Jumat, Oktober 28, 2016

Pelopor Kebaikan

Di dunia ini selalu ada dua kutub yang seringkali sulit untuk bertemu satu sama lain. Meski sebenarnya, jarak keduanya tidaklah teramat jauh dan bahkan kerap berdekatan. Hanya saja, di antara kedua kutub ini berdiri dinding tebal, besar dan tinggi yang memisahkan.

Mereka yang berada di balik kedua dinding itu, satu sisi tak mampu mendaki ketinggiannya, sisi lain takut menuruni lembah yang curam. Satu pihak tak punya daya menghancurkan dindingnya, pihak lain tak ingin tangannya terluka, meski memiliki kekuatan untuk memecah ketebalan pemisah itu.

Si kaya dan si miskin adalah dua kutub yang seringkali tak bertemu meski jarak keduanya bisa saja sangat dekat bahkan berdampingan. Di sekitar rumah-rumah mewah, banyak berdiri gubuk reot dan rumah-rumah yang nyaris roboh. Penghuninya, janda tua, fakir miskin atau anak-anak yatim. Keduanya sering bertemu, tapi tak saling mengenal. Kerap berjalan beriringan, yang satu berjalan kaki, satu lainnya melintas cepat dengan mobil mewahnya.

Ada orang-orang yang tengah diuji dengan berbagai kesulitan, sementara di seberang lainnya terdapat orang-orang yang selalu mendapat atau memiliki segala kemudahan dalam hidup. Semestinya keduanya bisa bertemu, agar yang mendapat kesulitan bisa terbantu.

Tidak sedikit orang-orang yang hidup dalam kekurangan, sedangkan di pihak lain tidak sedikit pula mereka yang berkelebihan. Bukan karena yang kelebihan ini serakah dan tak berkenan berbagi kelebihannya kepada yang kekurangan. Dinding tebal dan tinggi kerap menghalangi langkah mereka menuju tempat-tempat yang kekurangan.

Begitu pula dengan soal makanan, ada orang-orang yang masih kelaparan di negeri ini. Namun ada pula yang terpaksa membuang makanannya karena berlebih atau bahkan kekenyangan. Bukan lantaran mereka senang makan berlebihan, atau punya kebiasaan membuang-buang makanan. Mereka hanya tak tahu dimana bersembunyi orang-orang yang kelaparan yang seharusnya mendapat bagian dari rezeki yang mereka punya.

Orang-orang yang terkena bencana, bukan tidak ada yang mau membantu atau memberikan sumbangan untuk meringankan penderitaannya. Sebenarnya, dermawan banyak bertebaran di berbagai tempat dan siap membantu, hanya saja mereka sering tak tahu dimana bencana itu terjadi dan bagaimana menyalurkan kedermawanannya.

Dua kutub lainnya, adalah orang-orang yang memiliki keterbatasan akses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan sehingga sering dianggap orang-orang bodoh dan malas belajar. Padahal mereka hanya perlu dipertemukan dengan orang yang punya banyak buku-buku masih bermanfaat namun teronggok di gudang-gudang penyimpanan barang bekas. Ada yang bingung harus membeli lemari baru karena jumlah pakaiannya terus bertambah, sementara yang lain mengenakan pakaian yang itu-itu saja setiap hari.

Ada anak-anak yang kelebihan berat badan, ada pula yang kurang gizi. Ada yang bersekolah di gedung sekolah mewah berfasilitas lengkap dan modern, ada pula yang gedung sekolahnya nyaris roboh. Ada yang bingung tak punya sepatu, ada lagi yang bingung memilih sepatu. Ada yang mudah mengeluarkan uang seratus ribu rupiah, ada pula yang harus berdarah-darah untuk mendapatkan seribu rupiah.

Mudah mempertemukan dua kutub ini sepanjang ada orang-orang yang merelakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk menjadi relawan. Mereka yang mau mendaki terjalnya tebing, memanjat tingginya dinding, menempuh perjalanan jauh, menerjang badai, angin, terik matahari serta gelap dan dinginnya malam, merelakan pundaknya menampuk beban guna menjadi perantara kebaikan.

Sebisa mungkin kita menjadi pelopor dan pelaku kebaikan, menjadi relawan itu pun sebuah kebaikan yang tak semua orang mau melakukannya. Namun ia juga berperan sebagai perantara orang yang memerlukan pertolongan dengan yang ditolong, orang yang kelebihan dengan yang kekurangan, antara mereka yang ingin berderma dengan mereka yang layak mendapat derma. Mereka juga menjadi penunjuk jalan bagi orang lain untuk menyampaikan sendiri kepeduliannya.

Tanyakan kepada mereka yang sudah menjalaninya, ada yang ingin berhenti menjadi perantara kebaikan? (Bayu Gawtama)

Selasa, Oktober 18, 2016

Aku ingin bertaubat!

Beribu pelajaran udah kamu dapetin. Tapi jujur, kamu ga akan dapat apa-apa dari ilmu itu kalo kamu ga amalin. Ilmu itu akan sia-sia. Manusia tempatnya khilaf. Tapi, please! Jangan khilaf terus.

Kalo kamu teruus mikirin dunia, kamu bakal ngeluh terus. Sebaliknya kalo kita inget Allah, inget akhirat, hidup kamu akan tenang terbimbing. Masya Allah.

Sekarang apa yang kamu ingin wujudkan? Aku ingin bertaubat. Sungguh-sungguh bertaubat. Ingin sekali sholat berjamaah 5 waktu di masjid. Ingin sekali terbiasa tilawah Quran 1 Juz. Ingin sekali selalu terbiasa menghafal Quran. Ingin menghidupkan sunnah sholat (tahajud, dhuha, hajat). Ingin sekali menjadi hamba yang ringan melakukan ibadah (sedekah, berbuat baik). Ingin sekali kerja profesional. Ingin pelan-pelan membangun usaha di manokwari. Ingin menulis buku yang inspiratif dan juga best seller. Ingin berbagi manfaat bagi sebanyak-banyak orang. Ingin memiliki akhlak yang baik kepada semua orang. Ingin sekali bisa selalu tenang dalam menghadapi masalah. Ingin bisa selalu berwajah ceria walaupun sedang kondisi sempit.

Ya Allah, hamba ingin menjadi hamba-Mu yang sungguh-sungguh bertaubat. Hamba ingin menjadi hamba-Mu yang selalu ingat kepada-Mu. Bantulah hamba Ya Allah. Semoga Allah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan dalam menjalani setiap langkah. Aamiin.

Minggu, Oktober 16, 2016

Apakah Makna Pernikahan?

Dalam buku Wonderful Husband, Pak Cahyadi Takariawan, menyampaikan makna pernikahan.

Pernikahan adalah akad untuk beribadah, akad untuk membangun rumah tangga sakinah, mawadah, wa rahmah.

Pernikahan adalah akad untuk saling mencintai, akad untuk saling menghormati dan menghargai, akad untuk saling membantu dan meringankan beban, akad untuk saling menasihati, akad untuk setia kepada pasangannya dalam suka dan duka, dalam kesulitan dan kesuksesan, dalam sakit dan sehat, serta dalam tawa dan air mata.

Pernikahan berarti akad untuk meniti hari-hari dalam kebersamaan, akad untuk saling melindungi, akad untuk saling memberikan rasa aman, akad untuk saling mempercayai, akad untuk saling menutupi aib, akad untuk saling mencurahkan perasaan, akad untuk berlomba menunaikan kewajiban, akad untuk mudah mengakui kesalahan, akad untuk saling meminta maaf, akad untuk saling memaafkan, akad untuk tidak menyimpan dendam dan kemarahan, serta tidak ketinggalan, akad untuk tidak mengungkit-ungkit kelemahan, kekurangan, dan kesalahan.

Pernikahan adalah akad untuk tidak melakukan pelanggaran, akad untuk meninggalkan kemaksiatan, akad untuk tidak saling menyakiti hati dan perasaan, akad untuk tidak saling menyakiti badan, akad untuk mesra dalam perkataan, akad untuk santun dalam pergaulan, akad untuk indah dalam penampilan, akad untuk sopan dalam mengungkapkan keinginan, akad untuk berlaku lembut kepada pasangan, akad untuk memberikan senyum termanis, juga akad untuk berlaku romantis dan selalu berwajah manis.

Pernikahan adalah akad untuk saling mengembangkan potensi diri, akad untuk adanya saling keterbukaan yang melegakan, akad untuk saling menumpahkan kasih sayang, akad untuk saling merindukan, akad untuk saling membahagiakan, akad untuk tidak adanya pemaksaan kehendak, akad untuk tidak saling membiarkan, akad untuk tidak saling mengkhianati, akad untuk tidak saling meninggalkan, termasuk akad untuk tidak saling mendiamkan.

Pernikahan juga bermakna akad untuk menebarkan kebajikan, akad untuk mencari rezeki yang halal dan thayib, akad untuk menjaga hubungan kekeluargaan, akad untuk berbakti kepada orangtua dan mertua, akad untuk mencetak generasi berkualitas, akad untuk siap menjadi bapak dan ibu bagi anak-anak, bahkan akad untuk membangun peradaban masa depan.

Pernikahan adalah akad untuk segala yang bernama kebaikan!

Mewujudkanmu (suara cerita)

Tidak semudah yang aku pikirkan...

https://soundcloud.com/suaracerita/mewujudkanmu

Wonderful

Kita tidak akan bisa menjadi sempurna. Namun aku akan berusaha yang terbaik. Insya Allah.

Kita tidak luput dari kesalahan. Sering lupa, egois, kurang perhatian, suka malas. Namun itu semua dapat diupayakan dengan usaha yang sungguh-sungguh. Sungguh-sungguh ingin memperbaiki diri. Menjadi hamba yang terbaik. Insya Allah.

Kalo kita masih suka telat sholat. Masih suka lalai. Masih sedikit kebaikannya. Cobalah paksakan diri untuk melakukan kebaikan! Paksakan diri untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik.

Usaha yang keras, dan berdoa sungguh-sungguh, insya Allah akan merubah keadaan menjadi lebih baik. Jangan pernah pesimis dengan kondisi saat ini. Masa depan adalah milik orang-orang yang beriman. Orang-orang yang dengan kesungguhannya, ingin menjadi hamba yang terbaik di hadapan Allah. Karena ia yakin, akan selalu ada Allah dalam setiap aktivitas. Karena ia yakin, barangsiapa yang menolong agama-Nya, Allah akan menolong pula urusannya.

Duhai Allah, jadikan hati kami menjadi hati yang selalu ingat kepada-Mu. Hati yang yakin dengan janji dan pertolongan-Mu.

Allohumma aini'ala dzikrika wasyukrika wahusni'ibadatik. aamiin.

Pengalaman

"Gapapa kan, kamu akan lebih banyak pengalaman disana." Kata seniorku yang dapat penempatan pulang ke kampungnya.

Rasanya denger nasihat dari orang seperti itu, males banget. Kenapa males? Dia ga pernah dapat pengalaman yang lebih keras dari yang aku alami.

Dia ga pernah ngerasain, betapa sulitnya berada di ujung timur sini. Ga ngerasain tiket mudik yang mahal banget. Hingga menghabiskan gaji + TK 2 bulan. Ga ngerasain tinggal di lingkungan baru. Lingkungan dengan budaya dan adat yang berbeda. Ga ngerasain betapa kerasnya dalam mendapatkan data. Harus ke pedalaman, ke distrik yang sangat jauh dengan menanggung resiko. Ya Allah..

Mungkin itu yang membuat dakwah kita gagal. Berbicara, namun tidak melakukan. Hanya teori, tapi ga praktek. Itu yang membuat dakwah kita gagal.

Bagi seorang Dai, haruslah menjadi teladan yang baik. Melakukan terlebih dahulu, sebelum memberikan nasihat. Memberikan contoh, sebelum mengajak. Indah sekali karakter seorang Dai.

Ibarat seorang enterpreneur, yang mengisi seminar. Ia didengar karena ia melakukan. Melakukan segala proses nya, jatuh bangun ia membuat usaha, hingga berhasil. Ia melakukan! Ia yang berjuang! Bukan hanya teori.

Kadang aku takut, memberi nasihat namun tidak sesuai dengan perbuatan. Semoga Allah memberikan kekuatan kepadaku untuk menjadi hamba yang konsisten. Sesuai antara perkataan dan tindakan. Nasihat yang baik, diiringi dengan teladan yang baik pula. Insya Allah.

Fitrah manusia jika dalam hidup, kadang suka mengeluh. Tapi melalui tulisan ini, aku berusaha meneguhkan hati untuk tetap berjuang disini. Tetap bertahan dengan kondisi sesulit apapun. Aku hanya perlu bekerja lebih keras. Lebih banyak melakukan kebaikan dengan ikhlas. Lebih banyak memohon pertolongan Allah.

Bukankah setiap doa dan usaha tidak ada yang disia-siakan oleh Allah? Semoga Allah selalu menjadi yang utama.

Sabtu, Oktober 15, 2016

Berjuang

Bagaimana rasanya tinggal jauuuh dari orangtua, dan tidak tahu lingkungan dituju, musti harus berangkat dengan terpaksa?

Bagaimana rasanya jika kamu merasa dizolimi, angkatanmu dibuang, angkatan selanjutnya kemudian disayang?

Bagaimana rasanya yaa?

Dan itu sedang aku alami, sudah mencoba neguhin hati disini, namun msh saja ada halangan bwt langkah selanjutnya..

Ya Allah...

Kuatkan hamba dalam menjalani setiap episode hidup yang Engkau berikan kepada kami.
Engkau Maha Baik, Maha Pengurus, tolonglah kami dalam setiap urusan kami.

"Maka sesungguhnya bersamakesulitan itu ada kemudahan, bersama kesulitan ada kemudahan." (Qs. Al-Insyiroh: 5-6)

Kamis, Oktober 13, 2016

Mengeja Nama

Pernahkah tiba-tiba kita menemukan nama yang rasanya seperti tidak ingin luput disertakan dalam bait-bait doa? Kita endapkan segala ingatan tentangnya. Kita eja pelan-pelan susunan namanya, sambil menyertakan kalimat,

“Bukalah mata hatinya. Tunjukilah ia pada jalan cahaya. Entah firasat atau apa, dia adalah orang yang baik, tulus, dan berjasa.”

Di lain waktu, ia sertakan pula nama yang lain dengan kalimat yang sedikit berbeda,

“Bukalah mata hatinya. Tuntun ia kembali pada jalan cahaya. Entah firasat atau apa, dia adalah orang yang sedang kebingungan saja.”

Kemudian di lain kesempatan, ia selipkan lagi sebuah nama yang berbeda dari sebelumnya. Permohonannya pun tak sama.

“Bukalah mata hatinya. Taburkan benih kesabaran dalam tiap pijaknya. Entah firasat atau apa, dia adalah orang yang siap berjuang bersama.”

Kemudian di akhir permohonan, ada satu nama yang sengaja diselipkannya pada baris terakhir. Dengan kalimat yang sedikit lebih panjang, ia memohon.

“Bukalah mata hatinya untuk mengenali sejatinya kebenaran. Jangan lepaskan ia barang sekejap mata. Himpun ia bersama para shalihin, entah pantas atau tidak. Sebab disadari betul amal shalihnya tak seberapa. Jika nama-nama yang telah diejanya berulang kali lebih dulu masuk Surga, sedangkan namanya sendiri justru tertinggal. Tolong, ingatkan satu saja dari sekian nama itu untuk kembali mengingatnya, agar Engkau berkenan menghimpunnya kembali bersama mereka.”

Tahukah bahwa nama terakhir adalah namanya sendiri? Si pengeja nama, yang entah namanya sendiri pernahkah dieja oleh nama-nama yang lebih dulu diendapkannya.

………………………………………………………………………….

Jadi, nama siapakah yang sering kau eja?

@laninalathifa

Allah lebih tahu

Allah hanya meminta kita taat, entah ketika sendiri maupun saat telah dibersamakan dengan seseorang. Kelak, akan ada masanya sebuah rasa bukan lagi sekadar isyarat. Bersabarlah, sedikit lagi. Jangan mudah meluluhlantakkan perasaanmu sendiri. Bukankah Allah lebih tahu kemanakah nantinya hati ini menetap?

Minggu, Oktober 09, 2016

Genggamlah dengan Iman

Mimpi-mimpimu akan aman jika digenggam dengan Iman. Ia tak akan membuatmu sembarangan dalam menentukan keputusan besar. Ia tak akan membuatmu galau dalam masa-masa berjuang. Ia akan menghantarkanmu dengan semangat yang besar dalam mengupayakan sebaik-baik perjuangan. Ia akan menuntun hatimu untuk patuh dan ikhlas pada setiap kehendak-Nya. Jika digenggam dengan iman, berhasil atau gagal tidak akan menjadi pelik yang dipersoalkan, karena keduanya akan menjadikanmu semakin taat dan mendekat kepada Sang Pemilik Keputusan.

Masa depanmu aman, jika digenggam dengan iman. Ia tak akan membuatmu khawatir atas pergantian waktu dan tahun yang nanti akan datang berdatangan. Ia tak akan mengiming-imingimu dengan dengan kebahagiaan yang nyatanya sekarang masih menjadi angan-angan. Ia akan membuat sikap percaya dan baik sangka menjadi mudah untuk dilakukan. Ia akan menuntun langkahmu untuk menyapa perubahan. Jika digenggam dengan iman, kekhawatiran diganti menjadi perjuangan, dan rasa takut berganti menjadi keikhlasan.

Genggamlah semuanya dengan iman. Semoga Allah menukar seluruh kekhawatiranmu dengan ketenangan, memudahkanmu dalam berjuang, dan mempertemukanmu dengan banyak pintu kebaikan. Aamiin.

Sabtu, Oktober 08, 2016

Bertumbuh

kamu tidak harus berubah. banyak orang memaksakan diri untuk berubah, ujung-ujungnya malah kembali kepada dirinya yang semula–dirinya yang penuh cela, yang ingin dia ganti.

tapi kamu harus bertumbuh. pilihlah untuk menjadikan masalah dan pengalaman sebagai pelajaran hidup yang membuat dirimu semakin ‘kaya’. biarkan rangkaian pelajaran itu membuat dirimu dipahamkan–mengubah dirimu.

tumbuhlah besar.
besar ilmumu, besar amalmu.
besar hatimu, bukan besar kepalamu.
besar cita-citamu, besar cintamu.
besar ikhtiarmu, besar tawakalmu.
besar ikhlasmu, sabarmu, syukurmu.

tumbuhlah dewasa.
kamu tak pernah terlalu muda untuk begitu.

@prawitamutia

Dewasa

seperti semakin tinggi pohon semakin besar angin yang menerpanya, seperti itulah kedewasaan hubungan dengan godaan dan ujiannya.

godaan dan ujian saat masih sendirian, tidak ada apa-apanya dibandingkan saat masa pinangan. 
godaan dan ujian saat masa pinangan, tidak ada apa-apanya dibandingkan saat sudah dalam pernikahan.

mereka yang menang adalah mereka yang mampu–
belajar dari ujian di belakang,
berjuang untuk ujian yang sekarang,
dan bersiap atas ujian yang akan datang.

kita akan menang–harus.
tugas kitalah belajar, berjuang, dan bersiap, di masa apapun kita sedang meninggali hidup kita.

juga kita akan bersyukur. 
bukan karena hubungan yang lebih dewasa, kita mendapat ujian yang lebih besar.
karena ujian lebih besar yang kita dapatlah, hubungan kita lebih dewasa.

@prawitamutia

Jumat, Oktober 07, 2016

Yakin!

Keyakinan itu dibangun, meskipun dengan perasaan takut. Tapi yakinlah kamu pasti bisa!

"Kakak yakin, adek pasti bisa. Coba deh!"
Kata Ka Nashar, kalo saya lagi cerita, terus nemuin hambatan.

Sebenernya kata-kata itu biasa aja. Tapi entah kenapa, itu bisa jadi penyemangat banget. Di tengah kegalauan, dan ketakutan ngadepin sesuatu, kadang kita hanya butuh sedikit penyemangat untuk terus bergerak.

Dan itu yang akhirnya bisa menggerakkan. Masya Allah.

"Aku yakin kok. Apapun yang terjadi, kita bisa sama-sama melewatinya. Jangan ragu. Jangan lihat kebelakang. Masa depan adalah milik orang-orang yang yakin. Yakin bahwa Allah Maha Baik. Allah Maha Menolong. Tidak akan mungkin melupakan hamba-hambanya yang beriman. Yakin! Yakin selalu dengan janji dan jaminan Allah. Insya Allah, tidak akan ada lagi keraguan, ketakutan, jika hati yakin kepada Allah."

Kamis, Oktober 06, 2016

Bersyukur

Kekayaan, kesejahteraan, ketenaran, kedudukan, itu semua nikmat yang diobral Allah kepada manusia. Namun, hanya orang-orang pilihan saja, yang diberi nikmat ketenangan dan kebahagiaan. Kamu bisa memilih jadi orang pilihan itu. Caranya? Banyaklah bersyukur :)

Rabu, Oktober 05, 2016

Tentang Bismillahmu

Ibu mengerti, nak.
sekarang kamu sudah mulai tumbuh dewasa.

kamu tau artinya mulai tumbuh dewasa? kamu mulai punya kekuatan. kekuatan–seperti ilmu, keinginan, mimpi-mimpi. kekuatan yang berarti, kamu mulai punya pilihan.

kamu tau artinya mulai tumbuh dewasa? kamu merasa cukup tau untuk menentukan jalan hidupmu–padahal belum sepenuhnya begitu. karena kamu belum melihat gambar besarnya. dan seringkali, kamu hanya memikirkan kebaikan dirimu sendiri.

kamu ingin memenuhi ambisimu, melampiaskan energi untuk “passion”-mu, kamu ingin ini itu. kamu percaya bahwa kamu memang tidak harus dapat banyak uang–yang penting bisa hidup. tapi kamu tak peduli, bagaimanapun caranya, mimpi-mimpimu harus terwujudkan.

Ibu mengerti itu.
tapi Allah tidak mengajarkan kita demikian, nak. Allah mengajarkan kita untuk menebar kebahagiaan bagi orang lain, sebelum kita. kita menyebut Ar Rahmaan terlebih dahulu, baru Ar Rahiim. kamu tau artinya?

Rahman adalah bentuk pemberian Allah pada semua manusia. nikmat kepada siapa saja. Rahiim tidak, hanya diberikan kepada Allah di akhirat. bagi segolongan manusia saja.

tebarlah kasih, niscaya kita mendapatkan sayang. bukan sebaliknya. menebar datang pertama. pikirkan bagaimana, setiap langkahmu membahagiakan lingkunganmu.

keberhasilan kamu tidak diukur dari seberapa banyak mimpimu terwujud, nak. tapi dari seberapa bahagia orang lain atas apa yang kamu lakukan.

apa yang kamu peroleh tidak diukur dari seberapa banyak uang yang kamu terima. tapi dari seberapa banyak kamu bisa bermakna bagi orang lain.

coba kamu renungkan. seberapa bermakna kamu untuk orang-orang lain itu–perusahaan tempat bekerjamu, teman-temanmu. bandingkan dengan seberapa bermakna kamu untuk Ibu dan Bapak. mereka bisa punya orang lain, Ibu dan Bapak tidak bisa punya anak lain.

Ibu juga pernah mengalami masa-masa ini, nak. kamu tau kenapa Ibu bisa seperti sekarang? sebab waktu teman-teman Ibu sibuk mengurusi teman-temannya, mengurusi dunianya sendiri, Ibu sibuk mengurus dan merawat orang tua Ibu.

orang yang berhasil adalah orang yang juga berbakti kepada kedua orang tuanya, nak. itu sudah pasti, tidak hanya yang tekun dan cerdas. itu yang tidak ditulis dalam buku-buku motivasi. tapi itu sunnatullah.

sebab orang tua yang bahagia dan ridho pada anaknya, menjadikan Allah tidak hanya mencurahkan Rahmaan-Nya, tetapi juga Rahiim-Nya.

renungkan bismillah-mu sebelum membuat keputusan ya, nak. sebab bentuk yang lebih tinggi dari memilih adalah bertanggung jawab

@prawitamutia

Menjadi..

MENJADI SUAMI
Penulis: Arham Rasyid

Menjadi suami adalah pekerjaan yang gampang-gampang susah, apalagi kalo status sudah naik menjadi ayah.
Berikut ini adalah hal-hal berdasarkan survey orang-orang terdekat yg secara subyektif perlu dipahami dan kalo perlu sebagian atau seluruhnya dipraktekkan dalam rangka mencapai makrifat suami kekinian :

1. Dulu hanya menyediakan bahu dan dada yg bidang untuk sandaran kaum hawa. Sekarang harus ditambah dengan tulang punggung yg kuat untuk tunggangan kaum bocah.
2. Dibutuhkan skill komunikasi verbal yg mumpuni berupa seribu satu macam pertanyaan serta nyanyi-nyanyian gak jelas untuk mencegah anak gak tertidur di atas motor
3. Say goodbye untuk film-film keren dari ganool, mediafire, dan sebangsanya. Seorang ayah harus siap foldernya dijajah video donlotan youtube seputar huruf hijaiyah, Upin Ipin atau Dodo dan Syamil.
4. Hampir pasti gak ada nobar moto GP bersama istri di rumah. Walaupun istri pegang Valentino Rossi dan suami pegang Marc Marquez, pemenangnya tetap Upin-ipin kalo anak pegang remot
5. Punya teknik retorika dan berkelit yg jitu untuk tamu-tamu tak diundang seperti tagihan tivi kabel, iuran, sumbangan, dan sales
6. Punya stok jawaban yg menyenangkan untuk istri atas pertanyaan seputar rasa masakan hingga ke berat badan, meskipun itu under pressure.
7. Punya keahlian origami dalam melipat kecil uang kertas untuk kemudian diselipkan di antara celah kartu-kartu dalam dompet. Ini adalah semacam dana cadangan yg lepas dari pengawasan istri sebagai otoritas jasa keuangan.
8. Harus paham jenis sayur, jenis ikan, dan perbedaan antara jahe, kunyit, dan lengkuas, untuk meminimalisir omelan gara-gara salah beli pesanan.
9. Harus ngerti yg mana warna benhur, tosca, dan burgundy. Ini dibutuhkan kalo istri adalah aktivis online shop
10. Ada skill-skill teknis yg gak pernah diajarkan oleh siapapun, semisal bagaimana meminimalisir air yg tumpah saat menuang galon, bagaimana memasukkan motor ke dalam rumah dengan injakan kaki boncengan gak nyangkut di kusen pintu, bagaimana dengan cepat membuka kaleng mentega atau sarden, bagaimana dengan cepat mencari ujung selotip yg melingkar pada tutup toples kue lebaran, atau bagaimana mengepaskan stok beras hingga tiba saat kembali gajian.
11. Kembali menekuni pelajaran sekolah dasar, update ilmu pengetahuan umum, serta hafalan ayat dan surah-surah pendek. Ini sangat dibutuhkan jika gak mau dipermalukan anak.
12. Dibutuhkan kesabaran level expert pada tiga waktu kebersamaan bareng istri, yaitu ketika menungguinya shopping, sesekali ketika mengemudikan kendaraan, dan ketika mencari alamat undangan yg gak valid.
13. Di awal pernikahan hanya ada dua masa yg terasa penting dan jadi perhatian yaitu masa lalu dan masa depan. Setelah banyak anak, masa yg lebih penting adalah masa subur.
14. Siapkan mental yg kuat dan jiwa yg strong di dua kesempatan, yaitu saat tanggal tua dan saat istri datang bulan. Jika istri datang bulannya pas di tanggal tua, ya wassalam.. siap-siap kelar hidup lo.
15. Dan terakhir, yg lebih utama dari semua poin di atas adalah seorang suami dan ayah kekinian harus mampu menerjemahkan begitu banyak penafsiran dari kata "terserah"

Mencintai Karena Allah

Ini adalah petikan dari tausiah Ustadz Felix Siauw. Beliau menyampaikan pesan tentang, "Cinta Karena Allah"

"Cinta karena Allah bukan hanya sekedar ucapan. Atau hanya slogan saja. Tapi cinta karena Allah itu terbukti dengan tindakan. Seberapa banyak kita ingat kepada Allah. Seberapa banyak waktu kita untuk melakukan ibadah karena Allah. Seberapa sering kita menyebut nama-Nya. Kalo kita masih jarang, dan masih malas ibadah, maka itu hanya sebatas ucapan saja."

Cinta karena Allah, terbukti pula dengan amal kita, dan seberapa yakin kita dengan janji dan jaminan Allah.

Semoga dalam setiap waktu kita bisa memanfaatkan untuk selalu mengingat Allah. Agar hati, pikiran, dan perilaku kita bisa selalu dibimbing oleh Allah Ar-Rasyid. Aamiin.

Selasa, Oktober 04, 2016

Ngomongin Dunia

Lagi jenuh sesekali buka FB. Karena fb temennya ga bisa difilter, kadang dapat info yang ga berguna, dan juga bikin hati kotor. Astaghfirulloh.

Sesekali juga ngobrol dengan temen. Kalo udah kerja ngomongnya ga jauh-jauh dari uang, kerjaan, juga kantor. Kadang bikin iri hati karena urusan uang, bikin pikiran pusing karena deadline kerjaan yang banyak, dan tambah lagi orang-orang di kantor yang ga sesuai dengan keinginan. Astaghfirulloh.

Alangkah lebih baik, kalo kita ngomongin tentang Allah. Insya Allah akan lebih bermanfaat, dan semakin banyak bersyukur.

Kita harus bisa punya cara buat kita ngembaliin lagi semangat. Semangat dalam beramal sholeh, juga menebarkan kebaikan.

Salah satunya dengan sholat dan berdoa. Sholat yang bener-bener khusyu' akan membuat pikiran dan hati kita ikhlas. Ditambah doa yang sungguh-sungguh memohon pertolongan kepada Allah, meminta hati agar selalu bersyukur atas karunia yang Engkau berikan, juga menunjukkan jalan-jalan terbaik-Nya. Masya Allah.

Kenapa kita harus bisa menyemangantin diri sendiri? Karena setiap kita adalah Dai. Punya kewajiban buat membina. Kalo dari kita udah lemah iman. Bagaimana kita bisa mengajak binaan untuk melakukan kebaikan? Kalo dari kita tidak yakin dengan pertolongan Allah, bagaimana mau meyakinkan orang lain?

Mulai sekarang juga berusaha buat buka yang manfaat aja. Kalo ingin buka web, berusaha buat buka web yang dituju aja, yang bener-bener manfaat buat bangkitin semangat.

"Demi Allah, orang-orang yang selalu membantu orang lain dengan tulus, maka tidak pernah dibiarkan oleh Allah sendirian. Orang-orang yang ikhlas menolong, meringankan urusan orang lain, tidak akan pernah sendirian. Jika dia diuji dengan beban kehidupan, kesusahan, karena hidup ini penuh ujian, maka pertolongan Allah selalu dekat baginya. Ini janji Allah, tidak akan meleset walau sebenang."
(Tere Liye)

Senin, Oktober 03, 2016

Bagaimana

"Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?
Dan langit, bagaimana ditinggikan?
Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan?
Dan bumi, bagaimana dihamparkan?
(QS. Al-Ghasiyah: 17-20)

...Dan kita, bagaimana dipertemukan?

Karena kita, akan dipertemukan dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama.

Semoga Allah senantiasa melindungi, menyayangi, merahmati, memberkahi kita di kehidupan kini dan nanti, serta mempertemukan kita dengan orang-orang yang baik.
Aamiin Ya Rohman.

Minggu, Oktober 02, 2016

Seharusnya

Seharusnya yang kamu takuti bukan penolakan dan kegagalan, melainkan menyerah, takutlah menyerah!

"dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir." (QS. Yusuf: Ayat 87)

Keluarga yang Kuat

“yah, emang gimana sih caranya biar jarang berantem gitu kayak ayah sama ibu?”

“emang ayah sama ibu jarang berantem? kata siapa?”

“kata aku barusan.”

“ayah sama ibu juga sering nak berselisih pendapat. tapi–tidak pakai berantem atau bertengkar. rahasianya…”

“apa yah?”

“kalau ada masalah, ibu sama ayah selalu kuat-kuatan, nak. kamu tau kan, kata Rasul, orang yang paling kuat adalah yang paling bisa mengendalikan amarah. di antara ayah dan ibu, tidak berlaku aturan perempuan selalu benar, atau laki-laki harus selalu diam–jika ada salah satu yang marah.”

“jadi gimana, yah?”

“kalau ada masalah, ibu tidak pernah langsung marah. ibu pasti diam. ibu menganalisis masalah sebelum marah. haruskah ibu marah? kalau iya, atas bagian mananya ibu boleh marah? bagaimana cara marahnya? bagaimana supaya masalahnya selesai? ayah meniru ibu, tentang ini.”

“jadi nggak bertengkar?”

“tidak. perempuan yang bisa mengendalikan amarah seperti ibumu, itulah perempuan yang sangat kuat, nak. perempuan yang kuat akan dipertemukan dengan laki-laki yang kuat. perempuan dan laki-laki yang kuat akan memiliki keluarga yang kuat.”

“ah ibu…”

“ada saja, nak, di dunia ini istri yang bangga jika bisa marah kepada suaminya, jika bisa tampak ‘dominan’ di depan suaminya. jangan begitu ya, nak. bukan berarti bahwa perempuan harus mengalah kepada laki-laki, melainkan bahwa kekuatan keluarga lebih penting daripada gengsi, apalagi emosi.”

@prawitamutia

Jika Allah menolong

Dalam satu kesempatan, ayah pernah berpesan padaku, "Nak hati-hati ya kamu disana. Banyak-banyaklah meminta pertolongan Allah. Hanya Allah yang bisa menolong kamu. Serahkan setiap urusan kita hanya pada Allah."

Ketika aku SD, ayah masih sekali sering memberikan nasehat kepada anak-anaknya. Ayah mengadakan di rumah sholat maghrib berjamaah. Setelah itu mengajak doa bersama dan menasihati anak-anaknya.

"Ya Allah ampunilah segala dosa kami. Jadikanlah anak-anak kami menjadi anak yang sholeh/sholeha. Menjadi anak yang beruntung. Menjadi anak yang berguna bagi agama juga bangsa." Doa yang selalu ayah panjatkan ketika sesi doa bersama di keluarga.

"Nak, akan ada suatu masa, kita akan meninggal dunia. Entah siapa duluan. Bisa jadi ayah, bunda, atau juga kalian. Karena meninggal itu bukan urutan kelahiran. Itu adalah rahasia Allah. Yang perlu kita siapkan adalah bekal amal sholeh. Perbanyaklah beramal selama kita di dunia. Insya Allah kita ga akan nyesal ketika di akhirat."

Dan kini aku udah jarang dapat nasihat dari ayah. Mungkin dirasa udah dewasa. Jadi bisa nyari ilmu sendiri. Hanya sesekali ngobrol dan memberikan arahan agar bekerja dengan baik.

Nasehat Ayah kutemukan dalam Al-Quran, Allah Ta'ala berfirman, "Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kamu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang beriman bertawakal."
(QS. Ali 'Imran: Ayat 160)

Semoga Allah selalu memberikan pertolongan dalam setiap langkah kita, aamiin.