Ada satu prinsip yang diajarkan di pesantren daarut tauhiid,
yaitu: Belajar dan berlatih tiada henti. Ya, prinsip inilah yang harus kita
tanam dalam hidup. Bukan hanya di ruang kelas, atau bangku kuliah saja kita
belajar namun bisa didapatkan dari manapun. Dan salah satu kegiatan belajar
adalah dengan membaca.
Membaca bukan hanya di depan buku atau membaca suatu artikel.
Makna membaca lebih luas dari hal itu. Melalui tulisan ini, ingin sedikit aku
berbagi tentang “3 Hal Yang Harus Kita Baca” yang disampaikan Ustadz Hari
Sanusi dalam kegiatan di Pesantren Daarut Tauhiid Jakarta.
Yang pertama,
Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kitab yang sungguh indah. Berisikan petunjuk
hidup kita di dunia dan akhirat. Alloh berfirman: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS.
Al-Baqarah: 185). Alloh menurunkan kitab yang sungguh terjaga orisinalitasnya.
Alloh berfirman: “Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Alloh memberikan pahala di setiap membacanya. Alloh menaikkan
derat bagi siapa saja yang mempelajarinya, menghafalkannya, dan juga
mengamalkannya. Namun sayang, kadang kita hanya berinteraksi dengan Al-Qur’an
hanya sebatas membacanya, tidak mau mentadaburinya. Alloh berfirman: “Maka apakah mereka tidak
memperhatikan (mentadaburi) Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari
sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.”
(QS. An-Nisa: 82)
Alloh memberikan kemudahan dalam Al-Qur’an untuk kita pelajari,
Alloh berfirman: “Dan
sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang
yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17)
Ada targetan yang ingin aku tunaikan dalam berinteraksi
dengan Al-Qur’an. Yaitu membaca tafsir Al-Qur’an hingga khatam. Mudah-mudahan
satu tahun ini bisa terselesaikan. Aamiin.
Hal yang kedua yang
musti kita baca, yaitu keadaan. Menempatkan posisi sesuai tempatnya, itu
merupakan salah satu dari membaca keadaan. Kita bisa memprioritaskan mana yang
penting dan mana yang tidak penting. Salah satu prakteknya, misalnya ketika mau
dateng ke pengajian. Maka bersikaplah yang pantas, mulai dari pakaian yang
dikenakan, hati yang lurus hanya mengharap ridho Alloh.
Alloh berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali
Imron: 189-191)
Hal yang ketiga
yang musti kita baca, yaitu diri sendiri. Setiap orang itu unik, special dari
Alloh. Kakak beradik saja sifatnya berbeda. Jangankan kakak beradik, saudara
kembar saja bisa jadi sifatnya berbeda. Dan setiap kita harus bisa membaca diri
kita sendiri. Ada cerita lucu, ketika Ustadz Hasan (panggilan Ust. Hari Sanusi)
bertanya kepada santri di SMP, “Baca diri?” tanya beliau. “Baca apa ustadz?”
tanya santri. “Baca diri?” beliau ulangi lagi. Kemudian dengan polos santri itu
menjawab, “Kentut.” Sontak semuanya tertawa. Ternyata ada behind story nya. “Jadi
gini ustadz. Saat berada di kamar asrama, saat itu aku ga tahan buat kentut. Akibat
kentut itu semua temen-temen pada kebauan. Dan saling menuduh. ‘kamu yang
kentut ya? hayo ngaku’ dalam hati bisa saja menolak mengatakan tidak. Tapi kejadian
itu membuat galau hatiku, milih ngaku bakal disorakin temen-temen, atau milih
pura-pura ga tahu tapi Alloh Maha Melihat. Akhirnya aku milih ngaku.”
Membaca diri banyak yang beranggapan intropeksi diri. Melakukan
perenungan atas sikap yang telah kita lakukan dan berusaha untuk memperbaikinya
setahap demi setahap. Sering kali kita disibukkan dengan tren-tren masa kini. Lagi
ngehits boyband, semua tertarik ke boyband. Lagi ngehits film korea, semua
tertarik kesana. Lalu dimana diri kita sebenarnya?
Orang-orang yang sudah menemukan passion dirinya, maka ia akan fokus di bidangnya. Ada yang suka
menulis, maka ia akan bersungguh-sungguh membuat karya yang bagus, bukan hanya
bagus tapi juga manfaat bagi orang lain. Orang yang jago seni, ia akan membuat
karya yang seni yang luar biasa dan karyanya tersebut bermanfaat bagi Islam. Orang
yang sudah menemukan jati dirinya, tidak akan diombang ambing dengan tren masa
kini. Ia akan sibuk mengasah dirinya agar hari ke hari semakin baik. Orang yang
sudah mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya. Dan orang yang sudah kenal
dan dekat dengan Tuhannya, maka ia adalah orang yang beruntung.
Tiga hal inilah yang harus kita baca. Mungkin sederhana, tapi
prakteknya sungguh sulit. Namun Alloh melihat dari setiap prosesnya. Apakah kita
bersungguh-sungguh atau hanya bermain-main saja. Semoga Alloh menolong kita
agar menjadi hamba yang selalu bersungguh-sungguh di jalan Alloh. Aamiin ya
Robbal ‘alamiin.
Wallohu’alam bisshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar