah tinggal sendiri (ga bareng orangtua) sejak duduk di kelas dua SMA. Saat itu aku dititipkan dengan tanteku di Bandarlampung. Mulai dari sinilah kemandirianku di didik. Nyuci baju, nyuci piring, nyapu kamar, ngepel kamar, beresin kamar, ngatur keuangan, ngatur jadwal antara sekolah dan organisasi, dan juga urusan yang lain. Awal-awal belajar hidup mandiri benar-benar masa yang sulit bagiku. Karena biasanya segala urusanku diurus mbokku yang membantu di rumah. Seakan culture shock when I must life by myself.
Semakin tua umur kita, semakin kita ingin mandiri dari orangtua. Seiring perjalanan hidup aku mulai bisa mengatur urusanku. Walaupun terkadang masih banyak hal yang diingatkan oleh tanteku. Namun hidup adalah proses. Alloh melihat dari proses kita berbuat dan bekerja. Saat pekan-pekan pertama aku hidup mandiri, aku selalu di telpon, di sms perihal aktivitas yang aku lakukan. Jaga sholat, jaga kesehatan, rajin belajarnya, rajin minum madu, rajin olahraga, banyak makan buah, jangan terlalu sibuk dengan organisasi, dan lain sebagainya.
Semakin tua umur kita, semakin kita ingin mandiri dari orangtua. Aku masih teringat jelas ketika aku memasuki awal-awal kuliah. Orangtuaku mengajak ke mal untuk beli perabotan yang aku perlukan. Lemari buku, sprei kasur, hanger, detergen, susu milo, dan masih banyaaak hal lainnya. “Bener udah cukup nih?” tanya ibuku. “Ya Insya Alloh, kalo belum cukup kan masih bisa beli sendiri bunda.”
Semakin tua umur kita, semakin kita ingin mandiri dari orangtua. Perjalanan waktu membuat kita semakin dewasa. Karena kesibukkan yang semakin padat, aku jadi jarang ngasih kabar ke orangtua. Hanya waktu weekend aja, itupun kalo ingat, masya Alloh. Sampai aku mengalami suatu kejadian. Saat itu pukul 9malam, aku masih berada di transjakarta busway, ingin menuju kosan. Saat itu aku duduk di samping bapak tua yang membawa tas besar. Saat itu aku tidak sengaja melihat handphonenya yang berisi sms dari anaknya, kira-kira isinya seperti ini. “Papah sayang apa kabar? Maapin teteh ya udah banyak salah selama ini. Papah udah dimana sekarang? Papah hati-hati di jalan yaa.” Ternyata beliau berencana untuk berkunjung ke rumah anaknya di daerah Jawa Barat. Aku tiba-tiba menangis membaca sms itu. Ya Alloh, kenapa aku jarang sekali memberi kabar kepada orangtuaku? Di sms itu tertera kata ‘sayang’ seakan memberikan curahan cintanya untuk papahnya. Subhanalloh. Segera saat itu aku langsung sms ke Bunda, “Bunda sayang apa kabar? Alhamdulillah aak dalam keadaan baik disini.” Berharap mendapat balasan segera dari Bundaku. Alhamdulillah, baru besok siangnya beliau membalas. “Alhamdulillah kabar bunda baik ak. Jaga kesehatan ya.”
Semakin tua umur kita, semakin kita ingin mandiri dari orangtua. Masih ingat sekali pesan Bunda padaku, “Aak ini sekarang udah sibuk banget dengan kegiatannya. Jarang banget sms ke bunda, menanyakan kabar atau nelpon sebentar buat keluarga. Bunda ga mau nanti kalo aak udah berkeluarga, aak lupa dengan ayah bunda..” membaca sms itu rasanya jleeeb banget. Aku ga bisa bales smsnya. Setiap kata-kata yang bunda sms, aku simpan baik-baik di inbox hpku. Ya Alloh, ampuni hamba yang masih banyak salah kepada orangtuaku.
Sebaiknya, semakin bertambah umur kita, semakin kita dekat dengan orangtua kita.
Kita gak mungkin selamanya bisa ketemu dengan orangtua. Kemungkinan yang paling besar adalah orangtua kita bakalan lebih dulu pergi daripada kita. Orangtua kita bakalan meninggalkan kita, dan jika hal itu terjadi, kita tidak akan bisa berbakti lagi kepada orangtua kita.
Kawan, sesungguhnya terlalu perhatiannya orangtua kita adalah gangguan terbaik yang pernah kita terima. Bersyukurlah karena Alloh masih memberikan kedua orangtua yang selalu sayang kepada kita.

Ya Alloh, jadikan disisa umur kami bisa menjadi jalan kebahagiaan, kemuliaan bagi kedua orangtua kami. Jadikan akhir hayatnya husnul khotimah Ya Alloh. jadikan kami menjadi anak-anak yang sholeh-sholeha agar menjadi penerang bagi akhirat kedua orangtua kami.
Ya Alloh, Engkaulah yang Maha Baiik, berikanlah kebaikan yang banyak kepada kedua orangtua kami. Mudahkanlah segala urusannya, berkahilah segala aktivitasnya, dan karuniakanlah rezeki yang luas lagi berkah Ya Alloh.
Ya Alloh, hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan. Kabulkanlah doa kami, Ya Alloh, Ya Mujiib. Aamiin Ya Robbal ‘alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar